DAMPAK COVID-19

"Jangankan Internet, Menelepon Saja Kami Susah"

Riau | Rabu, 29 Juli 2020 - 10:28 WIB

"Jangankan Internet, Menelepon Saja Kami Susah"

"Kendalanya karena jaringan internet yang belum merata. Sehingga kadang siswa mengambil tugas ke sekolah," kata Masrul.

Masrul membeberkan, jumlah SD yang bisa menggelar belajar mengajar secara daring hanya sedikit. Pembelajaran lebih banyak luring (offline). Dari data Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kuansing, dari 244 SD, hanya 26 SD yang bisa me­nerapkan pembelajaran secara daring. Sisanya, luring. Begitu juga dengan SMP yang hanya sebagian kecil yang bisa daring.


Kalau untuk evaluasi dari kementerian, lanjut Masrul, pihaknya menyebutkan belum ada. Tetapi implementasi di lapangan kita buat surat edaran bersama kepala Kemenag.

"Edaran tentang panduan penyelenggaraan proses belajar di Kuansing. Di situ juga kami sampaikan tugas kepala sekolah dan guru. Termasuk ada imbauan untuk wali murid dan murid," kata Masrul.

Di Kabupaten Kampar masih ada keluarga pelajar yang mengeluhkan ketidakmampun membeli paket internet bagi anak-anaknya. Hal ini memunculkan sebuah imbauan dari perwakilan orang tua kepada mereka yang punya Wifi atau hot spot internet untuk membebaskan password-nya. Salah satu orang tua yang melakukannya adalah Nur Adlin. Warga Kota Bangkinang ini menyebar sebuah video imbauan ke sejumlah grup media sosial lokal Kampar. Video tersebut beredar sejak akhir pekan kemarin.

Dalam video berdurasi sekitar dua menit tersebut, pria yang akrab disapa Delin mengimbau kepada para para orang tua atau siapa saja yang memiliki Wifi di rumah untuk membebaskan password-nya. Ajakan Delin ini berangkat dari keluhan sejumlah orangtua pelajar kepadanya. Pembebasan password Wifi atau membantu dalam berbagai bentuk agar pelajar kurang mampu dapat memanfaatkan jaringan internet ini menurut Delin sangat penting.

"Sekarang pendidikan kita menggunakan sistem daring. Namun ada sebagian masyarakat memiliki keterbatasan di dalam memiliki paket data atau memasang wifi di rumah. Pembebasan password atau memberikan akses hot spot ini adalah bentuk kepedulian kita sesama bangsa yang sedang berada dalam kondisi yang sulit," kata Delin yang memiliki kafe ber-Wifi ini.

Izinkan Jaringan Internet Kantor Pemerintah Dimanfaatkan
Penjabat Sekretaris Daerah Kota (Pj Sekdako) Pekanbaru H Muhammad Jamil SAg MAg MSi mempertimbangkan untuk memberikan izin jaringan hot spot internet di kantor jajaran Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru dimanfaatkan warga untuk anaknya bisa sekolah dalam jaringan (daring). Dia akan memastikan terlebih dahulu apakah hingga ke tingkat kantor kelurahan sudah tersedia hot spot jaringan internet.

Di Pekanbaru, sejak Maret lalu sudah diterapkan pola pembelajaran online ketika pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) merebak. Dalam dua pekan terakhir, wacana untuk dilakukan sekolah sekali sepekan sempat dibahas intensif karena Pekanbaru berada dalam zona kuning penyebaran penyebaran Covid-19.

Namun, terjadinya peningkatan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 baru sejak 20 Juli lalu membuat rencana ini ditunda. Dirinci, 20 Juli kemarin bertambah tiga kasus dari sebelumnya 98 menjadi 101 kasus. Kemudian, sehari berselang 21 Juli terjadi kembali penambahan tiga kasus membuat angka positif menjadi 104 kasus. Lonjakan kemudian terjadi 22 Juli lalu, ini dengan penambahan 24 kasus.  Terakhir, Senin (27/7) terjadi penambahan empat kasus membuat total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 menjadi 149 orang dan Kota Pekanbaru kembali berada pada zona merah penyebaran Covid-19.

"Sebelum ada penambahan klaster baru ini, kami berencana kalau sudah hijau zonanya kami akan berlakukan sekolah sekali sepekan. Ternyata penambahan luar biasa. Rencana itu masih tertunda karena kita sekarang masih zona merah," kata Jamil pada Riau Pos, Senin (27/7).

Pembelajaran online yang sudah berbulan-bulan berjalan sendiri mulai terasa memberatkan wali murid. Karena semua keperluan belajar, seperti kuota internet hingga smartphone yang akan digunakan anak belajar harus dipenuhi sendiri tanpa ada bantuan dari pemerintah.

Ketika ditanya apakah Pemko Pekanbaru menyiapkan fasilitas penunjang belajar online bagi masyarakat umum, dia menyebut belum.

"Masalah fasilitas untuk belajar di luar sekolah, Pemko Pekanbaru sampai sekarang belum membuat tempat tertentu yang bisa dijadikan hotspot untuk belajar," ucapnya.

Namun, dia menegaskan fasilitas kantor yang memiliki jaringan hot spot boleh dan bisa dimanfaatkan untuk belajar online oleh masyarakat.

