JANGAN LENGAH, GELOMBANG KETIGA MEMBAYANGI

Positif Covid-19 Di Riau Tembus 38 Ribu

Riau | Sabtu, 17 April 2021 - 11:15 WIB

Positif Covid-19 Di Riau Tembus 38 Ribu

PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) - Penambahan kasus harian pasien positif di Riau masih tinggi. Tercatat, Jumat (16/4), terjadi penambahan pasien positif sebanyak 235 orang. Dengan demikian, kasus positif Covid-19 di Riau menembus angka 38 ribu, tepatnya menjadi 38.232. Jika dihitung sejak 1-16 April 2021 maka di Riau terjadi penambahan kasus positif sebanyak 3.793 orang.

Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Yuliani Nazir pun mengajak masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Apalagi dalam menjalankan ibadah di masjid atau musala. "Mari kita sama-sama dapat menjaga diri dan orang sekitar kita dengan terus menerapkan protokol kesehatan dengan cara mencuci tangan, jaga jarak dan menggunakan masker. Termasuk saat beribadah di masjid atau musala," ajaknya.


Mimi menambahkan, Jumat (16/4) juga terjadi penambahan pasien yang sembuh sebanyak 194 orang sehingga total kesembuhan di Riau menjadi 34.764 orang. Untuk kabar dukanya, juga terdapat enam pasien yang meninggal dunia sehingga total menjadi 943 orang. Dari total pasien positif Covid-19 Riau, yang masih menjalani perawatan di rumah sakit sebanyak 604 orang. Sementara yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 1.921 orang.

Mimi menuturkan, saat ini jumlah pasien yang masih menjalani perawatan baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri tinggal 2.525 orang. Sementara itu, untuk suspek yang menjalani isolasi mandiri 1.858 orang dan yang isolasi di rumah sakit 285 orang. Total suspek yang selesai menjalani isolasi 78.691 dan meninggal dunia 259 orang. "Untuk informasi lainnya, sampai hari ini (kemarin, red) laboratorium biomolekuker RSUD Arifin Achmad sudah memeriksa sebanyak 252.085 sampel swab pasien," ujarnya.

Ancaman Gelombang Ketiga

Kasus Covid-19 di Indonesia relatif ‘terkendali’. Namun gelombang ketiga pandemi Covid-19 di dunia tidak boleh diremehkan. Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Covid-19 Sony B Harmadi mengungkapkan, bahwa saat ini jumlah tes di Indonesia sudah melebihi target yakni sekitar 118 persen dari standar WHO 1 per 1.000 orang per pekan.

Dari tes tersebut, jumlah positivity rate juga cenderung menurun. Dari 25 hingga 27 persen pada transisi Januari-Februari lalu, menjadi sekitar 11 sampai 14 persen saja. Kasus aktif juga berkurang. Dari 176 ribu pada 5 Februari lalu, hingga 108 ribu saat ini. Jadi, sekitar 70 ribu kasus aktif berhasil diturunkan dalam dua setengah bulan terakhir. Namun, kata Sony hal ini bukan berarti membuat Indonesia lengah.

Pasalnya, saat ini dunia sedang mengalami gelombang ketiga bahkan dalam kondisi kritis. Terutama menyangkut lonjakan kasus di India, Amerika Selatan dan beberapa negara di Eropa "India kasus per hari bertambah 200 ribuan kasus. Brazil 71 ribuan kasus per hari. Ada juga  Jerman dan banyak  negara Eropa mengalami lonjakan kasus," kata Sony, Jumat (16/4).

Sony menyebut, tren ini menunjukkan bahwa bahkan negara-negara yang sebelumnya menunjukkan kinerja pengendalian pandemi yang bagus, saat ini kembali mengalami puncak gelombang yang baru. "Ini menandakan bahwa tidak ada negara yang benar-benar mampu mengendalikan kasus Covid-19 ini kita harus betul berhati-hati," katanya.

Berdasarkan data dari website WHO, Indonesia per kemarin, 16 April mencatatkan 217.353 kasus baru dengan total 14 juta kasus kumulatif dan 174 ribu kematian. Kasus kematian per harinya mencapai ribuan kasus. Sementara Brazil mencatatkan kasus baru 73.513 kasus baru dan sementara Jerman 29.426 kasus baru.

Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan saat ini pandemi Covid-19 sedang tumbuh secara eksponensial. Hal ini ditandai dengan penambahan jumlah kasus yang konstan dalam jumlah besar. WHO mencatat kenaikan kasus global mencapai 9 persen dan menjadi peningkatan ketujuh kali berturut-turut dan angka kematian juga melonjak 5 persen.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyebut salah satu penyebabnya adalah lonjakan kasus di India.  "Melonjaknya kasus di India dsinyalir akibat kerumunan yang  tidak dilarang pemerintah setempat," katanya.

Namun, tren memprihatinkan di berbagai belahan dunia, bertolak belakang dengan tren di Tanah Air. Perkembangan menunjukkan hal yang bagus. Dari data menunjukkan, pada pecan ini saja di Indonesia terjadi penurunan sebesar 14,2 persen untuk penambahan kasus positif kemudian penurunan 17,6 persen pada penambahan kematian.

Tren perbaikan ini menunjukkan kerja keras dan kolaborasi antara seluruh jajaran pemerintah dan masyarakat. Sehingga Indonesia menjadi bangsa yang tangguh, bahkan di tengah pandemi sekalipun.

Meski demikian, kondisi yang membaik ini bukan alasan untuk lengah. Karena perkembangan ke arah yang lebih baik ini, hendaknya jangan dijadikan alasan untuk bersikap acuh dan lalai. "Sebaliknya kita harus semakin konsisten menjaga kedisiplinan dalam melawan pandemi ini. Tetap jalankan protokol kesehatan dengan disiplin sampai nanti kita sepenuhnya terbebas dari pandemi," lanjutnya.

Wiku mengatakan pemerintah bersama masyarakat harus saling mendukung agar penanganan Covid-19 di Tanah Air semakin membaik. Masyarakat diminta mendukung keputusan yang diambil pemerintah meskipun tidak semua kalangan akan langsung menerima. Akan tetapi keputusan diambil demi mencegah munculnya lonjakan penularan di Indonesia. Dan perkembangan baik di Indonesia pun akan berkontribusi terhadap menurunnya persentase peningkatan kasus dunia.

Untuk itu perkembangan negatif penanganan Covid-19 di berbagai belahan dunia, Wiku berharap Indonesia bisa menyikapi dengan baik. "Meskipun tren dalam negeri bergerak ke arah positif, kita baru dapat menang apabila pandemi dapat berakhir. Bukan saja di negara sendiri, melainkan di negara-negara lain, dan kita dapat melakukan mobilisasi global tanpa hambatan," harap Wiku.(sol/tau/das)  

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook