IDUL FITRI 1442 H

Hingga H+3, 1.810 Kendaraan Putar Balik di Lintas Riau-Sumbar

Riau | Senin, 17 Mei 2021 - 10:06 WIB

Hingga H+3, 1.810 Kendaraan Putar Balik di Lintas Riau-Sumbar
Kendaraan angkutan barang tetap diperiksa petugas di Posko Penyekatan Perbatasan Riau-Sumbar di Desa Tanjung Alai, XIII Koto Kampar, Ahad (16/5/2021). (SATLANTAS POLRES KAMPAR FOR RIAUPOS.CO)

KAMPAR (RIAUPOS.CO) -- Arus lalu lintas pada jalur mudik lintas barat masih sepi. Sepanjang Jalan Lintas Riau-Sumatera Barat (Sumbar), terutama yang melewati wilayah Kabupaten Kampar hingga ke perbatasan Sumbar, jauh menurun dibanding hari-hari normal.

Hal ini juga dilaporkan Satlantas Polres Kampar yang terus melakukan pemantauan arus lalu lintas sejak adanya larangan dan penyekatan mudik per 6 Mei lalu. Sejak pelarangan, Posko Penyekatan Perbatasan Riau-Sumbar di Desa Tanjung Alai, XIII Koto Kampar tercatat sudah 1.810 kendaraan diminta berbalik arah.


"Petugas masih bersiaga di posko perbatasan guna melakukan penyekatan. Hingga hari ini (kemarin, red), ada 1.810 kendaraan diminta putar balik akibat penyekatan ini," sebut AKP Angga Wahyu Prihantoro, Ahad (16/5) petang.

Pantauan Riau Pos, tidak terdapat antrean kendaraan sepanjang jalan lintas Riau-Sumbar. Selain itu juga tidak terlihat adanya kendaraan angkutan, baik jenis kendaraan travel minibus maupun kendaraan umum berukuran sedang hingga menengah lainnya. Sepanjang jalan hampir landai tanpa ada lawan arus dalam jumlah besar. Terutama sejak melewati simpang Batu Bersurat menuju lokasi posko penyekatakan di perbatasan.

Angga menyebutkan, sejak larangan yang dilakukan 6 mei 2021 lalu, lalu lintas menurun drastis. Menurutnya, penurunan juga terjadi pada H+1 Idulfitri, di mana kendaraan yang diminta putar balik berkurang, karena memang terjadi penurunan arus kendaraan dari dan menuju Sumbar.


"Arus lalu lintas memang sedikit sepi, karena selain ada pembatasan, masyarakat juga sudah sadar ada penyekatan di perbatasan," sebut Angga.

Akibat pembatasan mudik ini, sejumlah objek wisata di Kabupaten Kampar mengalami peningkatan pengunjung. Hingga pembatasan maksimal pengunjung 50 persen dari kapasitas kunjungan harian harus dipantau oleh Tim Satgas dan Polres Kampar. Kapolres Kampar AKBP Muhammad Kholid sendiri memerintah seluruh Polsek jajarannya untuk melakukan koordinasi sekaligus pengawasan terhadap objek wisata dan pusat keramaian di wilayah masing-masing.


"Sejak jauh-jauh hari sebelum Idulfitri, seluruh Polsek jajaran sudah kami perintahkan untuk berkoordinasi dengan pengelola objek wisata agar mematuhi aturan pengunjung maksimal 50 persen dari total kapasitas. Atensi jelas, batasi atau tutup," tegas Kholid.

Sejak hari H Idulfitri, sejumlah personel Polres Kampar terlihat di sejumlah objek wisata di wilayah Kampar. Terutama objek-objek wisata yang memiliki daya tarik besar dan dekat dengan Kota Pekanbaru. Selain itu, hampir setiap hari sejak sepekan sebelum Idulfitri, Tim Yustisi Kabupaten Kampar dipimpin Polres Kampar juga rutin melakukan operasi sosialisasi dan pendisiplinan prokes dengan sasaran utama wilayah padat penduduk seperti Kota Bangkinang.

Operasi ini dilakukan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19 dengan target utama sosialisasi dan penerapan prokes di pusat-pusat keramaian. Pusat-pusat belanja, kafe-kafe hingga pasar tradisional di Kabupaten Kampar setiap hari mendapat pengawasan ketat dari petugas.

