PENANGANAN COVID-19 RIAU

Riau Jangan Lengah Pesan Panglima TNI dan Kapolri saat Kunker

Riau | Minggu, 14 Juni 2020 - 10:41 WIB

Riau Jangan Lengah Pesan Panglima TNI dan Kapolri saat Kunker
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis menjalani pemeriksaan suhu tubuh saat berkunjung ke Pasar Kodim Pekanbaru dalam agenda kunjungan kerja ke Riau, Sabtu (13/6/2020). MHD AKHWAN/RIAU POS

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Provinsi Riau, Sabtu (13/6). Keduanya meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau bersama forkopimda tidak lengah dan mempertahankan penanganan Covid-19 di Riau yang saat ini cukup baik di Indonesia.

Selain soal penanganan Covid-19, Panglima dan Kapolri juga meminta Riau untuk fokus pada penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Pasalnya, Riau merupakan daerah yang rawan terjadi karhutla. Hal ini diungkapkan Pangdam I/ BB Mayjen TNI MS Fadhillah usai mengikuti kegiatan Kunker Panglima TNI dan Kapolri, kemarin.


Fadhillah mengatakan, kedatangan Panglima dan Kapolri untuk mengecek perkembangan penanganan Covid-19 dan karhutla di Provinsi Riau. Ini tak terlepas dari capaian Riau yang minim kasus Covid-19 dan karhutla dan menempati ranking tertinggi di Indonesia. Pangdam menyampaikan ucapan terima kasih kepada Gubri dan Kapolda Riau.  

‘’Penilaian dari pusat, Riau peringkat teratas mampu menangani Covid-19 dan karhutla. Mudah-mudahan menjadi role model dan dipertahankan,’’ ujar Pangdam. ‘’Pesan Panglima dan Kapolri, agar dipertahakan, jangan lengah. Karena kasus Covid-19 dan karhutla masih berkemungkinan terjadi. Tetapi tidak lepas dari upaya semua pihak,’’ ungkap Pangdam.

Sementara itu Gubernur Riau (Gubri) H Syamsuar mengatakan, dalam kegiatan kunjungan ke Riau, Panglima dan Kapolri menyampaikan dua poin penting. Yakni terkait Covid-19 dan karhutla. ‘’Tadi (kemarin, red) Panglima dan Kapolri minta dipertahankan apa yang sudah dicapai. Baik itu penanganan Covid-19 dan juga karhutla,” katanya.

Terkait karhutla, Gubri juga meminta, agar semua pihak menjaga hutan, jangan membakar karena dalam waktu dekat musim kering akan melanda Riau. “Mudah-mudahan dapat atasi bersama Covid-19 dan karhutla,” ajaknya.

Sebelum melakukan rapat terbatas mengenai Covid-19 dan karhutla di Lanud Roesmin Nurjadin, Panglima dan Kapolri juga menyempatkan diri untuk berkunjung ke Pasar Kodim, Pekanbaru. Keduanya saat itu langsung melihat penerapan protokol kesehatan di pasar, dan sempat membagikan beberapa masker kepada pedagang dan masyarakat.

“Ini maskernya dipakai. Mudah-mudahan rezekinya tambah banyak kalau menggunakan masker,” kata Panglima TNI saat memberikan masker kepada salah seorang pedagang di Pasar Kodim.

Pengawasan New Normal Perlu Partisipasi dan Teknologi

Kapolri Jenderal Idham Aziz beberapa kali mengunjungi mal dan pasar di sejumlah daerah. Hal itu menunjukkan keinginan Polri berperan aktif dalam mengawasi pelaksanaan new normal di tempat keramaian. Namun, jumlah personel tidak akan cukup untuk mengawasi setiap tempat keramaian.

Peningkatan partisipasi masyarakat dan penggunaan teknologi penting dalam mewujudkan pengawasan new normal yang efektif dan efisien. Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto menuturkan, kepolisian berperan sebagai leader dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Jumlah polisi tentu tidak berbanding lurus atau jauh dari radio ideal. “Bila dibandingkan dengan jumlah masyarakat yang harus diawasi dan dijaga,” terangnya kepada JPG, kemarin.

