28 TAHUN RIAU POS

Go Digital!

Riau | Kamis, 17 Januari 2019 - 11:01 WIB

Go Digital!

Oleh: M Hapiz, Pemred Riau Pos

Baca Juga :Raih Selempang di Negeri Rantau

PERTANYAAN pertama, sebagai media print, kenapa Riau Pos go digital? Pertanyaan yang lebih menghunjam; apakah koran berakhir lalu berganti dengan media daring? Pertanyaan sadis, tapi masuk akal di zaman serba teknologi ini. Jawaban singkat dan tegas; tidak! Riau Pos berintegrasi, bertransformasi dan berkola­borasi dengan digital. Hubungan mesra yang selama ini terjalin diam-diam tapi hari ini sah kawin. Menjawab keperluan publik yang kian haus dengan informasi terverifikasi dengan multiplatform.

Penyatuan ini adalah bentuk pertanggungjawaban yang telah dipercayakan publik Riau selama 28 tahun. Melayani keperluan informasi yang akurat dan terpercaya. Zaman now, publik ingin lebih. Ingin cepat. Tapi tetap ingin akurat dan tepercaya. Informasi yang tersaji di genggaman sepanjang waktu dan di mana pun berada. Dengan kredebilitas informasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Digital memenuhi hasrat itu. Lalu putaran cepat informasi sepanjang hari itu, akan dijahit, digali lebih dalam, diuji kesahihannya, dikroscek keakurasiannya, mengorek sisi lain yang belum terungkap, yang wujudnya adalah koran. Esok harinya. Itu sebabnya koran tetap menjadi ksatrianya.

Sejatinya, digital berkolaborasi dengan robot. Manusia dan sistem yang memiliki kecerdasan buatan (artificial intelligence). Suami istri James Cameron dan Gale Anne Hurd yang menulis dan memroduksi cerita fiksi Terminator, 35 tahun lalu seperti memprediksi apa yang terjadi hari ini. Terminator adalah kisah tentang robot dari masa depan yang memiliki kecerdasan buatan.

Robot artificial intelligence hari ini telah diciptakan salah satunya bekerja sebagai jurnalis. Jurnalis robot. Di antara nama robot dan media yang telah menggunakannya: Heliograf yang dipakai Washington Post, Rootorial dari Beritagar.id Indonesia, Xiao Nan dari Cina, Articolo Israel, News Tracer Reuters, Wibbits USA Today. Articolo mampu membuat 500 kata dalam dua menit dan hebatnya dia mampu membedakan mana artikel hoaks dan mana bukan. Dan Rootorial di Beritatagar Indonesia mampu membuat laporan hasil pertandingan sepakbola.

Robot jurnalis ini bekerja dengan kecerdasan buatan yang ditanamkan. Ia akan mendeteksi terhadap perintah yang sudah ditanam dengan kecepatan yang tak mungkin ditandingi manusia. Di Jepang, robot jurnalis ini sudah dipakai untuk membuat laporan bencana alam seperti gempa atau tsunami secepat mungkin. Itu seperti menulis laporan setelah aplikasi gempa milik BMKG melaporkan. Atau menganalisa secara cepat laporan dari netizen di media sosial lalu membuat beritanya secara cepat.

Akankah tergantikan peran manusia jurnalis dengan robot ini? Tentu saja tidak. Robot tetap tidak memiliki kecerdasan berbahasa. Tidak berempati. Tidak berlogika layaknya seorang manusia. Laporan jurnalistik yang kuat memerlukan hal itu. Jika hanya sekadar melaporkan tanpa ada keragaman bahasa, empati dan simpati di dalamnya hingga mampu menganalisa secara naluri manusia (investigasi), hasilnya kering. Membosankan dan tidak mampu bertanggung jawab kepada publik di mana salah satunya adalah kontrol sosial dan memaparkan kebenaran, mengungkap di balik sebuah peristiwa.

Tapi kolaborasi dengan robot tidak bisa dipungkiri. Maka tahun ini pula banyak menyebut eranya industri 4.0. Apa pula era 4.0? Singkatnya, pekerjaan industri dikolaborasikan dengan teknologi. Mesin yang dikendalikan jarak jauh. Pekerjaan yang dikeroyok bersama yang tidak tahu di negara bagian mana saja pekerja itu berada. Asal ada jaringan, semua terkoneksi. Ini juga robot. Efeknya adalah efisiensi tenaga kerja. Efisiensi pengeluaran keuangan. Dan tentunya hiasil kerja yang lebih masif dan lebih baik. Industri 4.0 ini akan menghasilkan sistem bisnis yang unik dan berbeda. Sekaligus menggerus model bisnis lama. Wujud dari teori disruption yang beberapa tahun belakangan menjadi pegangan semua kalangan pebisnis.

Perkawinan koran dan digital bagi Riau Pos tidak serta merta langsung menggunakan robot seperti halnya banyak media di negara maju. Sadar teknologinya masih akan terus diperbaharui. Masih banyak ditemukan kelemahan dalam penggunaaannya. Bahkan kesalahan fatal yang pernah terjadi di Jepang. Digital kami akan mendatangi langsung, merekam peristiwa, menginformasikan dengan segera konten digital yang sudah dihasilkan.

Semua informasi yang dikumpulkan itu tayang segera website, ditonton di chanel YouTube, menginformasikan melalui semua kanal media sosial. Ciri khas digital adalah cepat, tapi dangkal. Inilah sisi kelemahan yang harus disempurnakan oleh koran. Koran memiliki keakurasian tinggi. Verifikasi yang lebih pas dan tepat. Dan beragamnya informasi dalam satu buku yang dicetak setiap hari. Serta, mudah dibaca sambil menikmati secangkir kopi di pagi hari.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook