Korban Meninggal DBD di Riau Capai 6 Orang

Riau | Senin, 06 Mei 2019 - 11:29 WIB

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Dalam kurun waktu empat bulan atau sejak Januari hingga April 2019, korban meninggal dunia akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Riau sebanyak enam orang. Di mana pada bulan Januari lalu, dua korban meninggal akibat DBD. Dan pada Februari, korban meninggal dunia bertambah lagi empat orang.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Mimi Yulianti Nazir mengatakan, jika dibandingkan dengan tahun 2018, angka kasus DBD pada empat bulan tersebut mengalami peningkatan. Jika pada 2018 di bulan Januari dan Februari terjadi 298 kasus, pada tahun ini diperiode yang sama sudah terjadi 696 kasus.

‘’Memang terjadi kenaikan jumlah kasus yang cukup signifikan dibandingkan tahun kalau di bulan yang sama. Dari total kasus DBD tersebut, enam korban diantaranya meninggal dunia,” katanya.
Baca Juga :Remaja Meninggal Terseret Arus Anak Sungai

Enam korban yang meninggal dunia tersebut dari Kabupaten Kampar, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Rokan Hulu dan kota Dumai. Dari 12 kabupaten/kota di Riau, 10 daerah di antaranya mengalami kenaikan kasus DBD atau hanya dua daerah saja yang mengalami penurunan kasus dalam periode yang sama. 

Untuk daerah yang mengalami peningkatan kasus DBD tersebut di antaranya Kota Pekanbaru yang sebelumnya 100 kasus menjadi 147. Kabupaten Kampar 36 kasus menjadi 48 kasus. Rokan Hulu sebelumnya 25 menjadi 58 kasus. Pelalawan sebelumnya 8 menjadi 22 kasus. Indragiri Hulu sebelumnya satu kasus menjadi 113 kasus.

‘’Kabupaten Indragiri Hilir sebelumnya sebelumnya 15 menjadi 25 kasus. Bengkalis sebelumnya 8 menjadi 110 kasus. Kota Dumai sebelumnya 32 menjadi 52 kasus. Kabupaten Siak sebelumnya 12 15 menjadi 56. Rokan Hilir sebelumnya 9 menjadi 24 kasus,”  jelasnya.

Untuk dua kabupaten yang mengalami penurunan kasus yakni Kuantan Singingi yang sebelumnya 36 menjadi 31 kasus. Kemudian Kepulauan Meranti yang sebelumnya 13 turun menjadi 10 kasus. 

Terkait meningkatnya jumlah penderita DBD tersebut, Dinas Kesehatan Riau mengaku sudah sudah turun ke lapangan dan mengajak masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. 

“Kemudian kalau ada kasus DBD disuatu wilayah baru dilakukan fogging, namun jika belum ada kasus tidak efektif, karena fogging hanya membunuh nyamuk dewasa,” ujarnya. 

Untuk mencegah penyebaran penyakit DBD, bisa dilakukan dengan cara kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) mulai dari lingkungan rumah masing-masing. Kegiatan PSN harus difokuskan pada tempat-tempat yang disukai nyamuk Aedes Aegypti tersebut.

“Kegiatan PSN harus difokuskan pada genangan air yang tidak bersentuhan dengan tanah secara langsung. Seperti misalnya bak kamar mandi, tempat  penampungan air, air pembuangan kulkas tempat minum burung, pot bunga, dispenser air minum (wadah limpahan airnya), atau barang bekas di sekitar rumah,” katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, pada tempat-tempat tersebut, hendaknya dapat dipastikan tidak terdapat jentik nyamuk. Karena satu jentik nyamuk betina, dalam 12 - 14 hari akan berubah jadi nyamuk dewasa. Dan satu nyamuk betina dewasa sekali bertelur bisa mencapai 100-150 butir telur.(sol)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook