KUNJUNGAN MENPAREKRAF RI SANDIAGA SALAHUDDIN UNO

Desa Koto Masjid Kampar Masuk 50 Desa Wisata Terbaik di Indonesia

Riau | Senin, 13 September 2021 - 09:44 WIB

Desa Koto Masjid Kampar Masuk 50 Desa Wisata Terbaik di Indonesia
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno didampingi Gubernur Riau Syamsuar (dua kanan) menyapa masyarakat saat kunjungan ke Puncak Kompe, Desa Koto Masjid, Kampar, Ahad (12/9/2021). (DISKOMINFOTIK RIAU FOR RIAUPOS.CO)

KAMPAR (RIAUPOS.CO) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Salahuddin Uno berkunjung ke Desa Koto Masjid, Kabupaten Kampar, Ahad (12/9). Dalam kunjungan kali ini, Menparekraf turut meresmikan Desa Koto Masjid sebagai 50 desa wisata terbaik dalam program Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 dengan tema Indonesia Bangkit.

Dalam sambutannya, Menteri Sandi mengatakan bahwa dari 1.831 yang masuk kategori desa wisata Indonesia bangkit, Desa Koto Masjid telah berhasil menempati posisi 50 besar. Hal tersebut tentunya menjadi kebanggaan, termasuk bagi Menteri Sandi yang juga merupakan putra kelahiran Riau.


"Alhamdulillah, Kabupaten Kampar Provinsi Riau masuk 50 desa wisata terbaik di Indonesia. Saya bangga karena tanah kelahiran saya," katanya.

Dengan raihan tersebut, lanjut Sandi, merupakan bentuk kebangkitan ekonomi di Indonesia khususnya di Riau. Ia juga berharap agar Covid-19 membuka minat masyarakat untuk mencintai wisata lokal, khususnya yang ada di Riau.

Dalam kesempatan tersebut, Sandi juga memuji Desa Koto Masjid yang memiliki budidaya ikan patin yang sudah dikenal. Apalagi hampir setiap rumah yang ada memiliki paling tidak satu kolam patin.

"Kita melihat bahwa Desa Wisata Koto Masjid sudah menjadi inspirasi. Sudah menjadi satu semangat kita semua untuk kebangkitan ekonomi, khususnya ekonomi masyarakat lokal. Desa Wisata Koto Masjid membuktikan dengan memanfaatkan potensi kearifan lokal dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi kemajuan suatu desa," katanya.

Sandi berharap, kuliner hasil olahan ikan patin di Riau ini bisa memperluas pasar dan mengekspornya agar dapat merajai pasar global.

"Karena ikan patin Indonesia memiliki kualitas yang baik dan bergizi tinggi. Terutama di Provinsi Riau dibandingkan dengan jenis ikan patin di negara lain," ucapnya.

Tak hanya sebagai lauk pauk, ikan patin diolah masyarakat desa menjadi berbagai macam produk kuliner dengan cita rasa khas dan unik. Seperti kerupuk kulit patin, abon patin, bakso patin, siomay patin, nuget patin, otak-otak patin, cilok patin, ikan asin patin, batagor patin, hingga es dawet patin, serta ada pula keripik batang pisang dan kelapa jelly.

"Desa wisata ini memiliki kekayaan alam yang indah. Produk ekonomi kreatif yang otentik dan mampu membuka lapangan kerja," ujarnya.

Menurut Sandi, terdapat peluang untuk memajukan ekonomi warga sekitar. Terutama dengan hasil panen ikan patin yang dimulai dari pembibitan hingga menjadi produk lokal dan bisa diandalkan.

"Alangkah ironinya kita mengimpor dori, salmon. Padahal di sini bisa 30 ton per hari. Mulai saat ini kita canangkan patin harus mampu menggantikan salmon," tegasnya.

Sementara itu Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar mengatakan, masih banyak potensi wisata alam yang bisa dikembangkan. Salah satunya Pulau Rupat dan Teluk Meranti dengan ombak Bono yang cukup berpotensi menarik wisatawan lokal dan mancanegara.

"Di Kampar ini banyak wisata alamnya, ada Sungai Subayang. Artinya sangat luar biasa, termasuk daerah-daerah lain di Riau. Mudah-mudahan muncul desa-desa wisata baru yang bisa dibanggakan untuk menarik wisatawan domestik dan mancanegara," katanya.

Menurut Syamsuar, sebelum pandemi Covid-19 banyak investor datang menemui dirinya. Salah satunya investor luar negeri yang minta dipasok 30 ton ikan patin tiap hari.

"Di Koto Masjid ini, sebelum pandemi ada permintaan 30 ton/hari. Kita siap, investor saat itu serius, tapi kita masih menunggu pandemi," jelasnya.(sol)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook