PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- PENAMBAHAN pasien positif Covid-19 di Riau terus mengalami peningkatan. Per Ahad (18/4) di Bumi Lancang Kuning bertambah 330 orang dan sekaligus membuat Riau berada pada urutan keempat penambahan pasien positif di Indonesia atau menjadi yang tertinggi di Sumatera.
Berdasarkan data update penambahan pasien positif Covid-19 yang dirilis pemerintah pusat, penambahan pasien harian terbanyak yakni DKI Jakarta 950 orang, Jawa Barat 769 orang, Jawa Tengah 396 orang dan kemudian Riau 330 orang. Di bawah Riau, ada Jawa Timur 241 orang. Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan, dengan penambahan 330 pasien tersebut, total penderita Covid-19 di Riau sebanyak 38.876 orang.
"Sementara itu, untuk pasien yang sembuh bertambah 285 pasien, sehingga total 35.258 orang yang sudah sembuh," katanya.
Untuk kabar dukanya, juga terdapat delapan pasien yang meninggal dunia. Sehingga total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau sebanyak 957 orang. Dari total pasien positif Covid-19 Riau, yang masih menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 637 orang. Sementara yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 2.024 orang.
"Sehingga saat ini jumlah pasien yang masih menjalani perawatan baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri tinggal 2.661 orang," ujarnya.
Sementara itu, untuk suspect yang menjalani isolasi mandiri 2.573 orang dan yang isolasi di rumah sakit 255 orang. Total suspect yang selesai menjalani isolasi 78.806 meninggal dunia 259 orang. "Untuk informasi lainnya, sampai hari ini (kemarin, red) laboratorium biomolekuker RSUD Arifin Achmad sudah memeriksa sebanyak 254.670 sampel swab pasien," ujarnya.
Mimi mengatakan, salah satu penyebab peningkatan jumlah pasien Covid-19 di Riau yakni akibat banyak masyarakat yang tidak lagi menjalankan protokol kesehatan. Hingga akhirnya tertular Covid-19 yang kemudian menjangkiti anggota keluarganya.
"Banyak pasien yang berasal dari klaster keluarga. Penyebabnya karena tidak menjalankan protokol kesehatan. Untuk itu, tetap jalankan protokol kesehatan meskipun vaksin sudah diberikan," ajaknya.
24 Positif, Didominasi Kecamatan Siak dan Tualang
Kemarin, penambahan pasien terkonfirmasi positif di Kabupaten Siak 24 orang. Ada pun pasien yang sembuh dan dinyatakan selesai masa isolasi ada 17. Ke-17 pasien yang dinyatakan sembuh dan selesai masa isolasi berasal dari Kecamatan Dayun 5, Tualang 4, Minas 1, Mempura 4, Bunga Raya 3.
Demikian dikatakan Juru Bicara Satgas Penanggulangan Covid-19 Siak Budhi Yuwono. Menurutnya data ini merupakan data Sabtu (17/4). Dan pihaknya masih menunggu hasil 76 sampel yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Siak, terutama yang kontak erat dengan pasien positif dan telah uji swab.
"Total positif 2.850, dengan konfirmasi dirawat 146, sehat dan sudah dipulangkan atau selesai isolasi 2.541, isolasi mandiri 89, meninggal dunia 74," jelas Budhi.
Ada pun pasien konfirmasi positif yang dirawat tersebar di beberapa tempat dengan rincian, RS Eka Hospital Pekanbaru 14, RSUD Siak 64, RS Awal Bros 5, RS Duri 1,, RS Arifin Achmad Pekanbaru 2, RS Aulia 1, RS Santa Maria 1, RS Efarina 2, Asrama Haji Siak 56.
"Kami kembali mengimbau seluruh lapisan masyarakat Kabupaten agar tetap tenang dan tingkatkan kewaspadaan. Lakukan pembatasan fisik atau physical distancing," jelas Budhi.