Perketat Warga Luar Masuk ke Rohul
Kapolres Rokan Hulu (Rohul) AKBP Taufiq Lukman Nurhidayat SIK MH meminta kepada petugas di enam titik pos penyekatan larangan mudik untuk memperketat pengawasan bagi warga luar daerah yang datang masuk ke wilayah Rohul. Sebab, penyekatan pengawasan warga luar di perbatasan Kabupaten Rohul, dalam rangka mengimplementasikan kebijakan pemerintah larangan mudik Idulfitri terhitung 6-17 Mei.  Langkah tersebut upaya memutus mata rantai dan melindungi masyarakat Rohul terpapar dari penyebaran wabah Covid- 19 dari daerah luar.

"Kami perketat pengawasan warga yang datang dari luar daerah masuk ke wilayah Rohul. Petugas gabungan di pos penyekatan jangan lengah, lakukan penyetopan seluruh kendaraan bermotor yang datang dari luar daerah, dan masyarakat wajib mematuhi protokol kesehatan, dalam upaya mencegah penyebaran wabah Covid-19," ungkap Taufiq kepada wartawan usai meninjau pos penyekatan di Simpang TB Kecamatan Tandun, Sabtu (15/5) petang.

Menurutnya, petugas gabungan di pos penyekatan, harus memastikan masyarakat luar daerah yang datang ke Rohul bisa menunjukan hasil swab antigen dan hasilnya negatif maksimal 1 kali 24 jam.

"Jika ditemukan masyarakat yang melanggar, maka warga atau pengendara kendaraan bermotor diminta putar balik, kembali ke daerah asalnya," tegasnya.

Puncak Arus Balik Hari Ini
Pemerintah memperkirakan puncak pergerakan arus balik ke kota-kota besar terjadi hari ini (17/5). Ada kekhawatiran penularan kasus Covid-19 antar wilayah. Apalagi ditambah meningkatnya aktivitas masyarakat selama libur Idulfitri.

Selain arus balik ke kota-kota besar, masih ada potensi peningkatan kasus dari transmisi lokal akibat meningkatnya aktivitas masyarakat menjelang dan seputar hari raya Idulfitri 1442 yang menimbulkan kerumunan. Baik di pusat-pusat perbelanjaan maupun di tempat-tempat wisata.

Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19 Sony B Harmadi mengungkapkan memang ada antisipasi kenaikan kasus akibat aktivitas selama lebaran. Namun sejauh ini tren kasus masih terpantau stabil.

"Belum bisa terlihat. Sejauh ini kondisinya masih terkendali dan trennya baik. Baru akan kita lihat pengaruhnya dalam 1-2 minggu kedepan," kata Sony pada Jawa Pos (JPG), kemarin (16/5).

Menurut catatan Satgas Penanganan Covid-19, kenaikan kasus positif harian dalam beberapa hari terakhir relatif landai. Yakni berada di kisaran 4 ribuan kasus per hari. Bahkan pada 15 Mei lalu penambangan kasus positif turun ke angka 2.385 kasus. Kemudian sedikit meningkat kemarin dengan 3.080 kasus.

Namun, menurut Co-Founder Kawal Covid-19 Elina Tjiptadi memperingatkan, penurunan penambahan kasus harian bisa jadi dikarenakan menurunnya jumlah tes selama masa liburan Idulfitri 1442 H. Hal tersebut di antaranya terlihat dari tren kasus kematian yang terus naik sejak April 2021. Padahal di saat bersamaan, kenaikan kasus positif terlihat stagnan.

"Jadi indikasinya, kasus sedikit karena tes sedikit, tapi akibatnya banyak yang terlambat terdeteksi sehingga tidak tertolong," jelas Elina.

Menurut catatan kawalcovid19.id, daerah-daerah dengan fatality  rate tinggi terkonsentrasi di Aceh dan Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Bengkulu, Jatim serta Papua Barat. Padahal kata Elina, Jatim dan Sumsel mecatatkan angka kasus aktif yang relatif rendah.

"Kasus aktif nggak banyak.  Kan semestinya rumah sakit tidak kewalahan, tingkat kematian tidak seharusnya tinggi. Kalau tingkat kematian tinggi tapi kasus aktif sedikit, berarti tes dan trace yang harus digenjot," katanya.

