AIRTIRIS (RIAUPOS.CO) -- Tim Gabungan Densus 88, Brimob Polda Riau dan Polres Kampar melakukan penyergapan terhadap tiga terduga teroris di Kelurahan Airtiris, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar Ahad (21/6). Saat penyergapan ketiga terduga terosis ini sempat mencoba ari lewat pintu belakang dan polisi sempat melepaskan tembakan.
Dor, dor! Suara letupan senjata api mengejutkan warga RT 03 RW 04 Kelurahan Airtiris. Asnur (28) yang sedang berada tidak jauh dari lokasi, langsung mencari arah suara tembakan tersebut. Tidak berapa lama dirinya melihat sudah banyak warga yang datang berkerumun tak jauh dari lokasi sekitar pukul 12.30 WIB. Asnur juga melihat banyak polisi menggunakan helm dan rompi antipeluru.
Polisi telah mengepung rumah yang diketahui Asnur merupakan rumah almarhum nenek Lisuik yang belum lama meninggal. Namun, dirinya dan puluhan warga tidak bisa mendekat hingga radius 100 meter dari rumah tua itu. Garis polisi berwarna kuning telah mengitari halaman rumah. Sejumlah personel polisi, dua mobil yang salah satunya mobil Gegana terparkir dekat rumah tersebut.
‘’Tadi (kemarin, red) kaget aja, kirain apa? Rupanya ada teroris. Rupanya itu bunyi tembakan peringatan sebelum polisi masuk ke rumah,’’ cerita Asnur.
Menurut keterangan Asnur, rumah yang disergap tersebit tinggal tiga terduga teroris sejak tiga bulan terakhir. Dirinya mengaku tidak tahu persis, yang jelas 10 hari menjelang Ramadan, rumah itu sudah ditempati. Namun dirinya tidak pernah berkomunikasi langsung dengan para penghuni.
Namun, setiap hari melewati rumah sewaan tetangga itu, dirinya hanya melihat para penghuninya berjambang dan berjenggot. ‘’Yang ngontrak bertiga, lelaki semua. Mereka berjambang dan jarang keluar. Ndak ada ngomong. Kerjanya aja kami tak tahu. Memang waktu bulan puasa (Ramadan, red) lalu, mereka ada jualan minuman di Pasar Airtiris,’’ cerita Asnur.
Kendati kurang bersosialisasi, Asnur mengaku tidak menaruh curiga. Hanya saja, ketiga orang tersebut tidak pernah dilihatnya Salat Jumat di masjid sekitar. Asnur juga mengaku melihat beberapa kali ada tamu datang ke rumah tersebut. Tamu itu menurut Asnur, di antaranya pernah dilihatnya menggunakan kendaraan roda empat. Dirinya pernah melihat yang datang berdua, salah satunya menggunakan cadar.
‘’(Identitas) tidak ada yang tahu. Cuma saya dengar cerita orang yang sering ngantar air minum ke sini (rumah kontrakan terduga teroris, red), satu orang sempat bicara sama ibu (orang tua Asnur, red) dan mengakunya orang Simpang Kubu,’’ sebut Asnur tanpa bisa memberikan keterangan lebih lanjut terkait identitas tiga terduga teroris tersebut.
Sejumlah warga yang ikut menyaksikan penyergapan rumah tersebut mengatakan, dua terduga lainnya merupakan asal Merangin dan satu lagi berasal dari Aceh. Namun, informasi tersebut tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya. Lurah Airtiris, Ashar yang berada di lokasi juga mengaku tidak mengetahui identitas para terduga teroris.
‘’Rumah ini tidak boleh didekati hingga status quo karena masih ada barang-barang berbahaya dalam rumah. Kami ingatkan lagi, nanti kami minta RT dan RW untuk memastikan rumah ini tidak dimasuki oleh siapa pun,’’ sebut Ashar.
