Dalam kesempatan itu, SBY tidak menyebut secara gamblang siapa otak pelaku yang dimaksud. Hanya saja, dia mengaku sedang merenung dan bertafakur. Haruskah ia terlibat ke dalam perang antara Jokowi dan Prabowo kali ini.
“Saya tidak berkompetisi dengan Bapak Jokowi. Kompetisi ini antara Pak Prabowo dan Pak Jokowi. It’s not my war. It’s not my competition. Tapi kenapa justru saya dan Demokrat yang diserang dan dihancurkan seperti ini. Sekali lagi ini bukan perang saya. Mengapa saya dibeginikan,” tegasnya.
Atas masalah itu, SBY-pun sempat teringat dengan kisah perang dunia kedua. Di mana sebetulnya Amerika Serikat tidak terlibat. Hanya ada beberapa negara di Asia dan juga Eropa. Namun tiba-tiba Negeri Paman Sam itu diserang. Bahkan salah satu pangkalan militernya, Pearl Harbour, Hawai dihancurkan.
“Ya bangunlah Amerika Serikat. Karena diserang diusik. Akhirnya segalanya menjadi sejarah. Seperti apa akhir perang dunia kedua itu. Saya sedang merenung bertafakur memohon petunjuk Allah. Apakah saya harus melibatkan diri dalam peperangan yang frontal ini?” tuntasnya.
Diketahui sebelumnya, Ketum Partai Demokrat merasa sedih ketika mendapati seluruh atribut Partai Demokrat yang terpasang di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, Kota Pekanbaru dirusak OTK. Kejadian perusakan terjadi, Sabtu (15/12) sekitar pukul 1.50 WIB dini hari. Awalnya, SBY mendapat laporan dari Sekjen Partai Demokrat, Hinca Pandjaitan. Namun ia tidak langsung percaya dengan laporan tersebut. Serta meminta Hinca untuk turun langsung ke lokasi dan mengecek kondisi atribut.
Hinca kemudian melapor kembali ke SBY. Kali ini dirinya mengaku sudah berada di lokasi dan memastikan seluruh atribut partai memang telah rusak. Pada laporan kedua itu, SBY masih berpikiran positif. Ia kemudian memutuskan untuk mendatangi langsung dan melihat kondisi atribut Demokrat yang berada di sepanjang jalan.