Seperti Pemakaman Ayah Sendiri
Tidak ada yang bisa mengalahkan tenaga Dandim 0313/KPR Letkol (Inf) Aidil Amin saat prosesi akhir pemakaman Azis Zaenal. Ayunan cangkul Dandim, di tengah-tengah pemakanan yang dikelilingi hutan karet dengan langit yang terus meredup itu, yang paling panjang di antara yang lain. Ketika Kajari Kampar Dwi Antoro dan Kapolres Kampar Andri Ananta Yudhistira sudah memberikan giliran cangkul pada yang lain, Dandim terus mengayunnya.
Ketiganya memang masih muda dan enerjik. Umur mereka masih terpaut dekat dengan dua putra bupati yang paling dikenal publik, Afrizal dan Yuyun Hidayat. Mereka hanyut di pusara Bupati, seakan-akan itu pemakaman ayah mereka sendiri. Sementara mereka bertiga mencangkul menutupi kuburan, para putra Bupati yang menyambut dan memadatkan tanah. Sepatah kata pun tidak ada yang keluar dari mulut putra-putra bupati. Tapi yang terlihat jelas, ketiga pimpinan lembaga di Forkopimda Kampar itu sambil menahan kesedihan, mencoba memberikan bakti terakhir kepada ‘’Ayah’’ mereka. Keringat yang bercucuran tidak lagi dihiraukan.
Wajah Kapolres memerah, keringat Kajari terus menetes, begitu juga Dandim yang tidak bisa menyembunyikan wajah lelahnya. Bukan hanya karena mencangkul pada sore itu. Tapi sebelum itu ketiganya juga sudah berjalan kaki hampir 1 km. Itu terjadi ketika ketiganya memarkirkan kendaraan di kediaman orangtua Bupati menuju masjid Desa Kuapan yang berada di tepi Sungai Kampar. Bagi Dandim, Kapolres dan Kajari, Bupati sudah dianggap seperti ayah sendiri.
‘’Kami di Forkopimda menganggap beliau seperti orangtua sendiri, seperti ayah dan bapak kami. Itu kami nilai dari bagaimana dia dalam mengambil keputusan selalu mempertimbangkan banyak hal. Lalu bagaimana dia mengayomi kami semua di sana. Beliau selalu bericara di Forkopimda soal rakyat, selalu berusaha berbuat untuk rakyat, pertimbangannya selalu rakyat. Jadi betul bahwa dia memang mewakafkan dirinya untuk Kampar ini,’’ sebut Dandim.