PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Jumlah pasien positif Covid-19 yang sembuh di Riau terus bertambah tiap hari. Namun kabar buruk, setiap hari juga terdapat penambahan pasien yang meninggal dunia.
Informasi yang dirangkum dari Dinas Kesehatan (Diskes) Riau, per Ahad (20/6) terdapat penambahan 12 pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia. Total yang meninggal di Riau 1.835 orang.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau Mimi Yuliani Nazir saat dikonfirmasi mengatakan, rata-rata pasien yang meninggal dunia tersebut adalah yang berusia lanjut dan memiliki riwayat penyakit penyerta. "Rata-rata yang meninggal dunia itu yang sudah berusia lanjut, di atas 50 tahun. Kemudian juga memiliki penyakit penyerta. Akibatnya penyakit itu semakin parah karena ada Covid-19," katanya.
Lebih lanjut dikatakan Mimi, untuk penyakit penyerta yang banyak membuat pasien positif meninggal adalah diabetes, hipertensi, pneumonia, ginjal, asma, jantung, dan TB paru. "Untuk itu, kami kembali mengimbau kepada masyarakat agar tetap menjalankan protokol kesehatan. Karena penyakit ini mudah menular, apalagi yang di rumah memiliki orang tua yang sudah lanjut usia," ajaknya.
Dijelaskan Mimi, bagi anak muda yang terjangkit Covid 19, maka kebanyakan tidak akan menimbulkan gejala atau kerap disebut orang tanpa gejala (OTG). Namun jika OTG tersebut pulang ke rumah, bisa saja menularkan kepada orang tuanya.
"Yang menjangkiti orang tua ini yang berbahaya. Apalagi yang sudah lanjut usia. Untuk itu, mari terus terapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker, cuci tangan, dan menjaga jarak," imbaunya.
Per Ahad (20/6) di Riau terdapat penambahan 274 pasien positif Covid-19, dengan demikian total pasien positif Covid-19 di Riau 67.762 orang. Selain itu juga terdapat penambahan 382 pasien yang dinyatakan sembuh, sehingga total pasien positif yang sembuh di Riau 62.712 orang.
Perlu Penanganan Jangka Pendek dan Panjang
Kenaikan kasus positif Covid-19 masih belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Pemerintah didorong untuk cepat mengambil langkah tegas untuk mengurangi laju penularan.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mengungkapkan, untuk crash program 14 hari ada sejumlah hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah (pemda). Pertama, menerapkan karantina wilayah. Hal ini dinilai efektif untuk membatasi pergerakan orang. Namun, pemda juga harus siap dengan konsekuensi yang mengikutinya. Salah satunya, soal kewajiban mencukupi keperluan logistik warga selama masa karantina seperti yang tercantum dalam pasal 52 Undang-undang Karantina.
"Kalau untuk sesaat bisa efektif, tapi tidak untuk jangka waktu lama," ujarnya, kemarin (20/6). (sol/jpg)