PEKANBARU (RIAUPO.CO) -- PEMERINTAH Provinsi Riau melalui Dinas Kesehatan saat ini terus melakukan pemantauan terhadap pasien suspect corona (Covid-19) di Riau. Terhitung sejak 3 hingga 22 Maret, total pasien suspect mencapai 41 orang. Sementara itu ada satu pasien dalam pengawasan (PDP) meninggal di Dumai.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan, dari 41 pasien suspect, 10 di antaranya sudah dinyatakan negatif dan sudah diperbolehkan pulang. Sementara itu, satu pasien dinyatakan positif dan masih menjalani perawatan intensif di ruang isolasi RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru.
"Untuk yang masih dirawat karena menunggu hasil uji sampel swab di Jakarta, ada 30 pasien. Mereka dirawat di beberapa rumah sakit di Pekanbaru, Bengkalis, Dumai dan Indragiri Hilir," ujar Mimi.
Mimi menjelaskan, penambahan pasien suspect itu rata-rata merupakan masyarakat yang pernah memiliki riwayat perjalanan dari negara yang sudah dulu ditemukan kasus positif corona. Usai pulang dari negara tersebut, pasien suspect mengalami gejala seperti demam, batuk dan sakit tenggorokan. "Karena mengalami gejala-gejala itu, maka pasien tersebut kami rawat dan diambil sampel swap-nya untuk mengetahui apakah terjangkit virus corona atau tidak," jelas Kadiskes.
Saat ditanyakan apakah penambahan pasien suspect tersebut ada kaitannya dengan peserta tablig akbar di Malaysia? Mimi tidak menampiknya. Karena dari hasil penelusuran perjalanan pasien ada yang pulang dari sana mengikuti kegiatan tablig akbar sudah ada yang dinyatakan positif.
"Setelah dilakukan tracking memang ada kaitannya sampai ke situ. Mereka kami arahkan untuk diperiksa setelah melakukan perjalanan dari daerah yang terjangkit," sebut Kadiskes.
Sementara itu untuk satu pasien positif di Riau yang saat ini masih dirawat di RSUD Arifin Achmad kondisinya semakin membaik. Sampel swab pasien tersebut juga sudah kembali dikirimkan ke Jakarta untuk mengetahui apakah masih ada atau tidak virus corona di tubuhnya. "Kondisi pasien positif corona tersebut stabil dan semakin membaik. Saat ini masih dirawat di RSUD Arifin Achmad," katanya.
Untuk mengetahui hasil uji sampel swab dengan cepat, Pemprov Riau akan menjadikan laboratorium Dinas Perternakan dan Kesehatan Hewan Riau sebagai laboratorium kesehatan untuk meneliti swab pasien suspect virus corona. "Kita sudah menyiapkan laboratorium yang akan digunakan sebagai laboratorium kesehatan percepatan penanganan virus corona," ujar Gubernur Riau (Gubri) H Syamsuar.
Untuk membuat labor tersebut, lanjut Gubri, Pemprov saat ini masih menunggu persetujuan Menteri Kesehatan RI, Terawan Agus Putranto. Termasuk menyiapkan sarana dan prasarana pendukung.
"Kami harap laboratorium itu mendapat kepercayaan Pak Menteri untuk meneliti sampel swap virus ini. Sehingga bisa lebih cepat mengetahui negatif dan positifnya pasien suspect," harapnya.
Karena saat ini, ungkap Syamsuar, untuk mengetahui hasil pemeriksaan swab pasien suspect semua dikirim ke Jakarta. Sehingga memerlukan waktu cukup lama. "Makanya kami mengajukan permohonan kepada Pak Menteri agar Riau diberikan kesempatan mendirikan laboratorium. Kalau bisa cepat mengetahui hasil, maka penangangan juga bisa lebih cepat. Terutama bagi pasien positif," ujarnya.
Satu PDP di Dumai Meninggal
Satu pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 di RSUD Kota Dumai dinyatakan meninggal dunia. Saat dibawa ke RSUD Kota Dumai kondisi pasien sudah cukup parah dan memiliki riwayat sakit jatung. Bahkan umur pasien sudah berumur 88 tahun. "Benar ada satu pasien PDP Covid-19 yang meninggal dunia, Sabtu (21/3) lalu, namun saat sampai ke RSUD Kota Dumai kondisi sudah cukup parah," ujar Sekretaris Diskes Kota Dumai, dr Syaiful, Ahad (22/3) malam.
Syaiful enggan menjelaskan jenis kelamin dan alamat pasien tersebut. Ia hanya menyebutkan warga yang meninggal dunia itu merupakan warga Dumai. "Kami tidak boleh merinci itu," tuturnya.
Ia mengatakan pihaknya sudah mengambil sampel untuk diperiksa di laboratorium dan sudah dikirim ke Diskes Riau.
"Mudah-mudahan hasilnya negatif. Karena kalau lihat riwayat penyakit ada penyakit jantung yang memang cukup parah. Pasien sudah di kebumikan keluarga dengan pengawasan dari Diskes," tuturnya.
Dijelaskannya, hingga Ahad (22/3) tercatat 5 warga Dumai yang masuk PDP. Satu dinyatakan negatif, satu meninggal, satu sedang dirawat di RSUD Kota Dumai dan dua dirawat di RS Pertamina Dumai.
