PENUHI TUNTUTAN, SESUAIKAN MATERIAL DAN DIAWASI BERSAMA

Kritisi Pemugaran Istana Peraduan Wujud Kecintaan pada Daerah

Riau | Kamis, 28 Maret 2019 - 13:45 WIB

Kritisi Pemugaran Istana Peraduan Wujud Kecintaan pada Daerah
Mediasi: Pemkab Siak dipimpin Sekdakab H TS Hamzah melakukan mediasi antara elemen masyarakat dan tim ahli serta menggelar rapat evaluasi progres pemugaran Istana Peraduan, Rabu (27/3/2019).

SIAK (RIAUPOS.CO) -- Pemugaran Istana Peraduan dalam kompleks Istana Siak dikritik hebat elemen masyarakat yang peduli dengan peninggalan sejarah sultan. Dalam dua pekan terakhir, atensi besar diberikan sebagai langkah pengawalan aset sejarah tersebut. Kritik yang dilakukan tak terlepas dari wujud kecintaan terhadap daerah, sehingga historis yang terkandung tak terkikis habis.

Pekerjaan pemugaran yang menggunakan dana CSR (corporate social responsibility) salah satu perusahaan bubur kertas tersebut sudah tuntas 62 persen hingga pengujung Maret ini. Pihak pelaksana pekerjaan yang terdiri dari berbagai unsur pun, siap menyesuaikan material pekerjaan pada beberapa bagian sesuai dengan tuntutan elemen masyarakat dan tokoh muda Siak serta keluarga kekerabatan sultan.

Hal ini mengemuka berdasarkan hasil rapat evaluasi kedua progres pemugaran Istana Peraduan, Rabu (27/3) pagi. Pertemuan dipimpin langsung Sekdakab Siak H TS Hamzah mewakili Bupati H Alfedri. Ia didampingi Kadis Pariwisata Siak Fauzi Asni. Acara bertempat di Ruang Rapat Pucuk Rebung Kantor Bupati Siak. 
Baca Juga :Inhil Siap Adopsi Rencana Aksi Daerah Riau

“Masih lekat di kepala, kita takut terulang kembali seperti kejadian rehab masjid sultan di Pekanbaru (Masjid Raya Senapelan, red). Jadi apakah itu rehab berat, ringan atau lainnya sedapat mungkin libatkan masyarakat,” kata salah seorang kekerabatan sultan yang hadir, Tengku Amaruddin dalam forum.

Selain khawatir terjadinya perubahan bentuk dan nilai sejarah dari bangunan yang dipugar, ia juga mengingatkan pihak pelaksana pekerjaan dan pengawas dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) dan lainnya agar bekerja sesuai kaidah yang berlaku. Karena berdasarkan pengalaman Masjid Raya Senapelan di Pekanbaru, kini statusnya sudah tidak lagi menjadi Cagar Budaya atau sudah diturunkan.

Karena itu, ia wanti-wanti agar pekerjaan tidak serampangan terhadap Istana Peraduan tersebut. “Jadi lebih elok baik-baik kerjakan dan ke depan kalau ada (pemugaran cagar budaya, red) lagi, libatkanlah masyarakat,” pesannya.

Dalam kesempatan tersebut juga hadir beberapa tokoh muda negeri istana seperti Tengku Said Eka Nursihan yang juga masih keluarga kekerabatan sultan. Juga ada nama-nama seperti Dedi Irama, Andi Usman Bin Yem dan lainnya juga meminta agar tim ahli yang mengawasi pekerjaan agar dapat bekerja sesuai kaidah.

“Ini sepenuhnya bentuk kepedulian kami, agar pemugaran yang dilakukan memperoleh hasil terbaik.  Tak ada urusan lain-lain seperti proyek atau apapun, lebih bentuk kecintaan kami kepada negeri Siak ini,” kata Dedi.

Kemudian perwakilan masyarakat lainnya dari Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Siak Kilat mengakui, dirinya memang sempat turun ke lapangan bersama pengurus LAMR Siak. Menurutnya, pekerjaan yang dilakukan di lapangan memang sudah disesuaikan dengan aturan. 

“Namun perlu diingat, jangan mengubah material terlalu jauh. 25 Maret kami sudah turun ke lapangan karena ada laporan masyarakat yang menyinggung pekerjaan tidak sesuai. Setelah turun lihat-lihat dan bertanya langsung, mudah-mudahan pekerjaan bisa selesai sesuai dengan bentuk asli di setiap sisi istana itu,” terangnya.

Pihak tim ahli selaku pengawasan lebih banyak dijawab oleh Temas. Perihal keinginan masyarakat agar dilibatkan dalam mengawasi pekerjaan serta melarang digunakannya kayu biasa pada rangka atap pun menjadi pembahasan serius dalam pertemuan kemarin.

