BANGKINANG (RIAUPOS.CO) - Dalam beberapa tahun ke depan, Kota Bangkinang dicanangkan menjadi sebuah kota yang indah dan layak dikunjungi. Sebagian kawasannya yang berbukit-bukit dan bagian lainnya dialiri Sungai Kampar menjadi kota ini sangat menjanjikan. Lalu lintas dalam kota yang masih nyaman dan udaranya masih cukup bersih juga menjadi faktor pendukung.
Satu per satu upaya pembenahan Kota Bangkinang ini dilakukan Pemkab Kampar. Ini merupakan bagian dari kerangka besar menjadikan Kota Bangkinang sebagai pintu gerbang wisata alam dan kebudayaan bagi Kabupaten Kampar. Bila Bangkinang riverside sudah masuk tahap pembebaasan lahan pada tahun ini, maka di pintu masuk kota, Pemkab Kampar sudah mulai memperhitungkan lokasi pembangunan Gapura.
Bupati Kampar Azis Zaenal melalui Sekretaris Daerah Yusri menyebutkan, Gapura Selamat Datang ini memang sedang digesa pengerjaanya. Maka dirinya bersama Kepala Dinas PUPR Kampar Afdal melakukan pengecekan lokasi pada Rabu (10/10) kemarin. Gapura itu akan dibangun di pintu masuk Kota Bangkinang di antara Desa Kumantan dan Desa Batu Belah.
Tidak sembarang membangun, kata Yusri, Pemkab Kampar melibatkan kepala desa, ninik mamak dan tokoh masyarakat di desa setempat. Tidak sekedar gapura, kata Yusri, lokasi ini nanti juga diharapkan berdampak pada meningkatnya ekonomi masyarakat. Karena di dekat gapura juga akan dibangun rest area yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk berjualan disepanjang area gapura.
’’Setiap kota itu ada landmark dan bangunan monumentalnya yang akan mudah diingat orang. Apalagi Kampar ini lintasan padat dan sudah mulai ramai wisatawan regional dan internasional yang datang. Tentu kita perlu membuatnya satu, tentunya juga untuk mempercantik wajah Kota Bangkinang,’’ sebut Yusri.
Tinjauan lokasi pembangunan gapura itu juga menurut Sekda juga untuk meluruskan tujuan pembangunannya. Dirinya menyebutkan, gapura itu bukan sebagai batas antara Kota Bangkinang, Batu Belah dan Kumantan. Tapi sebagai pintu gerbang, sekaligus dengan nilai estetika, wisata dan juga perekonomian warga sekitarnya.
’’Kehadiran kepala desa, ninik mamaka dan kepala desa ini supaya tidak terjadi konflik perbatasan yang diakibatkan pembangunan gapura ini, karena ke depan mungkin akan berdampak kepada ekonomi masyarakat juga kehadirannya. Sebelumnya juga telah diadakan pertemuan dengan kedua belah pihak agar jelas tujuan dan tidak terjadi kesalahpahaman tentang rencana pembagunannya,’’ sebut Yusri.(adv)