PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Petani sawit perwakilan dari ratusan petani dari Desa Langkan, Kecamatan Langgam, Pelalawan yang kebun sawit mereka terancam ditumbangkan dari eksekusi lahan oleh perusahaan besar, mengadukan nasib mereka pada Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Riau, Senin (20/1).
Di hadapan Ketua Umum DPP Apkasindo Gulat ME Manurung dan Ketua DPW Apkasindo Santa Buana, mereka menceritakan bahwa saat ini eksekusi lahan kebu sawit dengan cara ditumbangkan menggunakan alat berat telah berlangsung, di mana lahan milik ratusan petani dan PT Peputra Supra Jaya (PSJ) seluas 3.323 hektare akan dieksekusi Pengadilan Negeri Pelalawan dan tim kejaksaan serta Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Riau dengan dikawal ratusan personel Polres Pelalawan serta Brimob Polda Riau.
''Lahan kami merupakan pola kelompok tani (KKPA) yang bekerjasama dengan PT PSJ, di Desa Gondai, Langgam, Pelalawan, Riau. Dan di lahan itu kami telah menanam sawit sejak tahun 1995 silam atau sudah lebih dari 23 tahun,'' ucap Salam Paisal dari Koperasi Gonde Bersatu.
Dikatakannya, eksekusi itu merupakan pelaksanaan dari putusan Mahkamah Agung MA Nomor 1087/Pid.Sus.LH/2018 tanggal 17 Desember 2018. Total 3.323 hektare hamparan sawit yang menjadi target eksekusi. Putusan itu ditembuskan ke PT Nusa Warna Raya (NWR), perusahaan tanaman industri.
"Saya dan petani-petani lain sudah berjaga di kebun kami ini sejak beberapa hari lalu. Kami tidak pulang ke rumah, khawatir sawit kami akan diratakan juga," ujar Salam yang diamini oleh Iskandar, Sunarto dan Abdul Maryono anggota Koperasi Sri Gumala Sakti.
Dikatakannya, saat ini ratusan aparat keamanan bersiaga di lahan yang akan dieksekusi, di mana dalam hamparan perkebunan sawit tersebut terdapat ribuan hektare sawit rakyat yang dikelola oleh 625 kepala keluarga.
''Lahan sawit kami sudah bersertifikat SKT dari kecamatan, dan kami sudah menggarapnya puluhan tahun, dan sekarang akan ditumbangkan. Memang saat ini yang telah ditumbangkan sawit inti, tapi kalau sampai sawit kami yang bermitra dengan perusahaan yang ditumbangkan kami tidak terima,'' ucap Iskandar.
Iskandar mengaku siap mempertaruhkan lahan sawit yang selama ini menjadi penghasilannya untuk menghidupi keluarganya.
"Kami ini hanya petani, makan dan biaya sekolah anak-anak kami hanya dari sawit ini, ini akan kami pertahankan. Kalau sawit kami ditumbangkan, tentu anak tak bisa sekolah. Beli beras pun tidak bisa, makanya akan kami perjuangkan," Iskandar yang juga anggota koperasi Sri Gumalang Sakti.