Walaupun tidak sakit, belum tentu orang yang ditemui itu negatif Covid-19 dan tidak menyebarkan virusnya. "Maka pilihan yang terbaik adalah tetap di rumah dan hindari keramaian," kata Budhi.
Bakal Vaksin Datang Lagi, April-Mei Aman
Kemarin (18/4) bahan baku vaksin Covid-19 dari Sinovac kembali datang. Ada enam juta bulk atau bahan baku vaksin yang dibawa pesawat Garuda Indonesia. Di sisi lain, penelitian Vaksin Nusantara masih menuai polemik.
Kedatangan vaksin ini merupakan yang kedelapan sejak 6 Desember lalu. Ini merupakan bagian dari pengiriman 140 juta bulk vaccine yang akan kita terima tahun ini," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Total yang sudah di terima Indonesia dari Sinovac adalah 59,5 juta bulk vaccine.
Enam juta dosis bahan baku vaksin tersebut akan diolah dan diproduksi oleh PT Bio Farma. Hingga saat ini, dari kurang lebih 46 juta dosis vaksin yang telah diolah oleh Bio Farma. Sebanyak 22 juta dosis vaksin telah diterima dari BUMN.
"Diharapkan dalam satu bulan ke depan kita bisa menerima tambahan sekitar 20-an juta dosis lagi hasil produksi dari Bio Farma," ungkapnya.
Pertambahan ini dari 6 juta bulk yang baru datang. Budi berharap vaksinasi April dan Mei bisa berjalan. Pada Ramadan ini, Budi mengatakan pemerintah akan tetap menggelar vaksinasi massal secara gratis kepada masyarakat.
"Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah mengeluarkan fatwa bahwa vaksinasi yang dilakukan selama bulan Ramadan tidaklah membatalkan puasa," katanya.
Dia berharap vaksinasi kali ini tidak membuat euforia. Artinya harus tetap waspada. Sebab Covid-19 tetap masih ada. Untuk itu masih butuh protokol kesehatan.
Dalam kesempatan lain, Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih menyatakan vaksinasi harus dibantu banyak pihak. "Dengan upaya yang proaktif ini diharapkan dapat membantu pemerintah," ujarnya. Vaksinasi Covid-19 ini menurutnya harus ada upaya gotong royong.
Penelitian vaksin di dunia terus berkembang. Salah satunya Vaksin Nusantara yang terdapat perdebatan sejak awal. Peneliti vaksin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Soedjatmiko menyatakan pembuatan Vaksin Nusantara terlalu berisiko. "Darah diambil kemudian dipisahkan dibiakkan sel dendritik dengan bahan-bahan import di laboratorium," ujarnya.
Menurutnya, jika Vaksin Nusantara dilanjutkan maka memerlukan biaya yang mahal. Sebab, untuk membuat vaksin bagi puluhan juta penduduk Indonesia, maka semua penduduk harus diambil darahnya. Soedjatmiko meragukan hal ini dapat berlangsung.
"Kemudian diproses di laboratorium khusus oleh tenaga khusus yang bisa memisahkan dendritik. Tidak bisa oleh petugas lab biasa," ucapnya. Dia menegaskan, cara ini bisa berisiko terkontaminasi bakteri. Selanjutnya dia menjelaskan proses dendritik ini responnya sangat individual. Ini berkaca dari pengalaman pengobatan untuk kanker. "Hasilnya berbeda untuk setiap orang," kata Soedjatmiko.
Selanjutnya, dia juga mengkritisi terkait proses penelitian. Bukti vaksin benar-benar aman dan efektif dapat diketahui setelah uji klinis fase 3 ditambah pengamatan beberapa bulan. Sebelum fase ini belum selesai, bakal vaksin tidak boleh disuntikkan ke orang lain di luar subjek penelitian.
"Kalau uji klinis fase 1 belum terbukti aman dan belum ada bukti meningkatkan kekebalan, maka belum bisa dilanjutkan ke fase 2," ucapnya.(sol/mng/lyn/jpg/ted)
Laporan: TIM RIAU POS, Pekanbaru