Imlek 2573, Tahun Kebangkitan

Riau | Selasa, 01 Februari 2022 - 10:32 WIB

Imlek 2573, Tahun Kebangkitan
GRAFIS: AIDIL ADRI (DOK RIAUPOS.CO)

Budaya Tionghoa Kaya Makna

Dosen STAB Maitreyawira dan Universitas Riau, Sonika mengatakan, dalam sejarah Tionghoa dunia kebudayaannya sudah ada sekitar 5.000 tahun lalu, termasuk perayaan tahun baru lunar kalender menurut Derk Bodde (1975) Perayaan Tahun Baru Lunar sebagai kebudayaan yang unik  sejak kerajaan Dinasti Tiongkok pertama,  yang menetapkan penanggalan Lunar ini dulunya dikenal dengan He Lek, yaitu penanggalan Dinasti Xia (2100-1600 SM)  yang memperkenalkan sistem  penanggalan berdasarkan  matahari dan bulan, maka pertukaran lunar kalender Tionghoa akan jatuh pada musim Semi.


Tiap tanggal 1 bulan 1 Lunar atau Zheng Yue Chu Yi (tahun ini jatuh pada 1 Februari 2022),  tanda dimulainya perhitungan Tahun Baru Lunar "Imlek"(dari kata ImYangLe) atau Yin Li  dan dalam 12 Shio (Chinese Horoscopes )telah menjadi budaya suku Tionghoa yang menetapkan Tahun Imlek dengan 12 jenis binatang yaitu  tikus, kerbau, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi. Setiap tahun terjadi perputaran dari 12 shio tersebut dengan 5 elemen, logam(mas), kayu, air, api, dan tanah. Di Tiongkok lunar kalender ini disebut  juga Nong Li Xin Nian artinya perhitungan penanggalan petani), karena perayaan tahun baru lunar kalender ini muncul dari tradisi masyarakat agraris Tiongkok. Penanggalan ini sangat cocok bagi petani untuk memulai tanam dan perhitungan musim, peredaran matahari, bulan dan iklim. Pertukaran Tahun Baru lunar sebagai dasar kebudayaan Tionghoa yang memberi makna semangat, harapan baru untuk masa depan yang lebih baik.

Pertukaran Tahun Baru Lunar bagi masyarakat Tionghoa dunia sangat penting sebagai momen untuk meningkatkan kualitas dan peradaban kehidupan secara material, sosial, psikologi, dan refleksi spiritual. Perayaan terjadi ketika manusia hidup bersama dalam satu kelompok masyarakat dan menerima kebiasaan tertentu melalui kegiatan acara rakyat. Menurut Goh Pei Ki (2002) perayaan merupakan gambaran kebudayaan yang kompleks menyatukan mitos, kepercayaan, kehendak psikologis, dan kebiasaan masyarakat. Untuk memahami kebudayaan suatu bangsa, kita harus mempelajari perayaan-perayaan yang biasa mereka lakukan.

Perayaan tradisional Tionghoa sangat bervariasi dan penuh warna, yang dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pertama perayaan menurut musim (ada empat musim perayaan dalam tradisi Tionghoa, musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin). Kedua, menurut sejarah atau mitos dan ketiga menurut agama. Perayaan tradisional Tionghoa juga berawal dari agama dan kepercayaan yang dianut oleh dinasti di Cina yang dipengaruhi oleh tiga ajaran, yaitu Khonghucu, Tao, dan Buddha yang lebih dikenal tiga kepercayaan di Cina.

Makna Psikologis dan Spiritual

Momen pergantian tahun baru Imlek ini secara spiritual dan psikologis, masyarakat Tionghoa yang merayakannya selalu dimulai dengan berbagai ritual atau sembahyang seperti Sembahyang Dewa Dapur, satu minggu sebelum hari H, dengan pembersihan rumah dan semua peralatan, mempersiapkan kebersihan jiwa dan raga untuk menyambut nuansa kebahagiaan  yang serba baru dengan spirit baru. Musik dan lantunan lagu tahunan seperti Guo Xin Nian atau Da Ti Hui Chun mulai didengarkan di mana-mana, menjadi lebih meriah. Pada kegiatan Chu yi, hari pertama disambut dengan  bersyukur puja-bakti (sembahyang), berdoa kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Para Buddha, Para Bodhisatva, dan Dewa-Dewi.

Kemudian bersilaturahmi kepada orang tua(sujud kepada orang tua yang sudah meninggal) sebagai sikap bakti seorang anak. Saling berkunjung antarsaudara dan teman, secara spiritual semakin meningkatkan keyakinan/keimanan, kesusilaan, kemurahan hati dan kebijaksanaan, sikap tahu bersyukur ini akan meningkatkan kualitas, berkah hidup seseorang dan penuh sukacita, optimis menuju hidup yang lebih maju, damai dan sejahtera.

