Setahun Covid-19 di Riau, 788 Orang Meninggal

Riau | Kamis, 11 Maret 2021 - 11:30 WIB

Setahun Covid-19 di Riau, 788 Orang Meninggal
dr INDRA YOVI Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Riau

PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Riau, dr Indra Yovi menyampaikan bahwa per Rabu (10/3) adalah tepat setahun Covid-19 di Riau. Di mana kasus suspect Covid-19 pertama kali ditemukan di Riau pada (10/3/2020).

"Tanggal 10 Maret 2021 tepat satu tahun Covid-19 sudah ditemukan di Riau. Di mana tahun lalu di tanggal yang sama, pertama kali ditemukan suspect Covid-19 di Riau dan saat itu juga ruang isolasi dibentuk di RSUD Arifin Achmad," kata dr Yovi.


Lebih lanjut dikatakannya, meskipun suspect ditemukan pertama kali di Riau pada 10 Maret 2020, namun pasien positif Covid-19 di Riau baru diketahui pada 18 Maret 2020, karena saat itu pemeriksaan sampel swab harus dikirimkan ke Jakarta. "Selama kurun waktu satu tahun, total pasien Covid-19 di Riau sebanyak 32.318 orang," ujarnya.

Dari total pasien positif Covid-19 tersebut, 30.494 orang di antaranya sudah dinyatakan sembuh. Namun kabar dukanya, sebanyak 788 pasien Covid-19 meninggal dunia di Riau atau 2,44 persen.

"Tentu kondisi ini membuat kita berduka, karena 788 orang itu bukan jumlah yang sedikit, hampir 800 orang meninggal karena Covid-19," ungkap Yovi.

Karena itu, Yovi mengingatkan masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19 dengan wajib menggunakan masker saat beraktivitas terutama saat berada di luar rumah.

"Kami tak henti-henti mengingatkan masyarakat, bahwa Covid-19 itu nyata adanya. Dan jika ada pertanyaan apakah Covid-19 sudah berakhir? Jawabnya belum. Untuk itu terus terapkan protokol kesehatan," ajaknya.

Dalam kesempatan tersebut, Yovi juga menyayangkan adanya kelompok masyarakat yang masih tidak percaya dengan program vaksinasi yang telah dijalankan oleh pemerintah. Bahkan kelompok masyarakat tersebut dinilai Satgas Covid-19 Riau menyebar isu yang tidak benar alias hoaks tentang vaksin Sinovac di tengah-tengah masyarakat.

"Soal vaksin Covid-19 yang sudah dijalankan, masih ada kelompok masyarakat menyatakan berita tidak benar mengenai vaksin. Tentu hal ini sangat kita sayangkan," ujarnya.

Padahal, dijelaskan Yovi, setiap orang yang telah menerima vaksin dua kali, kekebalan tubuhnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang yang tidak divaksin. Bahkan walaupun terkena Covid-19 tidak sampai parah dan pengobatan lebih ringan.

"Jadi saya sampaikan lagi, seandainya Covid-19 mengenai orang yang sudah divaksin, gejalanya tidak berat karena ada perlindungan tidak perlu ICU dan ventilator," ujarnya.(sol)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook