DURI (RIAUPOS.CO) - Masjid adalah sentra dan kunci untuk membangkit perekonomian umat. Namun hingga kini, peran strategis masjid tersebut sebagai pusat berhimpun jamaah minimal lima kali sehari semalam belum bisa dimaksimalkan.
Salah satu penyebabnya adalah karena manajemen masjid masih dikelola secara tradisional. Akibatnya, potensi besar keuangan dan ekonomi umat dari lingkungan masjid tersebut belum bisa dioptimalkan.
“Saya sangat yakin, masjid adalah sentra pertama dan utama untuk membangkit perekonomian umat ini. Kalau digerakkan dari masjid, potensi besar keuangan umat ini akan terkelola dengan baik. Itu merupakan energi dahsyat untuk menggerakkan roda perekonomian umat,” kata salah seorang pemuka masyarakat Irawanto di Duri, Selasa (29/5).
Politikus senior sebuah parpol di Duri ini menyebut ada kendala yang dihadapi umat ini dalam upayanya membangkitkan perekonomian umat berbasis masjid. Kendala itu adalah manajemen pengelolaan masjid yang hingga kini masih tradisional.
“Dari dulu sampai kini masih begitu-begitu saja. Pengelolaannya masih tradisional. Akibatnya sulit untuk berkembang. Pengurus masjid kadang lebih suka mengendapkan dana dari pada memutarnya untuk membangkit perekonomian umat. Misalnya pemberian santunan untuk duafa. Dari tahun ke tahun, duafanya begitu-begitu saja. Tak ada peningkatan,” tambahnya.
Entah fenomena seperti ini sengaja dibiarkan, Irawanto mengaku tak tahu pasti. Yang jelas menurutnya, pembinaan masjid beserta pengurusnya itu merupakan kewenangan Kementerian Agama. “Kalau ingin umat ini bangkit dan masjid bakal produktif di segi ekonomi, maka pengurus masjidlah yang harus proaktif. Jangan harap ekonomi umat ini bisa bangkit kalau basisnya tidak dari masjid,” pungkas Irawanto.(sda)