Saat ini kami masih menunggu hasil laboratorium para pasien, kalau melihat perkembangan kesehatan, kondisi mereka mulai membaik, dan berada di ruang isolasi tuturnya. Ia mengatakan pihaknya juga sudah melakukan tracking kontak untuk pasien PDP yang meninggal maupun masih dirawat. Hal itu untuk mengantisipasi jika kemungkinan terburuk terjadi. Ia mengatakan PDP merupakan pasien yang memiliki gelaja Covid-19 seperti batuk, flu, demam tinggi dan sesak napas, sementara orang dalam pemantauan (OPD) di Kota Dumai ada sebanyak 68 orang. "Mereka merupakan orang yang tidak menunjukkan gelaja, namun patut diduga karena memiliki riwayat perjalanan di negara maupun kota yang sudah di nyatakan positif Covid-19," tuturnya.
68 orang tersebut diminta untuk melakukan isolasi mandiri di rumah mereka selama 14 hari dan terus dilakukan pemantauan dengan melibatkan pihak kecamatan maupun kelurahan.
"Mereka tersebar di 22 kelurahan di Kota Dumai, selain itu bagi masyarakat yang ingin melihat perkembangan Covid-19 dan upaya pencegahan Covid-19 bisa mengakses website Covid-19.dumaikota.go.id," tuturnya.
Rawat Satu Pasien PDP
Banyak informasi berkembang di tengah-tengah masyarakat terkait wabah virus corona kembali merebak. Kali ini mengabarkan dua pasien suspect yang merupakan pasien rujukan RS Permata Hati dan RS Mutia Sari masuk ke RSUD Mandau. Terkait hal ini, Direktur RSUD Mandau dr Sri Sadono Mulyanto menegaskan tidak ada pasien suspect yang dirawat di RSUD Mandau
"Yang benar, saat ini kita hanya merawat 1pasien PDP," tegas dr Ibeng panggilan akrabnya, Sabtu (21/3).
Dijelaskan dr Ibeng, pasien dalam pemantauan itu merupakan pasien rujukan dari RS Permata Hati. Pasien itu masuk pada Selasa (17/3) lalu.
"Pasien sudah dilakukan pemeriksan lab dan sampel dikirim ke Pekanbaru dan Jakarta," ujarnya.
Dijelaskan dr Ibeng, sesuai protap, pasien PDP ini ditangani medis yang dilengkapi alat pelindung diri (APD). Pasien ini pun harus dipisahkan dari pasien lain untuk antisipasi. "Mungkin kami terlihat menakutkan memakai pakaian safety (APD) hingga kabar itu berkembang. Tapi itulah protap yang harus kami jalani untuk antisipasi," tegas dr Ibeng.
Terhadap isu-isu dan kabar yang berkembang, dr Ibeng mengimbau agar masyarakat tak mudah mempercayainya. Masyarakat diminta tetap tenang dan waspada dalam situasi wabah virus yang mengkhawatirkan ini.
1.200 Personel Dikerahkan
Ribuan personel Polda Riau berserta jajaran dikerahkan dalam pelaksanaan Operasi Kontijensi Aman Nusa II Muara Takus 2020. Para personel ini akan bertugas selama tiga puluh hari untuk mencegah dan menangani penyebaran virus Covid-19 di Bumi Melayu.
Pelaksanaan apel gelar pasukan itu, dipimpin langsung Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi di Mako Brimob Polda Riau, Jalan KH Ahmad Dahlan, Ahad (22/3). Kegiatan ini turut dihadiri Wakapolda Riau, Brigjen Pol Sutrisno Yudi Hermawan, para pejabat utama (PJU) serta personel di lingungan Polda Riau.
Usai apel, jenderal bintang dua itu melakukan pengecekan kesiapan personel, peralatan, dan perlengkapan. Di antara alat pelindung diri (APD), alat semprot disinfektan serta lainnya yang nanti akan digunakan personel dalam penanganan virus corona.
"Kami sudah siagakan 630 personel dari Polda. Jika digabungkan dengan Polres jajaran jumlah keseluruhan mencapai 1.200 personel," ujar Agung didampingi Kabid Humas Kombes Pol Sunarto, Kabid Dokkes Kombes Pol dr Adang Azhar dan dr Indra Yopi. Agung menuturkan, operasi ini merupakan kegiatan terpusat dari Mabes Polri yang dilaksanakan seluruh jajaran mulai dari polda, polres hingga ke polsek.
Operasi tersebut disampaikannya, telah dimulai sejak 19 Maret-17 April mendatang untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Dipaparkan Agung, dalam operasi ini melakukan pencegahan, penanganan, rehabilitasi terhadap virus corona, serta penegakan hukum yang mana melibatkan lima satuan tugas (satgas). Pada tahap penanganan tergetnya, disampaikan mantan Deputi Siber Badan Intelijen Negara (BIN), menangani dengan baik orang dalam pengawasan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP) maupun yang dinyatakan positif agar kembali sembuh dengan bekerja sama dengan gugus tugas di Provinsi Riau. Sedangkan tahapan rehabilitasi, lanjut dia, pihaknya penanganan dan pemeliharaan tempat atau wilayah yang dikategorikan pendemi ditangani dengan baik, agar tempat itu aman dan bersih bagi masyarakat dari virus corona. (sol/rir/hsb/hen/ted)
Laporan:Tim Riau Pos (Pekanbaru)