PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Sebagai upaya pencegahan penularan kasus Covid-19 ke Riau, terutama dari Pulau Jawa, Satgas Penanganan Covid-19 Riau mewajibkan tiap orang yang datang melakukan tes rapid antigen begitu tiba di Riau, selain tes antigen dari daerah asal.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Riau Syamsuar mengatakan, pemeriksaan rapid antigen ini kepada warga yang datang dari Jawa ini dilakukan sebagai upaya untuk mendeteksi sejak dini penyebaran Covid-19 di Riau.
"Saya sudah minta kepada Dinas Kesehatan agar membuat surat dan berkomunikasi dengan pihak Angkasa Pura II. Setiap warga yang datang dari Jawa wajib dilakukan pemeriksaan antigen," kata Syamsuar.
Lebih lanjut dikatakan Gubernur Riau itu, rapid antigen untuk mengetahui orang-orang yang dicurigai terpapar Covid-19. Jika ditemukan positif bisa dilakukan isolasi mandiri, sehingga tidak menularkan ke warga Riau.
"Pemeriksaan antigen ini dilakukan supaya kita tahu lebih awal, apakah warga ini sehat atau tidak, jadi ini bukan maksud kita memperketat orang masuk ke Riau, tapi ini merupakan salah satu upaya kita mendeteksi dini agar penyebaran Covid-19 tidak semakin meluas di Riau," ujarnya.
Executive GM Bandara SSK II Pekanbaru, Yogi Prastyo mengatakan, bahwa pihaknya sudah menerima surat terkait pelaksanaan rapid antigen tersebut. Dan saat ini kebijakan tersebut sudah diterapkan.
"Tentunya kami sangat mendukung implementasi pelaksanaan rapid antigen tersebut. Dan allhamdulillah, pelaksanaan rapid antigen ulang sudah terimplementasi dengan baik," katanya.
Sesuai arahan, lanjut Yogi, apabila terdapat penumpang dengan hasil rapid antigen positif maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan PCR di Laboratorium Biomolekuler RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Sedangkan bagi penumpang yang negatif akan dipersilakan melanjutkan perjalanan.
"Sejauh ini dari penumpang yang dites hasilnya negatif semuanya. Alhamdulillah," sebutnya.
Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan, per Jumat (25/6), pasien Covid-19 di Riau yang menjalani perawatan sebanyak 532 orang. Sementara itu yang menjalani isolasi mandiri atau tergolong orang tanpa gejala (OTG) sebanyak 2.364 orang.
"Per Jumat di Riau terdapat penambahan 274 pasien. Sehingga total pasien Covid-19 di Riau saat ini sebanyak 69.033 orang," katanya.
Sementara itu, untuk pasien yang sembuh bertambah 299 orang sehingga total yang sudah sembuh di Riau sebanyak 64.256. Untuk kabar dukanya, pasien meninggal dunia bertambah 11 orang sehingga total 1.882 orang di Riau meninggal dunia akibat Covid-19.
"Untuk suspect yang menjalani isolasi mandiri berjumlah 3.999 orang, isolasi di rumah sakit 123 orang, total suspect berjumlah 96.622 orang," paparnya.
Bulan Ini, 27 Dokter Meninggal karena Covid-19
Tenaga kesehatan turut mendapatkan dampak peningkatan kasus. Selain risiko keterpaparan penganyakit, juga beban kerja yang semakin meningkat.
Ketua Tim Mitigasi IDI dr Adib Khumaidi SpOT kemarin (25/6) membeberkan ada 401 dokter yang meninggal karena Covid-19. Jumlah ini meningkat pada Juni.
"Per bulan Juni ada 27 dokter yang meninggal," ungkapnya.
Adib menuturkan bahwa kondisi sekarang jauh lebih buruk dari pada Januari lalu. Yang lebih berisiko menurutnya adalah yang memiliki komorbid dan berusia di atas 65 tahun.
Untuk itu dia menyarankan agar memperketat penggunaan alat pelindung diri (APD). Adib juga menyarankan aga operasi elektif juga ditunda. Selain itu, durasi praktik pun dikurangi. "Dokter yang berusia di atas 65 tahun diimbau tetap di rumah," katanya.
Ketua IDI Jawa Barat dr Eka Mulyana SpOT pada kesempatan yang sama menyampaikan lonjakan kasus terjadi di mana-mana. Bahkan dia menyatakan, dengan kondisi ini berarti sudah kolaps. Hal ini tentu berpengaruh pada pelayanan.
"Untuk di Jawa Barat, saat ini yang sedang terpapar lebih dari 70 orang dokter. Bahkan meningkat terus," katanya.
Dia menceritakan di satu rumah sakit di Jawa Barat, ada 11 dokter dari berbagai spesialis dalam hampir bersamaan terpapar.
Ketua Satgas Penanggulangan Covid-19 IDI Jogjakarta dr Tri Wijaya mengatakan 150 dokter yang terpapar. "Teman-temn ada yang terpapar tapi laporannya belum masuk. Kemungkinan tambah lagi," katanya kemarin. Ada dua dokter yang meninggal.
Sekretaris Tim Mitigasi Covid-19 IDI Jawa Tengah Sigit Kirana mengatakan dokter yang dirawat karena Covid-19 sekitar 60 orang. Sementara yang isolasi mandiri ada 90 orang. "Yang banyak usia di atas 50 tahun," katanya. Dia menceritakan bahwa sebelum melonjak, tim mitigasi Covid-19 IDI Jawa Tengah mengumpulkan data setiap sepekan. Namun setiap hari kini ada saja data masuk yang menyatakan dokter positif Covid-19. "Hampir tiap hari ada penambahan kasus," katanya.
Tak hanya dokter spesialis, mereka peserta pendidikan dokter spesialis (PPDS) juga ada yang terjangkit Covid-19. "Dua orang residen (sebutan untuk PPDS) yang di ICU," ungkapnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku sedih mendengar banyak tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 bahkan meninggal dunia. Dia mengintruksikan kepada rumah sakit agar memprioritaskan tenaga kesehatan yang terpapar.
"Kalau ada tenaga kesehatan yang terkena, anggarkan agar mereka terlayani dengan sebaik-baiknya," katanya.(sol/lyn/ted)
Laporan: SOLEH SAPUTRA (Pekanbaru)