Pelaksanaan pemilu legislatif (Pileg) yang disatukan dengan pemilihan presiden (Pilpres) pada tahun ini, benar-benar membuat petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di sejumlah TPS di daerah harus bertungkus lumus. Mereka sama sekali tak bisa menunda penuntasan pekerjaan itu hingga ke esokan harinya.
(RIAUPOS.CO) -- H Amuin T, petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 005, Kelurahan Selatpanjang Timur, Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti ini salah satunya. Dia adalah salah seorang dari Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) tersebut.
Walau saat ini usianya sudah 64 tahun, namun semangatnya untuk menjaga TPS dan mengisi formulir model C1-KWK tidak terlihat kendor. Tangannya begitu cekatan. Satu per satu lembar form model C1-KWK itu rampung ia isi. Saat terasa mulai lelah, Amuin memilih untuk menepi dan beristirahat sejenak.
Jika dinilai dengan honor yang diterima oleh para KPPS ini, maka jumlahnya masih sangat kecil. Namun menurut Amuin, bukan itu sesungguhnya yang mereka kejar. Akan tetapi mereka menginginkan pemilu di 2019 kali ini tidak “lecet”, agar tetap berkualitas.
‘’Ini tugas negara, dan sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk menyelesaikannya dengan baik. Kalau ditanya letih sudah pasti letih, tapi kita semua menanamkan niat untuk bekerja dengan ikhlas. Sehingga semua pekerjaan ini terasa ringan untuk dikerjakan,’’ ucap Muin saat ditemui Riau Pos Kamis (18/4) sore di kediamannya.
Walau semalaman tidak tidur, namun tidak serta merta membuat Muin harus menyelesaikan rasa kantuknya yang berat itu dengan tidur panjang menjelang siang. Dia mengaku tidak biasa telat bangun tidur. Atau tidur pagi dan bangun hingga siang hari.
‘’Penghitungan surat suara tahun ini benar-benar menjadi kenangan yang membekas, karena harus begadang semalaman. Kalau dulu hanya beberapa surat suara saja. Sekarang di pemilu 2019 ini ada lima yang harus dihitung perolehan suaranya. Mulai dari Pilpres, DPD, DPR RI, DPRD Provinsi, hingga DPRD kabupaten. Jadi itu yang bikin lama,” ungkapnya.
Menurutnya tugas KPPS sangatlah berat. Jika tugas itu tidak dilaksanakan dengan baik dan benar, maka akan berpotensi diadakan pemungutan suara ulang (PSU).
Selain PSU, dampak lain adalah beban sosial dari lingkungan setempat yang akan menghukum keberadaannya, serta rusaknya tatanan demokrasi hingga lima tahun ke depan.
“Jika bermasalah, atau bermain dan memanfaatkan demi kepentingan pribadi sehingga merusak tatanan demokrasi, tentu warga tidak percaya sama kita. Jadi itu yang harus kita jaga. Bukan sebentar. Gara-gara sedikit, lima tahun dikorbankan,” ujarnya.
Ia berharap budi baiknya bersama kawan-kawan yang lain dapat dibalas dengan kedamaian yang datang dari masyarakat. Menurutnya, jangan sampai berbeda pilihan, warga di daerahnya, dan rakyat Indonesia terpecah belah.
“Hanya itu saja. Jangan sampai kita terpecah karena beda. Buatlah perbedaan tersebut sebagai alasan untuk bersatu. Makanya marilah sama sama kita bedoa hingga rekapitulasi final yang dilakukan oleh KPU berjalan lancar. Percayakan mereka, karena mereka dipercayakan negara untuk menjaga suara rakyat,” harapnya.
Kondisi yang sama juga terekam jelas di TPS 73 dan TPS 116, Jalan Kayangan, Gang Geso, Kelurahan Air Jamban, Duri, Kabupaten Bengkalis.
Dari pantauan Riau Pos di lokasi pada Kamis (18/4) dini hari, terlihat petugas kedua TPS itu masih dilanda kesibukan yang sangat melelahkan. Hingga jam 02.45 WIB, pekerjaan petugas di kedua TPS ini belum juga tuntas.
“Pelaksanaan pencoblosan berjalan normal. Tidak ada penundaan waktu. Misalnya karena surat suara atau logistik lain yang kurang. Hanya saja, penghitungan memakan waktu lumayan lama. Belum lagi kami disibukkan dengan mengisi berlembar-lembar formulir yang telah ditetapkan KPU,” ujar Ketua KPPS TPS 116, Elvendos kepada Riau Pos, kemarin.
Kegiatan di dua TPS tersebut baru selesai sekitar pukul 03.00 lewat. Selesai proses perekapan surat suara, para petugas pun masih harus mengantar kotak suara plus sejumlah perlengkapan lainnya. Pekerjaan itu benar-benar membuat petugas kelelahan.
“Namun Alhamdulillah, pekerjaan berat kami akhirnya selesai juga. Saya baru pulang ke rumah menjelang subuh dan langsung istirahat karena sangat letih,” kata Elvendos.
Hal serupa juga dibenarkan Ketua KPPS di TPS 73, Wan Muhammad Arif. Meski tampak letih, Arif bersama rekan-rekannya malam itu tetap berusaha fight untuk menuntaskan tugas mulia ini.
Rian, seorang petugas di TPS 116 pun tak mampu menyembunyikan kelelahannya dinihari itu. Apalagi kondisi tubuhnya yang kurang sehat. Namun karena panggilan tugas, dia tetap berusaha untuk kuat dan menyelesaikan semua pekerjaan itu.
Tak hanya petugas KPPS yang harus bertungkus lumus. Sejumlah saksi pun terpaksa menahan kantuk menunggu formulir C1 yang diisi secara manual dan harus ditandatangani bersama.
Malah ada saksi yang sudah sempat pulang harus kembali karena mereka ditelepon untuk segera balik mengambil dan menandatangani berita acara hasil penghitungan suara.
Petugas Panwas TPS maupun personel kepolisian untuk kedua TPS ini pun terpaksa pula begadang malam itu. Mereka wajib mengawal agar pelaksanaan pemilu di TPS ini dan hasil penghitungannya benar-benar aman. (*4/*2/nda/sda/bersambung)
Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru
>>>Selengkapnya baca Harian Riau Pos