Beberapa poin yang dikritisi selain penggunaan kayu yang dinilai tidak sesuai dengan nilai bangunan, juga soal penggunaan sisa bangunan yang tidak terpakai untuk keperluan lain seperti barak pekerja. Hal ini disanggupi pihak tim ahli untuk disesuaikan dan ke depan akan dilibatkan elemen masyarakat di Siak. 
Pihak TACB Temas yang memaparkan proses awal dan detail pekerjaan serta memberikan jawaban atas kritikan elemen masyarakat yang hadir. Mengawali dengan rencana awal pemugaran pada 17 Oktober 2017. Dimana didahului dengan pengukuran oleh tim PU ketika itu. Kemudian dilanjutkan pertemuan pertama yang dihadiri tim BPCB Sumbar, TABG, TACB dan lainnya.

“Karena terkait kota pusaka diminta dampingi PU, sebagai bagian pengembangan, dan Dispar untuk pengelolaan serta Disdikbud untuk penetapan dan perlindungan, sebagai pertemuan awal ketika itu,” katanya. 

Kemudian dalam perjalanannya, karena TACB Siak belum terpenuhi maka dipinjam dari provinsi, yang kemudian di-SK-kan Bupati Siak H Syamsuar ketika itu berjumlah lima orang. Karena memang kegiatan harus melibatkan tenaga ahli cagar budaya, sejarawan, budayawan, arkeolog, arsitek dan sipil.

Kemudian Juli-Agustus 2018 survei pertama guna menginventarisir kerusakan. Hasilnya disampaikan kepada PT RAPP yang membiayai pemugaran melalui dana CSR untuk dirumuskan langkah penanganan pekerjaan. Baru pada September 2018 mendapat rekomendasi BPCB Batu Sangkar dan 4 Oktober digelar FGD (focus group discussion) di Pekanbaru karena saat itu Bupati Siak H Syamsuar memiliki waktu di sana.

“Jadi bukan tak mau dilaksanakan di Siak, tapi memang Pak Bupati ketika itu juga ingin hadir dan beliau berada di Pekanbaru. November (2018) kita mulai pekerjaan,” jelasnya.

Temas melalui proyektor memaparkan teknis pekerjaan. Dimana Ia mengakui ada beberapa perubahan yang harus dialami dari pemugaran. Sembari memperlihatkan foto progres pekerjaan satu persatu dan memaparkan di hadapan hadirin. Berikut mengungkapkan temuan dalam pekerjaan memang sudah didapati perubahan dari bentuk bangunan awal.

“Misalnya kami temukan tirai yang mengalami perubahan ke kanopi. Khusus Istana Peraduan ini banyak struktur yang tidak rusak. Persoalan hanya di genteng bocor, kemudian turun ke kuda-kuda yang menyebabkan kayu lapuk, bagian dinding lembab, itu saja,” terangnya.

Lebih lanjut dikatakan Temas, lantai depan Istana Peraduan menggunakan lantai dari Belanda, kemudian genteng dari Prancis. Lalu kunci dan kusen semuanya dibersihkan dan diberi nomor. Hal ini dilakukan karena bakal dipasang kembali.

“Barang-barang dibersihkan dan dirapikan. Plafon tidak diganti. Soal kayu-kayu loteng itu tidak ada yang kita ganti, itu sesuai yang sudah ada di sana. Tapi untuk kayu di ujung atap sesuai permintaan tadi kita akan ganti nanti,” katanya memenuhi tuntutan yang hadir.

Sementara itu Sekdakab Siak H TS Hamzah mengakui, rapat progres pemugaran Istana Siak sudah kali kedua dilakukan di kantor bupati. Sekda berkisah, sebelum pemugaran ia sudah sering ke sana. Maksudnya sejak kecil ia sudah bermain di areal tersebut.

“Saya nengok tivi di situ dulu kecik-kecik. Jadi tahu situasi di sana. Dengan pengawasan bersama dalam pemugaran Istana Peraduan ini, keikutsertaan masyarakat, saran masukan yang diterima akan jadi hal positif demi menjaga kelestarian dan kekayaan peninggalan sultan,” kata Sekda.

Sebelumnya jelas Sekda, pertemuan dilaksanakan 5 Februari sebagai pertemuan awal. Pemkab Siak meminta tim melakukan ekspos karena dinilai ada misskomunikasi atas progres. Kemudian kembali dilakukan pertemuan sebagai mediasi Rabu pagi kemarin.

“Insya Allah semua akan mengawal dan mendukung pemugaran ini. Dengan posisi 62 persen sekarang progresnya, diharapkan target Juni selesai bisa lebih cepat,” pungkas Sekdakab.(adv)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook