PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - TUBERCULOSIS (TBC) atau TB adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri. TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak. TBC tentunya sudah tidak asing lagi bagimasyarakat awam. Meski begitu, kenyataannya masih banyak dari kita yang mungkin belum mengenal lebih jauh tentang TB. Mulai dari gejala hingga pengobatannya.
Dokter Spesialis Paru di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dr Sri Melati Munir SpP (K) FISR mengatakan TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). "Penyakit ini sudah ada sejak 24 Maret 1882. Hingga saat ini, TB masih ada karena banyak penderita yang belum diobati dan penyakit ini dapat menularkan kepada orang yang sehat," terangnya kepada Riau Pos, Ahad (11/6).
Sri menerangkan bahwa TBC memiliki beberapa ciri khas. Diantaranya adalah batuk yang berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. "Bedanya dengan batuk lain, batuk TB ini biasanya lebih dari 2 pekan, bisa disertai dengan atau tanpa darah," sambungnya.
Kemudian, penderita TBC biasanya memiliki gejala lain seperti berkeringat pada malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan. "Ciri lainnya adalah demam atau sumer-sumer selama lebih dari dua pekan. Berat badan juga turun," jelasnya lagi. Namun, secara umum gejala yang sering dijumpai di antaranya adalah batuk berdahak, dahak bercampur darah, sesak napas, dan nyeri dada. TB paru sendiri diderita oleh pasien dengan usia produktif. Baik laki-laki maupun perempuan, sama-sama memiliki potensi untuk terjangkit penyakit ini.
Jika menemukan gejala tersebut, disarankan untuk segera mendatangi puskesmas atau rumah sakit untuk segera ditangani. Meski tergolong penyakit menular, pasien TB dikatakan dr Sri, pasien TB tidak diisolasi. Akan tetapi, dalam kondisi tertentu, isolasi dinilai perlu. "Pasien TB tidak diisolasi. Hanya yang batuk darah kita siapkan ruang isolasi sehingga bisa kita observasi batuk darahnya. Nanti akan diobati minimal 6 bulan dan pengobatan yang diberikan gratis. Jika TB resisten obat bisa pengobatannya 18 bulan hingga 22 bulan," paparnya.
Obat tersebut harus diminum secara rutin dan teratur selama proses pengobatan selama 6 bulan. Jika obat diminum secara rutin dan kondisi fisik selalu dijaga, maka pada umumnya kuman TB sudah mati di bulan ke enam. Pasien TB dijelaskan Sri juga sensitif obat. "Jika ada anggota keluarga yang terkena TB, harus diobati hingga sembuh," pesannya.
Hal tersebut menjadi penting karena TB bisa terdapat di organ lain dan menyebabkan kerusakan di berbagai organ. Apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara menerapkan gaya hidup sehat. Kemudian, untuk mencegah penyebaran kuman TB, disarankan pula untuk membuka jendela rumah lebar-lebar agar udara masuk dan sinar matahari dapat masuk. "Karena kuman TBC akan mati apabila kena sinar matahari," terangnya.
Kemudian, masyarakat diimbau pula untuk mengonsumsi makanan sehat, tidak meludah di sembarang tempat, dan menutup mulut saat bersin atau batuk. Ia juga melihat sejauh ini pemerintah sudah menaruh perhatian khusus akan penyakit ini. Hal itu dibuktikan denga biaya pengobatan yang digratiskan. "Pengobatan TB seluruhnya gratis dan ditanggung pemerintah," tuturnya.(azr)