Ia menambahkan, data sudah mengindikasikan kenaikan persentase kematian selama sebulan lebih, tetapi kenaikan kasus tetap stagnan. Ini adalah indikasi bahwa banyak kasus belum terdeteksi.

Pemerintah di semua daerah perlu menggenjot testing dan tracing terutama setelah mudik dan arus balik ini untuk mengantisipasi kemungkinan penularan yg sudah terjadi dan supaya yang sudah tertular segera ditangani.

"Tidak menunggu sampai parah dulu baru dites," katanya.

Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Tjandra Yoga Aditama, jika kerumunan-kerumunan di masyarakat sudah tidak dapat dihindarkan lagi. Maka sistem kesehatan dan surveilans harus segera disiapkan.

Yang pertama adalah kesiapan pelayanan kesehatan primer, baik Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) lain yang sehari-hari biasa dikunjungi masyarakat. Kemudian sistem komunikasi dan rujukan tetap terjaga antara fasyankes primer dengan RS.

Kemudian adalah kesiapan rumah sakit baik dari segi SDM, petugas kesehatan dan penunjang, serta ketersediaan ruang perawatan. "Jika perlu sampai ke tenda darurat," kata Yoga.

Kemudian penunjang lain obat treatment Covid-19, ventilator dan oksigen serta APD bagi para petugas.

"Juga perlu dibuat sistem agar kalau memang terjadi kekurangan di salah satu dari lima point ini maka bagaimana dapat ditangani secara cepat agar pasien dapat tertolong," katanya.

Pemerintah juga mengantisipasi pergerakan balik dari pulau Sumatera menuju Jawa lewat penyeberangan Merak-Bakauheni. Pos-pos penyekatan akan diperketat dengan skrining tes antigen. Mereka yang positif sudah disiapkan beberapa hotel dan tempat isolasi di sekitar Lampung.

Bagian lain, Kakorlantas Polri Irjen Istiono mengatakan, untuk arus balik kepolisian akan berfokus kepada pengendara mobil dan sepeda motor. Untuk truk sumbu tiga ke atas, kepolisian akan melakukan diskresi dengan pengalihan ke jalur arteri. "Pengalihan truk sumbu tiga ke atas berlaku sejak Sabtu (15/5)," paparnya.

Untuk arus balik, kepolisian juga berfokus di wilayah Sumatera. Dari Aceh hingga Lampung, dikarenakan terjadi tren kenaikan kasus Covid 19.

"Karena itu masyarakat yang menuju wilayah di Sumatera diwajibkan memenuhi semua persyaratan," ujarnya.

Dia mengatakan, petugas berupaya untuk bisa mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Sehingga, mampu mengatasi dinamika di lapangan, seperti kemacetan dan upaya penerobosan. "Pengendalian dan pengawasan bersama instansi terkait terus dilakukan," ujarnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengungkapkan, antisipasi terhadap arus balik dari pemudik nakat telah disiapkan. Antisipasi ini bukan hanya di Ibukota Provinsi DKI Jakarta, melainkan juga di beberapa pusat kota termasuk masing-masing ibukota provinsi.

"Ini semua sudah kita hitung termasuk ibukota di setiap provinsi yang menjadi tujuan arus balik," ujarnya.

Diakuinya, hal ini tidak mudah. Sebab, mobilitas orang susah untuk dipastikan. Namun, upaya yang dilakukan oleh Menteri Perhubungan, Kepolisian, dan TNI mulai dari penyekatan, penindakan, hingga tes Covid-19 di sejumlah pintu masuk sudah sangta maksimal. Diharapkan, upaya ini bisa mengurangi risiko penularan Covid-19 dari luar daerah.

Kendati begitu, untuk mengantisipasi pemerintah juga telah mempersiapkan fasilitas tambahan seperti tempat tidur rumah sakit, ruang ICU, serta ketersediaan oksigen. Selain itu, Kementerian Kesehatan juga telah menambah jumlah pelacak (tracer) dari 5 ribu menjadi 100 ribu orang.

"Mudah-mudahan ini akan bisa lebih mengefektifkan untuk mencegah terjadinya penyebaran varian baru yang sudah berada di Singapura, Malaysia, Filipina, dan mudah-mudahan tidak sampai seperti yang terjadi di negara yang sangat parah," paparnya.(end/epp/tau/idr/mia/deb/jpg)

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook