celana di pintu wc
Jangan bertanya tentang negeri ini kepadaku
Sebab celana di pintu wc itu, telah lama tergantung tak bertuan
Setahun yang lalu, sang pemilik celana menghayal membangun istana
Memimpikan anak-anak memetik kedamaian di taman kasih sayang
Terbang dengan sayap senyum dan menyemai mimpi
Tapi badai menyapanya “kau terlalu ikhlas untuk berkhayal”
Celana di wc itu, telah lama kehilangan tuannya
Mengembara di bilik pembuangan ini, menyesatkannya tentang negeri
Satu per satu kepercayaan berjatuhan bersamaan kotorannya
Tiada yang tersisa, kecuali bau yang semakin menyengat penciuman
“Kau makan segala kotoran, kan menjadi kotoran juga”
Celana di pintu wc itu adalah bukti, kau kehilangan negeri
Kau juga kehilangan keberanian menatap kepura-puraan
Semua peristiwa menjadi pisau, menusuk naluri
Membenam hati ke ceruk sunyi