PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Pesawat yang ditumpangi Retno Sri Hartati sempat berputar-putar di udara selama hampir dua jam, karena tidak bisa mendarat di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru.
Retno Sri Hartati salah seorang penumpang asal Jakarta tujuan Pekanbaru yang menggunakan pesawat Batik Air ID6856. Pesawat yang ditumpanginya dialihkan (divert) ke Bandara Hang Nadim, Batam. Sebab jarak pandang terbatas di Pekanbaru kurang dari 800 meter saat itu.
"Bagi yang lanjut usia tentu khawatir. Tadi ada satu yang tidak mau naik pesawat lagi, memilih naik feri dari Batam ke Pekanbaru," ungkap Retno.
Retno yang bekerja di Kementrian Pertanian RI sebagai kepala eselon II itu melakukan kunjungan ke Pekanbaru dalam rangka KTNA Nasional. Awalnya diperkirakan ia akan tiba di Pekanbaru pukul 07.35 WIB pagi, namun baru bisa mendarat sekitar pukul 13.00 WIB atau sekitar tujuh jam sejak keberangkatannya dari Jakarta.
"Tadi sebenarnya posisi sempat ragu. Katanya lancar. Tapi setelah mau mendarat tidak bisa. Pak Menteri juga mau hadir naik Garuda, kami naik Batik Air sudah boarding jam lima subuh tadi. Belum tahu ini informasinya sudah tiba atau belum," ucapnya.
Saat berada di udara, kata dia, pilot maskapai sempat mengumumkan akan menunda pendaratan satu sampai dua jam lamanya. Namun karena tetap tidak bisa, ditambah kondisi bahan bakar yang menipis, akhirnya maskapai memutuskan mendarat di Bandara Hang Nadim Batam.
"Bisa dibayangkan di atas kami berputar-putar selama dua jam. Tidak bisa mendarat, akhirnya 45 menit mendarat di Batam. Di Batam menunggu lagi sampai 1,5 jam sampai akhirnya boarding," ungkapnya.
Karena itu, ia sempat hampir membatalkan kunjungannya ke Pekanbaru dan telah meminta untuk segera diuruskan tiket kembali ke Jakarta. Namun akhirnya tidak jadi, ia bersama penumpang lainnya dipanggil untuk kembali naik ke pesawat.
"Tampaknya Tuhan ingin kami ikut merasakan dampak asap ini. Merasakan beratnya hidup di Riau saat ini," sambungnya.
Sementara untuk kondisi penumpang saat pesawat berputar-putar di angkasa, kata dia, kondisi di dalam saat kondusif dan nyaman. Hanya saja waktunya yang lama untuk bisa landing.
"Beda kalau memang masalah cuaca, beda situasi. Kondisi di atas kami semua nyaman," jelasnya.
Tak hanya penumpang yang ikut merasakan itu. Beberapa masyarakat yang menunggu di area kedatangan Bandara SSK II juga telah menunggu berjam-jam untuk menjemput keluarganya. Austin salah, seorang warga Pekanbaru telah berada di bandara sejak pukul 07.00 WIB menunggu kedatangan keluarganya dari Jakarta.
"Dapat informasi tadi dari petugas flight Jakarta dialihkan ke Batam. Kini sudah kembali ke bandara asalnya," ujarnya.
Ia mengharapkan permasalahan kabut asap ini bisa segera terselesaikan. Tidak hanya menganggu kesehatan namun banyak hal juga, termasuk moda transportasi.
"Harapkan pemerintah bisa lebih aktif untuk segera selesaikan masalah ini. Informasi tadi, dia sudah berangkat dari Jakarta jam enam, tiba di sini setengah delapan. Sekarang tunggu kabar dari sana dulu dan petugas di sini bagaimananya nanti," paparnya.
Berbeda dengan Lisa, warga Pekanbaru bersama anak-anaknya yang juga menjemput keluarga, mengatakan saat penerbangan dari Bangka Belitung ke Pekanbaru dialihkan ke Batam. Keluarganya dengan cepat menginformasikan hal tersebut, sehingga ia tidak harus menunggu berlama-lama di bandara.
"Baru sampai tadi. Dia langsung hubungi divert di Batam saat sampai. Setengah jam itu bilang mau terbang ke Pekanbaru," kata dia.
Informasi yang diterimanya, karena jarak pandang membuat pesawat tidak bisa turun. "Informasi tadi gitu. Pada tidak bisa turun karena asap," tutupnya.
Laporan : *1/Muslim Nurdin (Pekanbaru)
Editor : Firman Agus