"Tapi di fasilitas perkantoran yang ada seperti di MPP (Mal Pelayanan Publik, red) sebetulnya bisa kita gunakan bagi anak-anak yang memerlukan jaringan hot spot. Kalau mau dimanfaatkan silakan saja dan dapat digunakan untuk semua orang," tegasnya.

Sedangkan untuk di kantor milik Pemko Pekanbaru yang dekat dengan permukiman warga seperti kantor camat dan lurah, dia terlebih dahulu akan memastikan ada atau tidak jaringan hot spot internet yang bisa digunakan masyarakat.

"Nanti kami cek dulu sampai ke tingkat kelurahan apakah sudah memasang jaringan hot spot agar bisa digunakan juga oleh masyarkat. Tapi rata-rata di kecamatan sudah ada jaringan hot spot," imbuhnya.

Sementara itu, sebelumnya pembahasan untuk mematangkan rencana sekolah sekali sepekan digesa jajaran Pemko Pekanbaru. Bahkan, penerapan rencana ini sudah pada tahap Wali Kota (Wako) Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT menyurati Kemendikbud agar rencana ini mendapat lampu hijau. Namun penundaan kini dilakukan dan Kemendikbud urung disurati.

"Kan zona merah lagi.  Kalau merah tidak bisa kita kirim," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Pekanbaru Ismardi Ilyas.

Dia kemudian menjelaskan bahwa rencana ini dicetuskan karena Pekanbaru saat itu sekitar dua pekan lalu masih berada di zona kuning, dengan kondisi bahaya penularan rendah.

"Kita mencoba untuk menawarkan ke pusat kalau kuning. Kemarin kan kita kuning. Tapi sekarang kan merah lagi. Makanya kita tahan dulu. Karena kalau merah pasti tidak dikasih. Jadi sekarang tetap pembelajaran online. Pembelajaran online diakuinya memang tak maksimal. Namun, hanya cara itu yang kini bisa dilakukan. Pasti tidak maksimal. Tapi sekarang kita dalam minimal kita maksimalkan," imbuhnya.

Pembelajaran online saat ini dikeluhkan wali murid. Karena biaya penyiapan kuota internet yang diperlukan juga tidak sedikit. Belum lagi smartphone yang diperlukan tak semua wali murid bisa menyiapkan khusus untuk anaknya.

Ismardi saat ditanyakan menyebut Pemko Pekanbaru memberi izin dana BOS untuk digunakan sekolah membeli kuota internet. Tapi Pemko Pekanbaru belum menyiapkan fasilitas khusus untuk fasilitas pembelajaran online siswa di rumah.

"Belum (disiapkan khusus, red). Sekarang masih yang kita izinkan dana BOS bisa digunakan paket.  Karena sekokah yang tahu apa kebutuhannya. Tiap sekolah tidak sama," ungkapnya.

Sulap Kantor Desa Jadi Tempat Belajar Online
Kepala Desa Batang Duku, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis memfasilitasi kantor desa sebagai tempat belajar online bagi para siswa setempat yang memerlukan jaringan internet untuk belajar.

Kendala susahnya jaringan internet di desa ini menjadi hambatan bagi para siswa dalam menjalani proses belajar mengajar daring di tahun ajaran baru 2020/2021. Inilah yang mendorong pemerintah desa tersebut untuk menyediakan fasilitas secara gratis.

"Masa pandemi ini anak-anak kita mesti belajar daring. Terpanggillah hati nurani untuk membantu penyediaan fasilitas dan jaringan, kebetulan basis saya juga di pendidikan," kata Kepala Desa Batang Duku Sapri SPdI, dihubungi Riau Pos, Senin (27/7).

Dia menjelaskan, desa yang memiliki luasan 34.000 hektare ini tak seluruhnya terjamah oleh jaringan internet, apalagi yang berada di pelosok. Makanya inilah yang mendorong pihaknya untuk menyediakan fasilitas dan Wi-Fi di kantor desa agar bisa dinikmati anak bangsa.

"Di desa kita masih ada wilayah yang tidak dapat jaringan internet. Jangankan internet, jaringan telepon aja pun susah, mesti manjat-manjat baru dapat. Inilah yang menjadi dorongan tadi," ujarnya.

Masa pandemi ini mengharuskan para siswa untuk belajar secara daring. Di desa tersebut, ada sekitar 25 anak setempat yang memanfaatkan fasilitas itu setiap hari. Mereka berasal dari segala tingkatan, mulai dari SD hingga mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan.

Mantan wartawan ini sadar, bahwasanya inilah sebagai upaya yang dilakukannya untuk bisa bermanfaat bagi masyarakat dan anak-anak desa Batang Duku sendiri.

"Selain wifi kita juga sediakan tempat. Yaitu di aula, balai pelatihan, ruang rapat, ruang perpustakaan dan di ruang kepala desa sendiri. Ini sudah seminggu berjalan," tuturnya

Selain belajar daring, para siswa yang menikmati fasilitas desa juga diharuskan mengikuti kegiatan yasinan setiap Jumat yang menjadi program rutin perangkat desa tersebut.  "Jadi mereka kami upayakan terdidik juga moralnya," ungkap­nya.(wir/sol/hsb/yas/ali/end/p)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook