PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Inflasi di Riau dalam enam bulan terakhir termasuk terendah di Sumatera. Namun sejak terjadi kenaikan harga cabai beberapa waktu belakangan ini, membuat inflasi di Riau mengalami kenaikan hingga 1,2 persen.
Sekretaris Daerah Provinsi Riau Ahmad Hijazi mengatakan, selama ini pihaknya selalu mengantisipasi terhadap hal-hal yang menyebabkan inflasi. Di mana ada tiga hal yang kerap menyebabkan inflasi dan menjadi perhatian serius pihaknya.
“Yang kerap menyebabkan inflasi itu ada tiga, yang pertama, gejolak terhadap moneter. Yang kedua, kebijakan kenaikan tarif seperti tiket pesawat namun ini tidak berdampak bagi Riau. Yang ketiga bahan bahan pokok dan bahan makanan,” katanya.
Dari tiga faktor tersebut, faktor ketiga yakni bahan makanan berupa cabai yang membuat inflasi di Riau tahun ini. Untuk itu, saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TIPD) untuk mencarikan solusi terkait inflasi di Riau akibat kenaikan harga cabai tersebut.
‘’Pada tanggal 24-25 Juli mendatang juga akan diadakan rapat TPID seluruh Indonesia di Jakarta yang dipimpin langsung oleh Presiden RI Joko Widodo. Dalam rapat itu juga mengundang seluruh gubernur untuk membahas tentang langkah langkah mengatasi inflasi ini,” sebutnya.
Menurut Sekda, untuk mengatasi inflasi akibat kenaikan harga cabai ini juga sebenarnya bisa dilakukan oleh masyarakat. Yakni dengan menanam sendiri cabai memanfaatkan lahan pekarangan rumah menggunakan pot. Pasalnya, Riau tidak bisa terus mengandalkan daerah produsen cabai seperti Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
“Mari tanam cabai menggunakan pot-pot di rumah agar minimal kita bisa memenuhi kebutuhan pribadi dan tidak membeli. Karena saat ini daerah produsen cabai seperti Sumatera Utara dan Sumatera Barat juga tengah mengalami inflasi akibat harga cabai,” sebutnya.
Selain itu, pihaknya meminta dinas terkait seperti dinas perkebunan melalaui bidang tanaman pangan untuk dapat serius melakukan budidaya cabai ini. Jangan disaat sudah terjadi inflasi baru sibuk melakukan budidaya.
“Dinas terkait juga harus serius dan konsisten, masalah kita sekarang ini tidak konsisten. Padahal, kejadian seperti ini sudah kerap terjadi,” katanya.(sol)