BANDUNG (RIAUPOS.CO) - Bisnis suratkabar sedang mengalami disrupsi atau gangguan, sehingga tidak berjalan seperti biasa karena kemunculan kompetitor baru, khususnya platform media digital. Sebagai pemain lama bisnis media, tentu para owner suratkabar mesti memikirkan ulang strategi untuk berhadapan dengan era baru. Sebab, bagaimanapun media konvensional dinilai masih berpengaruh kuat.
Hal itu diungkapkan Ketua Harian Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat Januar P Ruswita membuka Workshop, Bimtek dan Rakerda SPS Riau di Meeting Room Hotel Ibis Trans Studio, Bandung, Senin (21/2) pagi. Kegiatan Bimtek itu diikuti sekitar 30-an pengurus SPS Riau yang sebagian besar owner media cetak/suratkabar.
Selama kegiatan yang berlangsung tiga hari hingga Rabu lusa, peserta Bimtek juga rencananya melakukan peninjauan ke suratkabar Pikiran Rakyat Grup di Bandung dan media platform IDN Times di Jakarta.
Ketua Harian SPS Pusat Januar P Ruswita yang juga owner Pikiran Rakyat Bandung dalam sambutannya mengungkapkan, bisnis suratkabar sedang mengalami disrupsi atau gangguan, sehingga tidak berjalan seperti biasa karena kemunculan kompetitor baru, platform media digital.
Berdasarkan data yang dihimpun SPS Pusat, kata JP Ruswita, terjadi penurunan drastis jumlah surakabar harian dan mingguan di Pulau Jawa dari 600 menjadi 400 pada rentang waktu 2015-2021. Begitu juga untuk majalah dari 600 perusahaan turun menjadi 100.
"Tahun 2015 total tiras suratkabar harian/mingguan sebanyak 9 juta eksemplar, turun ke posisi 4,1 juta eksemplar di tahun 2021," papar JP Ruswita.
Kondisi demikian, sebut Januar Ruswita, merupakan tantangan bagi pemilik media mainstream seperti suratkabar dengan meningkatkan kompetensi dan inovasi digital. "Dan inovasi digital jangan hanya sebatas jadi tantangan, tetapi jadikan sebagai peluang untuk meningkatkan bisnis (media)," harap JP Ruswita.
Sebelumnya Ketua SPS Riau Khairul Amri di kesempatan yang sama mengungkapkan, kegiatan Bimtek tersebut merupakan bukti owner-owner media, khususnya media cetak, masih tetap bersemangat di tengah gempuran hebat media-media online. "Sebagai salah satu asosiasi perusahaan pers, Alhamdulillah SPS Riau tetap bersemangat meski kondisi (media cetak) berat," katanya.
Bos suratkabar Info Riau tersebut mengungkapkan, lewat kegiatan seperti workshop dan bimtek ini diharapkan para pemilik media di Riau memperoleh banyak masukan untuk bisa terus melanjutkan usaha media. "Media cetaknya tetap hadir, namun bisnisnya bisa saja di tempat lain," ujarnya.
Dalam Worshop dan Bimtek tersebut, hadir sejumlah narasumber seperti Dr Dadang Rahmat Hidayat SH SSos MSi, Dekan Fikom Unpad dan Pusat Asmono Wikan, Sekjen SPS Pusat. Interaksi peserta dengan para narasumber membuat workshop dan bimtek.
Dadang Rahmat membahas tentang "Mengelola Media Massa di Era Digitalisasi". Di antaranya, dijelaskan Dadang, perkembangan media massa akan terkait dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Mengingat saat ini media massa sudah menjadi konvergen, dimana pada saat bersamaan pesan disampaikan melalui semua saluran media yang ada termasuk dengan menggunakan media sosial dan aplikasi tertentu.
"Dengan memiliki multiplatform media akan lebih bisa bertahan karena dapat menjangkau khalayak lebih banyak," katanya.
Meski demikian Dadang memprediksi dan optimis media cetak akan tetap bertahan ke depannya. "Situasinya kan sama di awal-awal kemunculan televisi. Banyak kalangan dulu memperkirakan radio akan tamat riwayatnya setelah kemunculan televisi. Tetapi kenyataannya tidak begitu. Saya kira media seperti suratkabar juga demikian saat ini dan ke depannya," urainya.
Untuk itu dalam era digitalisasi sekarang ini, selain terus berinovasi, para pemilik media cetak seperti suratkabar dituntut selalu menjaga gengsi, trust dan kredibilitas lebih kuat.
Kredibilitas dan tingkat kepercayaan publik, masih di media konvensional, terutama untuk menyentuh pengaruh atau pengambil kebijakan.(rls/egp)