Tradisi menyambut Imlek ini secara psikologis akan dilaksanakan oleh masyarakat Tionghoa, tanpa perbedaan agama, kepercayaan atau keyakinannya, baik di Cina, Hongkong, Taiwan, Singapura, Malaysia, Thailand, termasuk Indonesia dan negara lainnya yang berkomunitas Tionghoa (Hua Ren).

Khusus agama Buddha Mazhab Mahayana juga merayakan tanggal 1 bulan 1 Imlek (zheng yue chu yi) sebagai hari kelahiran Buddha Maitreya (Mi Le Fo) yang dikenal sebagai Buddha Cinta Kasih.

Makna Sosial dan Kebersamaan

Makna pertukaran tahun (Lunar New Year) sebagai semangat memperbaiki diri, meningkatkan rasa kesetiakawanan sosial sebagai wujud kasih, kekeluargaan serta  kebersamaan.  Saat ini belahan dunia dan Indonesia dalam kondisi pandemi Covid-19, darurat bencana banjir di beberapa daerah, longsor, gunung meletus, agar ditingkatkan peduli sosial dan merayakan pertukaran tahun dengan sederhana, tetap menjaga protokol kesehatan, semakin membangun peduli sosial, membantu bagi yang membutuhkan uluran tangan, karena kesulitan ekonomi. Etnis Tionghoa sebagai warga negara suku bangsa Indonesia, sekarang sudah waktunya dengan seluruh komponen bangsa untuk bersama bersatu mengatasi berbagai krisis yang sedang melanda negeri ini apalagi dengan dampak pandemi Covid-19 ini, tanpa melihat asal-usul, ras dan golongan, kita sadar bahwa Ibu Pertiwi sedang mengalami kesusahan.  Buddha dan Bodhisatva mengatakan dengan cinta kasih kita kembangkan untuk semua makhluk dan manusia, kita adalah bersaudara semesta. Dunia Satu Keluarga. Karena Tuhan Yang Maha Esa tiada pernah membedakan semua makhluk dan manusia dalam memberikan kehidupan. Tidak ada seorangpun yang diistimewakan dan tidak ada suatu kaum yang ditinggikan di atas yang lainnya.

Kita menyambut baik dan gembira, sebagian organisasi masyarakat Tionghoa dalam rangka pertukaran Tahun ini(Imlek) terus meningkatkan peduli sosial dengan membagi sembako, kebutuhan materi, dan berbagai keperluan kepada keluarga kurang mampu yang sedang membutuhkan. Lihatlah sekeliling kita masih banyak orang yang sedang kesusahan, maka kita di hari bahagia, pedulilah dengan tidak  melupakan mereka saudara kita.

Kita semakin bersyukur (gan en) dan menjaga suasana damai, aman, dan harmonis bersama, rukun bersama, dan gembira bersama. Dengan segala kemampuan yang berbeda, bukan lagi membicarakan perbedaan yang ada, kesalahan masa lalu dapat dijadikan cerminan perbaikan masa depan untuk kemajuan, semua perbedaan etnik, ras, adat istiadat, bahasa, budaya,  haruslah kita hargai dan hormati bersama.

Makna Ganda "Gong Xi Fa Cai"

Segala kebaikan dan kesuksesan akan datang bersamaan, kehidupan yang bermakna selalu memberi kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain, Perayaan pertukaran tahun lunar (Imlek) secara material yang dipersiapkan untuk mengiringi kegembiraan batin diri sendiri, keluarga, dan  masyarakat. Budaya ini berkembang dengan simbol-simbol perayaan Imlek seperti yang dilaksanakan keluarga dalam budaya makan bersama (tuan yuan fan) pada malam menjelang Tahun Baru, seluruh anggota keluarga  berkumpul dengan bersukacita agar terpelihara tali kasih, persaudaraan, dan kebersamaan keluarga. Saling mengucapkan "Gong Xi Fa Cai" sebagai simbol keselamatan, berbagi kebahagiaan dan bersukacita atau sukses  sebagai kebahagiaan ganda, double happiness.

Marilah kita bersama-sama mendoakan dan memohon kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Buddha, dan Bodhisatva agar negara kita Indonesia terbebas dijauhi dari musibah Pandemi Covid-19 dan berbagai bencana. Semoga kebaikan mendekat dan bencana menjauhi, inilah harapan dan doa bersama. Selamat Tahun Baru Lunar Kalender "Imlek" Tahun 2022. Semoga damai dan harmonis selalu. Gong Xi Fa Cai, Wan Shi Ru Yi.(ayi)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook