PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- PEMBATASAN sosial berskala besar (PSBB) di beberapa daerah di Riau yang sudah berakhir 29 Mei lalu berkemungkinan bisa diterapkan kembali. Pasalnya, dalam dua hari terakhir terjadi penambahan jumlah pasien positif Covid-19 yang cukup signifikan. Dari catatan Riau Pos, terdapat tiga klaster baru penularan Covid-19 di Bumi Lancang Kuning dalam sepekan terakhir. Yakni klaster Kuansing, Inhil, dan Bank BRI. Dari tiga klaster baru tersebut, total sudah ada 19 pasien positif.
Sekretaris Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Riau Syahrial Abdi mengatakan, jika dalam beberapa hari ke depan tim menemukan hal-hal yang berkaitan dengan penambahan pasien positif Covid-19 akibat prilaku masyarakat yang tidak lagi menerapkan protokol kesehatan dan akibat penerapan new normal, maka PSBB dimungkinkan bisa diterapkan lagi.
"Sangat mungkin PSBB diterapkan lagi. Apalagi kalau tim menemukan hal-hal yang berkaitan dengan penularan Covid-19 akibat pola new normal yang diterapkan. Yang artinya ketika menerapkan new normal mengakibatkan penularan Covid-19 baru, otomatis perlu dilakukan pemutusan mata rantai penyebaran virus dengan melakukan PSBB," katanya.
Untuk itu, dalam beberapa waktu ke depan ini, Tim Gugus Tugas akan melakukan evaluasi terhadap kasus Covid-19 di Riau. Terutama di daerah yang sudah ditemukan klaster baru. Pasalnya, tim medis saat ini masih terus melakukan tracing kontak pasien-pasien positif Covid-19.
"Untuk itu, kita perlu memberikan dukungan kepada tim yang masih bekerja di lapangan saat ini. Berikan informasi yang valid agar tim bisa tepat dalam menentukan tindakan selanjutnya yang dapat menyelamatkan jiwa manusia," pintanya.
Sementara itu Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Riau dr Indra Yovi mengumumkan adanya penambahan delapan pasien positif Covid-19 di Riau per hari Jumat (19/6). Dari delapan pasien positif Covid-19 tersebut, tujuh di antaranya berasal dari klaster Bank BRI.
"Dengan adanya penambahan delapan pasien positif tersebut, total pasien positif Covid-19 di Riau saat ini menjadi 142 dari sebelumnya 134," katanya.
Untuk pasien ke-135 berinisial IB (30), pasien ke-136 RA (38), pasien ke-137 CG (38) pasien ke-138 H (54), pasien ke-139 RD (30), pasien ke-140 NI (40), dan pasien ke 141 NS (30) yang ketujuhnya merupakan kontak erat pasien positif sebelumnya atau berasal dari klaster BRI.
"Untuk pasien positif ke-142 WA (47) merupakan warga Pekanbaru namun bukan berasal dari klaster BRI. Belum diketahui riwayat perjalanannya. Saat ini yang bersangkutan dirawat di Rumah Sakit Ibnu Sina Pekanbaru," jelasnya.
Dengan adanya penambahan pasien positif ini, Indra Yovi menegaskan, masalah Covid-19 belum selesai. Menurutnya, bisa saja penambahan kasus ini merupakan awal gelombang kedua di Riau.
"Ini bisa saja awal gelombang kedua penularan Covid-19 di Riau. Untuk itu masyarakat harus lebih waspada, tetap patuhi protokol kesehatan," ajaknya.
Untuk itu, pihaknya mengimbau masyarakat terus menerapkan protokol kesehatan. Pasalnya, dalam beberapa pekan terakhir ini pihaknya melihat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan sangat rendah terutama di tempat keramaian.
"Jika terus dibiarkan seperti ini, dikhawatirkan akan terus berkembang dan jadi tidak terkontrol. Jadi perlu kesadaran bersama," ujarnya.
Khusus untuk klaster BRI ini, pihaknya masih ada menunggu hasil swab yang belum diketahui hasilnya. Artinya, tujuh pasien yang sudah diumumkan tersebut masih berkemungkinan akan bertambah karena masih ada hasil swab yang masih ditunggu.
"Belum semua hasilnya keluar, karena yang rapid test negatif juga di swab. Kemungkinan hari Ahad baru bisa diketahui semua hasilnya," jelasnya.
Sementara itu Pimpinan Cabang BRI Pekanbaru Yudi Wahyudi menjelaskan, tiga orang yang pada hari sebelumnya (18/6) ditetapkan positif Covid-19 adalah pihak ketiga BRI dan sama sekali tidak melayani nasabah. Dari ketiga orang itu, dua di antaranya adalah pramubakti, dan satunya lagi teknisi gedung.
"Yang tiga ini pihak ketiga atau outsourching kami, bukan pekerja bank. Jadi nggak ada berhubungan dengan nasabah. Pekerjaannya seperti antar surat, ganti lampu dan lain-lain. Sekali lagi itu bukan pegawai BRI," ungkap Yudi.
Yudi mengatakan ketiga orang tersebut juga tidak ada kaitannya dengan pegawai BRI, DH yang telah ditetapkan positif beberapa waktu lalu. "Bahkan rekan setimnya sama sekali tidak ada yang kena," ungkap Yudi.
Sementara itu terkait tujuh pegawai BRI yang dinyatakan positif Covid-19, kemarin (19/6), Yudi menuturkan pihaknya belum bisa memberikan tanggapan secara resmi. Dikatakannya, Kanwil BRI Pekanbaru yang akan memberikan penjelasan secara resmi.
"Nanti akan disampaikan secara resmi sama Kanwil pekan depan," ucapnya.
Terkait protokol kesehatan, Yudi mengungkapkan pihaknya telah melaksanakan protokol sesuai dengan anjuran pemerintah. “Protokol sudah kami jalankan, kami bisa mencegah dari dalam, tapi kalau dari luar kan tidak tahu. Bisa kena dari pasar, ketemu orang, dan lain-lain,” ujarnya.
Tunggu Langkah Gubernur Perketat Perbatasan
Jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Pekanbaru terus bertambah dalam beberapa hari terakhir. Wali Kota (Wako) Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT masih menunggu langkah Gubernur Riau H Syamsuar dalam memperketat perbatasan. Dalam satu bulan belakangan, ada penambahan tiga kasus yang tercatat di Pekanbaru. Ketiganya bukan warga Pekanbaru. Tetapi, ketiganya dari Kabupaten Natuna (Kepri), Kota Batam (Kepri), dan Kota Bandar Lampung (Lampung). Di luar ini, terdapat pula perambahan dari klaster BRI.
Wako Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT, Jumat (19/6) kemarin menyampaikan meski saat ini Pekanbaru sudah mengakhiri PSBB, namun belum sepenuhnya aman dari pandemi Covid-19.
"Kita belum aman," kata dia.
Dia kemudian memaparkan tentang pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang diketahui di Batam. "Dia tidak jujur, dia berjanji isolasi mandiri ternyata ke Batam melalui jalur tidak resmi. Pemko Batam cepat tanggap bisa menjaring dan akhirnya di rapid test hasilnya reaktif dan di-swab positif. Ditelusuri ke Pekanbaru, tiga positif," urainya.
Dia melanjutkan, jika dikelompokkan warga dari Pekanbaru yang positif di Batam itu masuk dalam kategori generasi pertama. "Tertular ini G 1. Teman sekantornya G 2. Kami khawatir jangan sampai membawa ke lingkungan jadi G 3," imbuhnya.
Dia menambahkan, dalam masa transisi ini kuncinya yang harus dipegang adalah disiplin pribadi di mana pun berada menerapkan protokol kesehatan.
"Gunanya untuk menyelamatkan diri kita, keluarga dan masyarakat di sekitar kita," tuturnya.
Dia juga mengimbau pada seluruh masyarakat bila ada gejala agar datang ke tempat pelayanan kesehatan.
"Bila terjangkit dan ditangani lebih awal akan lebih mudah untuk penyembuhan. Ini bukan hanya untuk kita, tapi juga untuk keluarga kita. Juga waspada di setiap aktivitas," tegasnya.
Apakah akan kembali melakukan pengetatan dalam aktivitas sehari-hari masyarakat? "Walaupun secara tegas tidak kita sebutkan dalam perwako 104/2020, sebenarnya untuk di luar provinsi ini kewenangan gubernur. Pada perbatasan Kampar dan Sumbar. Kalau di sana tersaring, ke kita tersaring," ucapnya.
Sementara itu, di perbatasan Pekanbaru dengan kabupaten yang lain, jajaran kepolisian dan dinas perhubungan melaksanakan pengetatan.
"Kami juga sudah sampaikan pada Kapolresta bersama dinas perhubungan lakukan pengetatan di perbatasan. Kemudian kami juga tetap melanjutkan langkah promotif dan preventif, bahwa kita belum aman," ujarnya.(sol/a/ali/ted)