Maka, salah satu kunci dalam mengawasi new normal di tiap daerah adalah partisipasi publik. Misalnya di Mal yang merupakan sektor privat. Maka, terdapat sekuriti privat yang bisa dilibatkan untuk mengawasi new normal di mal. Hal inj bisa dilakukan bila polisi sudah membangun partisipasi publik. “Sayangnya selama ini sekuriti itu Jadi objek keamanan, yang ujung-ujungnya pungutan,” jelasnya.

Dia mengatakan, untuk pasar tradisional biasanya dikelola oleh pemda. Maka, satpol PP dan menajamen pasar bisa dilibatkan dalamengawasi new normal. “Asosiasi pedagang juga bisa diajak oleh polisi. Ini perlu dimaksimalkan” paparnya.

Sementara Komisioner Kompolnas Poengky Indarti menjelaskan, untuk mengatasi persoalan jumlah personel, Polri tentunya perlu meningkatkan penggunaan teknologi. Saat era Kapolri Jenderal Tito Karnavian ada kemungkinan mengkoneksikan CCTV Pemda dengan kepolisian. “Tentunya ini perlu,” paparnya.

Lalu, penggunaan drone juga bisa dilakukan untuk mengawasi titik keramaian. Sehingga, bila ada pelanggaran di masa new normal bisa diberikan edukasi secara langsung. “Agar protokol kesehatan dijalankan,” terangnya.

Semua satuan tentu harus terlibat mengawasi new normal, satuan Binmas khususnya Bhabinkamtibmas harus berada di garis terdepan memberikan kesadaran kepada masyarakat. Patroli dari Sabhara dan Lalu Lintas juga harus dilakukan untuk mencegah dan menertibkan di masa new normal. “Reskrim harus turun bila ada kejahatan masa new normal, seperti pengambilan paksa jenasah,” tegasnya.

Dia mengatakan, dari semua itu tata cara kepolisian dalam mengawasi new normal haruskah mengedepankan edukasi, preventif dan preemtif. Masyarakat masih banyak yang belum sadar akan bahaya Covid-19. “Dalam masa new normal atau transisi ini ada yang menganggap sudah selesai,” jelasnya.

Sementara itu, BPS merilis hasil survei sosial demografi dampak Covid-19. Khususnya pengaruh terhadap perilaku dan produktivitas penduduk. Hasilnya, perempuan Indonesia dinilai paling aware mengenai Covid-19 dan bahayanya. Juga lebih peduli pada upaya-upaya agar tdiak sampai tertular penyakit tersebut.

Kasubdit Indikator Statistik BPS Windhiarso Ponco Adi Putranto menjelaskan, pihaknya menyurvei perilaku penduduk selama pandemi. Misalnya, perilaku terhadap imbauan pemerintah terkait protokol kesehatan Covid-19. Dari 13 indikator, hanya dua yang persentasenya lebih dari 80 persen bila dilakukan oleh laki-laki. Yakni yakni pengetahuan tentang physical distancing dan imbauan menghindari transportasi umum.

Sementara, untuk perempuan, yang perilakunya lebih dari 80 persen ada enam indikator.Padahal, berdasarkan publikasi European Heart Journal 2020, laki-laki cenderung lebih mudah terinfeksi Covid-19 dibandingkan perempuan.

Ketika dilihat dari sisi usia ada perbedaan dalam menyikapi new normal. Yakni pada Generasi Baby Boomers, Generasi X, Y, dan Generasi Z. ’’Semakin matang atau semakin tua usia seseorang, perilaku menjalankan protokol kesehatan lebih baik dibandingkan yang lebih muda,’’ terang Windhi.

Dari sisi kesadaran mengenakan masker, mencuci tangan, menghindari pertemuan, dan menjaga jarak, Generasi Z paling rendah. Sementara generasi baby boomers yang berusia 50-an tahun ke atas paling tinggi. Padahal, tidak kurang-kurang sosialisasi new normal disampaikkan lewat piranti teknologi.(sol/idr/byu/jpg)

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook