PASIRPENGARAIAN (RIAUPOS.CO) -- Kabupaten Rokan Hulu yang dikenalkan dengan julukan negeri seribu suluk, memiliki masjid maupun surau suluk yang unik dan bersejarah dalam pengembangan Islam di zaman penjajahan kolinial belanda.
Keberadaan surau suluk dan masjid tertua yang kini bangunannya sudah permanen dan dilakukan pemugaran oleh pengurus masjid atau surau suluk, masih ada peninggalannya di lima luhak yaitu Luhak Rokan, Luhak Rambah, Luhak Kepenuhan, Luhak Tambusai, dan Luhak Kunto Darusalam yang memiliki peranan penting dalam pembentukan Rokan Hulu menjadi sebuah Kabupaten pada tahun 1999 silam.
Salah satu masjid tertua yang berada di Luhak Rambah adalah Masjid Al Jamik Desa Babusalam Kecamatan Rambah yang berada di ruas jalan Tuanku Tambusai Pasirpengaraian. Dulunya, masjid yang lokasinya kini berdekatan dengan Jembatan Sungai Batang Lubuh Pasirpengaraian, diberi nama Masjid Jami’.
Seperti yang diungkapkan H Khairulzaman (71), salah seorang tokoh masyarakat Desa Babussalam yang sudah puluhan tahun menjadi pengurus Masjid Jami’ Desa Babussalam sejak dirinya remaja.
Menurutnya, sekitar tahun 1940 an, masjid Jami’ yang berada di Dusun Nogori itu dibangun oleh ulama atau tokoh masyarakat dengan menggunakan papan, berlantaikan semen. Keberadaan Masjid Jami’ sudah ada di masa kepemimpinan Raja Rambah terakhir yaitu T Saleh.
Disebutkannya, Masjid Jami’ saat itu merupakan masjid yang tertua di Luhak Rambah. Masjid ini biasanya tempat berkumpul para ulama di lima Luhak. “Dulunya sebelum terbentuk Kabupaten Rokan Hulu, masyarakat yang berada di Luhak Rambah, salat Jumatnya berkumpul di Masjid Jami’ Dusun Nogori yang sekarang namanya Masjid Al-Jami’ Desa Babussalam,” katanya.
Khairulzaman menjelaskan, pemugaran pembangunan Masjid Jami’ sudah dilakukan sebanyak 4 kali. Terakhir pemugaran dilakukan tahun 2007, 2008 dan 2009 di masa kepemimpinan H Achmad MSi sebagai Bupati Rohul waktu itu.
Diakuinya, sejak beranjak usia remaja 16 tahun, telah menjadi pengurus masjid, selain pernah menjadi Khatib Jumat, Imam dan Bilal di Masjid Jami’. “Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, saya tidak lagi menjadi pengurus Masjid, karena kondisi kesehatan tubuh yang kurang sehat,” katanya.
Ciri khas bangunan Masjid Jami’, sebelum dilakukan pemugaran, lanjutnya, memiliki empat pilar kayu yang lurus tingginya lebih kurang 8-10 meter. Kayu ulin itu diambil dari Bukit Barisan dengan dinding terbuat dari kayu dengan ukuran masjid 10 meter x 10 meter yang berlantaikan beton.
Seiring perkembangan zaman dan kemajuan daerah Rokan Hulu, katanya, dengan pemugaran keempat kali pembangunan Masjid Jami’, saat ini bangunan Masjid sudah mantap dengan bangunan permanen yang berukuran 17 meter x 17 meter, memiliki bangunan dua lantai dan basement serta memiliki 5 menara.
Diakuinya, sejarah awal pendirian Masjid Al-Jami’ Desa Babussalam yang merupakan salah satu masjid tertua belum dibukukan. Malah keberadaan mesjid ini, lebih tua dari Masjid Raya Pasirpengaraian yang berada di Kelurahan Pasirpengaraian.
Renovasi terakhir pembangunan Masjid Al-Jami’ yang dimulai tahun 2007 dan selesai tahun 2009. Mesjid ini telah dilengkapi infrastruktur, toilet, tempat berwuduk dan AC.
“Kalau dulu di masjid ini, bilalnya dua orang, satu orang azan diatas menara dan satu lagi di bawah. Jadi azannya bersahut-sahutan. Tapi sekarang azannya tidak dua orang, tetap satu namun dua kali,” jelasnya.
Dalam bulan Ramadan, lanjutnya, tidak ada program kegiatan keagamaan khusus. Dalam artian sama dengan masjid lainnya, selain melaksanakan salat tarawih dan witir berjamaah, tadarus dan kultum subuh. Khairulzaman mengatakan, semakin hari, masjid Al-Jami’ Desa Babussalam banyak pengunjung atau jamaah yang melaksanakan salat lima waktu berjamaah.
Termasuk dalam pelaksanaan salat tarawih, karena masjid yang berada di tepi jalan raya Pasirpengaraian itu, kini memiliki fasilitas yang lengkap. Sehingga dapat memberikan kenyamanan, dan menambah semangat dan spirit masyarakat untuk melaksanakan salat berjamaah ke masjid ini.
Apalagi di saat bulan Ramadan, lanjutnya, dengan ruangan masjid yang dingin dengan difasilitas AC, selain salat berjamaah, jamaah betah membaca alquran disiang hari usai salat Zuhur dan Ashar.
Dia berharap kepada jamaah maupun masyarakat disekitar Desa Babussalam untuk dapat memamfaatkan masjid sabagai sarana ibadah. Selain sebagai tempat aktifitas kegiatan dari pada masyarakat jamaah disini, juga pusat aktifitas kegiatan remaja, keilmuan, pendidikan sekaligus pembangunan kekuatan persatuan umat dan jamaah masjid. Apalagi pemukiman di Desa Babussalam cukup padat, sehingga dengan ramainya masyarakat salat berjamaah di Masjid Al-Jami’, maka akan nampak persatuan dan kekompakan.
Penulis: Engky Prima Putra
Editor: Eko Faizin