SAJAK

Sajak-sajak Hang Kafrawi

Seni Budaya | Minggu, 15 November 2015 - 00:16 WIB

BAGIKAN



BACA JUGA


Puisi Leman Lengkung

Kepada Atah Roy

Tah, bulan yang atah rangkai di kening malam itu, kini cahayanya menipis

Awan tak bersahabat lagi, mereka terlalu liar menafsirkan kesetiaan

Aku terkenang Hang Tuah dipijak rayu, sehingga tak kuasa membentang bela

Darah melayu terlalu murah tertumpah pada tanah tak bermarwah

Tah, aku bimbang memeluk sejarah, tersebab hari ini orang-orang engan berkisah

Kita hanya menghidang kepasrahan dan ketakutan

Sementara setiap jengkal tubuh kita luka semakin menanah

Tak sempat nak berdiri di depan cermin durhaka

Tah, aku merindui Megat Srirama yang muntah darah melawan serakah

Aku juga terkenang Raja Haji yang mengokah keangkuhan dengan keberanian

Biarlah Patih Karmawijaya memainkan seruling bencinya

Dan kita menari sambil menggenggam kasih yang tak terlerai

Tah, adakah kesetiaan harus berkorban?

Sepeti Sultan Syarif Kasim menyerahkan tahtah?

Atau seperti Hang Tuah menghujamkan Tamingsari ke perut Hang Jebat?

Tah, aku tak ingin terkapar di bilik pasrah!

di negeri pasrah

rahim-rahim terbakar

berjuta nyawa dilepaskan

terbang ke udara

terbunuh keserakahan

angin tak bawa iba

pada diri terbalut sunyi

matahari tak menembus hati

terlalu panjang nafas disumbat

partikel-partikel tamak menghenyak

dilantak sesak

tak jua tersentak

berhektar-hektar pandang

dihalang kematian membentang

genderang perang berbunyi sumbang

tubuh-tubuh terlentang

tiada yang meradang

ini tanah tak mungkin disia-siakan

telah banyak kisah berdarah

tumpah mengalir dari ceruk angan

untuk berdiri dengan dada tak menyerah

denyut nadi api kini

menjadi malapetaka hari-hari sepi

tanpa mimpi tanpa jadi

hanya kematian yang menari

heeee... tubuh kita terkoyak

diam yang berserak

dipantak gertak

tak bergerak

menjulang marwah

gelembung pecah

sejarah bernanah

di negeri pasrah









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook