Lahir di pulau terluar Provinsi Riau, Ilham kecil sudah memiliki visi yang kuat untuk menjadi orang hebat. Meski dengan segala keterbatasan, dirinya merasa yakin tidak ada yang tidak bisa. Apalagi disertai dengan niat tulus, usaha dan disertai doa. Kini “anak pulau” itu menjabat orang nomor 1 di KPU Riau.
Laporan AFIAT ANANDA, Pekanbaru
RIAUPOS.CO - Tidak pernah terpikirkan oleh Ilham bisa menjabat sebagai Ketua KPU Provinsi Riau. Pria dengan nama lengkap Ilham Muhammad Yasir itu, sebelumnya juga sudah menjabat sebagai komisioner KPU Riau Divisi Hukum dan Pengawasan. Yakni pada periode 2014-2019. Pada periode kedua, ia tetap memutuskan untuk ikut seleksi. Berkat usaha dan kerja kerasnya, ia kembali terpilih untuk menjabat pada periode 2019-2024.
Jauh sebelum kondisi saat ini, dirinya sempat merasakan hidup susah. Apalagi Ilham besar di wilayah yang aksesnya serba terbatas yakni di Pulau Tandang, tepatnya di Dusun Sidomulyo, Desa Sungai Cina, Kecamatan Rangsang Barat, Kepulauan Meranti pada 12 Juni 1975. Ilham merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Muhammad Yasir bin H Yusuf (alm) dan Ramsiah binti Sodri (68).
Di sebuah kampung yang sekarang dinamai Dusun Sidomulyo, Desa Sungai Cina, Kecamatan Rangsang Barat itulah Ilham tumbuh. “Ya memang dulu itu cukup sulit. Serba terbatas. Bahkan kedua orangtua saya enggak bisa baca tulis karena enggak pernah sekolah. Kalau baca Arab-Melayu bisa,” sebut Ilham saat berbincang dengan Riau Pos, Senin (25/2).
Maka dari itu dirinya sangat bertekad untuk bisa mengenyam pendidikan yang tinggi. Tepatnya itu dimulai dari menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Pulau Ransang. Sekolah tersebut memiliki latar belakang agama milik Yayasan Alkhairiyah Sidomulyo Sungai Cina pada tahun1981-1988. Pada tahun yang sama, pria yang akrab disapa “Ncik Il” itu melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsnawiyah (MTs) Alkhairiyah Sidomulyo Sungai Cina hingga tahun 1991.
Sedikit bercerita, salah satu pendiri yayasan sekolah yang diikuti Ilham adalah orangtuanya sendiri yakni Muhammad Yasir bin H Yusuf bin H Oemar. Bersama empat rekannya, di tahun 1970 ia mendirikan yayasan ini. ”Uniknya kelima orang pendiri ini tak satu pun yang pernah merasakan bangku sekolah. Tekad mereka hanya ingin melihat anak-anak cucunya dapat mengenyam bangku sekolah. Apalagi waktu itu sarana pendidikan di sana benar-benar dapat dihitung dengan jari,” kisahnya.
Setamatnya dari MTS, dirinya sangat ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah atas (SMA). Di tengah keterbatasan jumlah sekolah saat di pulau itu, ia akhirnya dapat menyelesaikan sekolah menengah atas di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Selatpanjang pada tahun 1991 sampai 1994. Keterbatasan ekonomi menjadi salah satu faktor Ilham tidak dapat langsung melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
Meskipun sejak kecil sesungguhnya itu yang dicita-citakannya. Ia ingin mengubah nasib keluarga. Apalagi kedua saudaranya sudah susah payah hanya dapat menamatkan sekolah di tingkat menengah atas. Mengingat waktu itu tidak ada satu pun perguruan tinggi di Selatpanjang, jalan satu-satunya harus pergi ke Pekanbaru.
Impiannya untuk kuliah sempat kandas. Namun harapan itu kembali tumbuh setelah ia diajak oleh saudara angkatnya ke Sumatera Barat untuk ikut membantu menjadi gharim Masjid Al-Falah di Kuranji, Kota Padang. “Sambil mengadu untung jika diberikan kemudahan rezeki bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Alhamdulillah, tepatnya Agustus 1995, atas izin Allah doa saya terkabul. Saya bisa masuk di Fakultas Hukum (S1) di Universitas Andalas Padang pada 1995 hingga 2000,” ungkapnya.
Sekembalinya dari Padang, ia bekerja di Pekanbaru. Tepatnya di Harian Riau Pos pada tahun 2001. Hanya berselang 3 tahun, pada tahun 2004 ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan strata 2 ke negeri jiran, Malaysia, tepatnya di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pada tahun 2004 hingga 2006. Ketika di Malaysia, ia memilih kembali menjadi jurnalis lepas untuk Riau Pos dan Jawa Pos. Sesekali juga menulis untuk beberapa media di Jakarta dan Surabaya.