Terkait identitas terduga teroris, Ketua RT 04 Asril yang didatangi wartawan ketika pihak kepolisian sudah meninggalkan lokasi, juga mengaku tidak tahu. Asri yang terlihat sedikit takut ditanyai wartawan hanya mengaku pernah berkomunikasi dengan salah seorang di antara mereka saat malam Ramadan.
‘’Dia pernah datang sekali malam hari mengantar kartu keluarga (KK) pada bulan Ramadan. Tapi saya tidak tanya nama karena mau cepat-cepat salat,’’ terangnya. Ketika ditanya nama-nama tertera di atas KK tersebut, Asril juga mengaku tidak sempat membacanya. Dirinya juga tidak tahu di mana KK itu saat ini.
‘‘Drama’’ penyergapan juga diketahui Agus (34) yang tinggal tidak jauh dari lokasi penangkapan. Dirinya bercerita, saat suara tembakan polisi, dirinya sedang berada di dekat lokasi kejadian. Ia ikut melihat salah satu terduga teroris mencoba lari dari belakang rumah.
Tidak sampai 50 meter dari pintu belakang rumah itu, terduga dapat diamankan polisi. Dua lainnya juga mencoba lari, tapi dengan cepat diamankan polisi di sawah yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah kontrakan tersebut.
‘’Satu orang ditangkap sekitar 50 meter di belakang rumah, berdua ke arah sawah sekitar 100 meter dari rumah. Waktu suara tembakan itu mereka lari dari pintu belakang, semuanya ditangkap dan langsung dibawa pergi,’’ terangnya.
Terkait identitas pelaku, Agus berdasarkan cerita tetangganya, mereka bertiga bukanlah warga Airtiris. ‘’Yang hanya saya ketahui, satu dari Simpang Kubu, satu asal Rantau Berangin dan satu dari Aceh,’’ sebutnya.
Tim gabungan kepolisan meninggalkan lokasi sekitar pukul 16.30 WIB. Sejumlah mobil terlihat membawa banyak barang bukti. Salah satu mobil mini bus berplat polisi membawa satu unit white board bertuliskan ‘’akhlak kami’’.
Agus juga melihat polisi ikut mengangkat white board ukuran kecil itu dan membawa sebuah termos dan sejumlah cairan serta perkakas lainnya. Rumah itu sendiri ditinggal begitu saja dalam kondisi pintu depan dibiarkan terbuka.
Pihak kepolisian, dalam hal ini Polres Kampar tak mau memberikan keterangan lebih detail terkait penyergapan ini.
‘’Masalah teroris itu kegiatan Densus, tak ada laporannya sama kami,’’ ujar Kabag Humas Polres Kampar Iptu Deni Yusra saat ditanya kejadian penangkapan terduga teroris di Kelurahan Airtiris.
Diduga Bawa Bom, Warga Ditangkap di Jalan
Sementara itu, di Pekanbaru, kepolisian melakukan penangkapan terhadap seorang pengendara sepeda motor di Jalan HR Soebrantas, Ahad (21/6). Penangkapan pria yang belum diketahui identitasnya itu diduga lantaran membawa bom.
Salah seorang warga, Kiki menyebutkan, proses penangkapan itu berlangsung sekitar pukul 11.00 WIB. Saat itu, dirinya melihat pengendara ditabrak dari arah belakang oleh pengendara lain, dan terjatuh tepat di depan Jalan Kutilang Sakti. “Kami kira awalnya kecelakaan, tapi rupanya ada penangkapan,” ungkap Kiki.
Perempuan berprofesi pedagang tersebut menambahkan, penangkapan dilakukan enam orang pria berpakaian sipil dan menggunakan senjata api (senpi) laras pendek. Kiki bersama warga lain mencoba mendekati tapi seorang pria yang melakukan penangkapan menyampaikan ada bom dan meminta menjauh dari tempat tersebut. “Mereka bilang ada bom. Sebagian warga ada juga mendengar bunyi dari dalam koper itu, makanya kami langsung menjauh,” imbuhnya.(end/rir)