SELATPANJANG (RIAUPOS.CO) - Festival Perang Air sempena Imlek di Kepulauan Meranti dimulai, Ahad (22/1) sore. Sejumlah ruas jalan di pusat Kabupaten Kepulauan Meranti dipenuhi ribuan warga saling siram, terpantau cukup semarak.
Rute festival melingkar di Kecamatan Tebingtinggi, pusat Kabupaten Kepulauan Meranti. Ruas jalan yang dilewati, Jalan Ahmad Yani, Jalan Diponegoro, Jalan Kartini, dan Jalan Imam Bonjol satu arah diikuti oleh semua kalangan usia yang berasal dari seluruh suku, ras dan agama. Artinya tidak hanya warga Tionghoa. Tokoh Masyarakat Tionghoa Tjuan An mengatakan, jika semua etnis melebur jadi satu dalam festival yang kerap mereka sebut Cian Cui (Perang Air) sempena Imlek kali ini.
Semarak hari pertama festival yang akan berlangsung tujuh hari berturut-turut itu bentuk dari kerinduan masyarakat karena festival ini sempat ditiadakan pada tahun lalu. ''Semua melebur. Tidak hanya warga Tionghoa. Semua etnis bersama sama ikut. Semarak bentuk kerinduan masyarakat karena tahun lalu dibatalkan karena Covid-19,'' ungkapnya.
Bupati Kepulauan Meranti H Muhammad Adil menyambut baik terlaksananya Perang Air kali ini. Puncak festival kata dia akan dibuka pada 25 Januari 2023 mendatang menjadi suatu keharusan.
Alasannya, festival tersebut merupakan satu bukti jika Kepulauan Meranti kaya dengan keberagaman budaya yang mempesona sehingga menjadi pemikat tersendiri bagi wisatawan luar. Bahkan ia mengklaim tingkat kunjungan wisatawan hingga hari akhir tidak kurang dari 50 ribu orang.
''Lima puluh ribu. Dari data operator pelabuhan saat ini masih belasan ribu. Biasanya itu hari ketiga kedatangan besar. Bahkan semua kamar hotel penuh terima pesanan,'' ungkapnya.
Artinya, kata Adil, terjadi geliat ekonomi yang cukup tinggi berlangsung hingga hari akhir mendatang. Bahkan setelah festival akan ada kirab budaya. Setidaknya, dihitung paling kecil, puluhan miliar uang yang beredar.
Hitungan kasar ini mengingat jumlah wisatawan yang datang ke Meranti, baik itu turis lokal maupun mancanegara untuk menikmati berbagai macam kegiatan yang menjadi tradisi masyarakat beretnis Tionghoa.
Dari hitungan kasarnya, paling sedikit wisatawan yang berkunjung sebanyak 15.000 ribu orang, terus mereka berada di Selatpanjang selama tujuh hari.
''Kita hitung kecil saja per orang makan Rp100 ribu saja dalam sehari, kalikan 4 ribu orang terus dikalikan selama seminggu mereka berada di Selatpanjang, apa nggak puluhan miliaran uang yang beredar. Ini baru kita hitungan kasar saja,'' bebernya.
Geliat ekonomi terasa hingga ke level ekonomi bawah. Terutama pekerja becak yang seharinya bisa dapat penghasilan tambahan sebesar Rp400 ribu. Apalagi penginapan, restoran dan kafe.
''Dampak pertumbuhan ekonomi pasti terjadi. Sehari itu puluhan miliar uang yang berputar di Kepulauan Meranti dampak perayaan Imlek. Makanya kita dukung ini dengan sejumlah acara besar, seperti Festival Lampion dan Perang Air,'' ungkapnya.
Ratusan Personel Siaga
Sementara itu, seluruh unsur petugas pengamanan di Kepulauan Meranti turun ke titik-titik rawan ketika berlangsungnya Imlek dan Festival Perang Air di Kepulauan Meranti. Bahkan pengamanan berlangsung jauh sebelum tibanya perayaan, seperti arus kunjungan dalam mengantisipasi lonjakan arus penumpang hingga penjagaan vihara dan kelenteng.
Demikian disampaikan oleh Kapolres AKBP Andi Yul SIK MH kepada Riau Pos. Pengamanan tidak hanya terhadap vihara dana kelenteng yang ada di pusat kabupaten, tapi tersebar di Kepulauan Meranti. Seperti 28 titik di Kecamatan Tebingtinggi, 1 Pulau Merbau, 4 Tasik Putropuyu, 1 Merbau, 2 Rangsang, dan 1 di Kecamatan Rangsang Pesisir.
''Seluruh tempat ibadah telah diploting personel Polres dan Polsek jajaran bersama dengan instansi terkait. Kami juga memastikan kedatangan dan keberangkatan penumpang di pelabuhan penumpang Tanjung Harapan berjalan dengan aman dan lancar,'' tuturnya.
Tidak hanya sampai di situ, dalam pelaksanaan Perang Air, puluhan personel gabungan juga disiagakan di sejumlah ruas jalan, terutama pusat festival yang melalui Jalan Ahmad Yani, Jalan Diponegoro, Jalan Kartini, dan Jalan Imam Bonjol, dengan pola satu arah. ''Semua persimpangan di jaga ketat. Hingga kini seluruh rangkaian dapat terkendali aman dan kondusif,'' ujarnya.(wir)