Kolaborasi RAPP dan APR Gelar Pelatihan Membatik

Riau | Selasa, 14 Januari 2020 - 09:39 WIB

Kolaborasi RAPP dan APR Gelar Pelatihan Membatik
PELATIHAN: Para pembatik Rumah Batik Andalan binaan Program CD RAPP dan APR mengikuti pelatihan membatik lanjutan bersama dua seniman kriya dari Jogjakarta di BPPUT, Townsite II, Pangkalankerinci, Senin (13/1/2020). (humas RAPP for Riau Pos)

RIAU (RIAUPOS.CO) - Batik adalah identitas bangsa Indonesia yang unik. Batik juga memiliki banyak keterlibatan seperti ekonomi, budaya, etika, dan sejarah di tengah masyarakat. Oleh karena itu, sebagai bagian dari proses pembelajaran, Rumah Batik Andalan (RBA) terus berbenah meningkatkan kualitas produknya agar bisa bersaing secara nasional.

Melalui program community development (CD) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) bagian dari APRIL Group bekerja sama dengan PT Asia Pacific Rayon (APR) menggelar pelatihan membatik lanjutan bagi para pembatik RBA. Pelatihan ini bertujuan untuk mematangkan ciri khas motif batik Riau Andalan.


Pembimbing Pelatihan, Ananta Hari Noorsasetya mengatakan, potensi Batik Bono yang dikembangkan RBA sangatlah besar untuk dikreasikan karena didukung oleh potensi alam yang kaya.

"Kuncinya ada di motif dan pengembangan, bagaimana merespon alam untuk dijadikan motif dari bentuk nyata ke bentuk dekoratif, namun tetap mempertahankan konteks kedaerahannya," kata Ananta yang juga dosen dan seniman ketika ditemui di sela pelatihan, Senin (13/1) di RBA, BPPUT, Townsite II, Pangkalankerinci.

Ananta menambahkan, setiap pembatik harus memiliki ciri khas sendiri dan tidak boleh khawatir ketika ada yang mempertanyakan motif buatannya.

"Jika ingin maju dan dikenal maka harus siap bersaing dengan pembatik dari luar. Itulah tugas para pembatik untuk memperkenalkan prioritas motifnya dan saya yakin dengan adanya desain baru maka akan memperkaya batik di Riau," kata Seniman Kriya asal Jogjakarta ini.

Sementara itu, seniman tekstil yang ikut mendampingi pengrajin batik RBA, Miriam Veronica Ni Nyoman mengatakan, pemilihan kombinasi warna akan membuat batik menjadi semakin menarik.

"Ciri khas Batik Bono ini terang, dan ini bisa kita kreasikan lagi dengan memanfaatkan pewarna alami," ujar Miriam yang berpengalaman membina kelompok pembatik di sejumlah daerah sejak 2011 silam.

Ketua RBA Siti Nurbaya berharap pelatihan ini dapat meningkatkan keahlian para pembatik sehingga Batik Bono semakin diperhitungkan di tingkat nasional.

"Kami belajar batik dari nol, batik yang kami buat masih butuh pengembangan agar bisa bersaing secara nasional," ujar wanita yang akrab disapa Bu Baya ini.

Pelatihan ini dibagi dalam empat tahapan modul. Modul pertama fokus pada pengembangan desain dan pewarnaan yang berlangsung selama empat hari, 13-16 Januari 2020. Pelatihan akan dilanjutkan kembali pada modul berikutnya hingga pertengahan tahun mendatang. Saat ini, ada lima motif yang sudah dipatenkan oleh RBA. Ditargetkan, hasil pelatihan ini RBA akan mematenkan sejumlah motif baru tahun 2020.(rls/kom)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook