Bagi orang Rusia ini, sambil berkelakar dia tak menampik bahwa bertugas di Kota Pekanbaru sudah seperti kembali ke rumah saja. Namun, kedatangannya kali ini dia sebut lebih baik. Memegang peranan penting dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang saat ini marak lagi di Provinsi Riau. Dia yakin semua pihak yang terlibat sekarang lebih siap dengan peralatan yang lebih lengkap.
(RIAUPOS.CO) -- Waktu masih menunjukkan pukul 05.50 WIB, Sabtu (3/8) kemarin. Matahari malu-malu menyemburkan sinar paginya bagi Kota Pekanbaru. Saat warga kota sedang mendekap istirahat di akhir pekan, satu sudut di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin (Lanud RSN) sudah tampak sibuk. Hanggar
Lengkung, begitu nama tempat tersebut jadi markas bagi skuad Water Bombing Satuan Tugas Siaga Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau.
Di sana, lima helikopter terparkir dan sedang bersiap. Heli-heli ini ditugaskan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) khusus untuk melakukan water bombing di Riau. Sabtu dini hari jelang pagi, kru-krunya tampak sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk penugasan. Mereka dalam persiapan serius menyimak arahan beberapa pria kulit putih asal Rusia. Pria-pria Rusia inilah pilot yang membawa tiap-tiap heli melakukan water bombing.
Satu di antara mereka adalah Capt Sergei Z. Riau Pos sempat menemui dan mewawancarainya di antara waktu persiapan dia akan bertugas. Sabtu pagi kemarin, heli yang dipilotinya, Kamov akan bergerak ke Langgam Kabupaten Pelalawan. Di sana dia harus melakukan pemadaman lahan melanjutkan upaya yang sehari sebelumnya sudah dia lakukan. Di sana, sekali pemadaman setidaknya akan memakan waktu 3,5 jam. ’’Saya bekerja di Pekanbaru. Pertama kali ke sini tahun 2014,’’ ucapnya.
Sebelum ke Pekanbaru 2019 ini, Sergei mendapatkan penugasan di Papua, juga untuk melakukan water bombing terhadap kebakaran hutan dan lahan di sana. Dia cukup antusias bercerita tentang tugasnya. ’’Helikopter ini, sebelumnya dipergunakan dan kami dari Papua untuk water bombing. Sekarang kami punya begitu banyak hot spot. Contohnya kemarin, lima hari terakhir kami terbang tiga kali. Kebakaran ini memang buka situasi yang baik,’’ imbuhnya.
Meski dia menyebut titik api kali ini cukup banyak, namun situasi yang dihadapi tak sama dengan kala dia pertama kali ditugaskan ke Pekanbaru 2014. Pada penugasan pertama 2014 itu disebutnya kondisi karhutla parah. Dia mengenang 2014 salah satu tantangan yang dihadapi adalah harus menerbangkan helikopter water bombing dalam jarak pandang antara 50 hingga 100 meter. Belum lagi saat itu helikopter water bombing yang dipergunakan hanya dua.
Kini dia bersyukur persiapan pihak-pihak terkait sangat bagus. Untuk water bombing saja ada lima helikopter setiap hari terbang. ’’Saat itu (2014, red) sangat banyak kebakaran hutan dan lahan terjadi, jarak pandang begitu buruk. Dulu saya ingat jarak pandang kadang hanya 100 meter, 50 meter. Sekarang walaupun titik api juga banyak, situasinya lebih baik. Sekarang lima helikopter untuk water bombing dan sore ini (kemarin, red) akan datang satu heli kamov juga dari Rusia,’’ paparnya.
Bekerja menjadi pilot helikopter yang ditugaskan untuk melakukan water bombing bagi Sergei memiliki tantangan yang tak bisa dianggap sembarangan. Untuk penugasan kali ini dia menyebut, hal yang harus diperhatikan adalah hembusan angin kencang. Datangnya angin kencang adalah kabar buruk, baik itu bagi lahan yang sedang terbakar maupun bagi tim yang diturunkan melakukan pemadaman lahan. Sergei mengakui hal ini. Waktu-waktu yang cukup berat dalam tugas melakukan water bombing sebut dia adalah siang sekitar pukul 13.00 WIB dan pukul 14.00 WIB. ’’Kalau waktu sekitar pukul 1 atau pukul 2 sangat panas dan berangin, ini buruk dan berbahaya dalam memadamkan,’’ ungkapnya.
Begitu menantang dan berisikonya pekerjaan melakukan water bombing ini, Riau Pos saksikan sendiri Sabtu pagi kemarin. Saat heli-heli water bombing disebar ke beberapa titik karhuta, Riau Pos ikut mengudara pula. Namun Riau Pos terbang bukan bersama helikopter water bombing, tapi dengan helikopter patroli Bell 430 penugasan BNPB. Heli patroli ini terbang dengan pilot Capt Muhammad Wahyu. Heli berangkat membawa enam orang, selain pilot dan co-pilot, dan Riau pos, ikut pula satu orang teknisi dan dua orang anggota TNI, yakni seorang anggta TNI AU dan seorang anggota TNI AD.
Cuaca Pekanbaru pagi kemarin masih sama dengan beberapa hari sebelumnya. Diselimuti kabut asap namun dengan jarak pandang lebih dari 5 kilometer. Setelah berdoa sejenak untuk keselamatan perjalanan, heli patroli ini take off (lepas landas) pukul 07.29 WIB dari Hanggar Charlie di Lanud RSN. Patroli udara kali ini mengambil rute Pekanbaru-Siak- Bengkalis-Dumai-Rokan Hilir-Siak-Kampar dan kembali ke Pekanbaru. Total waktu yang dihabiskan dalam patroli dua jam lebih untuk pergi dan pulang.
Secara umum, udara yang menyelimuti daerah yang dilalui patroi udara diselimuti kabut asap dengan ketebalan yang beragam. Kabut asap terasa cukup tebal di atas Kabupaten Siak. Di sini, saat heli berada di atas daerah Rantau Panjang, tampak satu hamparan perkebunan mengepulkan asap tebal. Di bawahnya, hamparan lahan yang terbakar dari sebelumnya berwarna hijau berubah coklat. Garis antara lahan yang sudah terbakar dan belum tampak panjang.
Di lokasi yang ditemui oleh patroli di bawahnya terdapat lahan terbakar, langsung dicatat oleh teknisi yang ikut dalam penerbangan. Sambil melihat smartphone-nya dengan aplikasi pemetaan yang detail, Moch Han Han, teknisi yang ikut dalam patroli kemarin berkomunikasi dengan pilot. ’’Ini Rantau Panjang,’’ kata dia menjawab pertanyaan Riau Pos tentang lokasi asap tebal yang ditemui pertama itu. Di lokasi yang ditemui adanya lahan terbakar, helikopter akan memutar mengitari lokasi. Saat itulah, foto dan video dokumentasi diambil dan data terkait dicatat. Pada lokasi tempat karhutla terjadi asap lebih tebal harus dihadapi. Sesekali aroma asap karhutla tercium hingga ke dalam helikopter.
Selanjutnya, di atas langit Siak, sehamparan lahan terbakar juga ditemui di Tasik Betung. Dengan helikopter yang terbang di ketinggian 1.000 kaki asap tampak pekat membumbung dari lahan yang terbakar itu. Heli kemudian bergeser lagi ke daerah Bantan Kabupaten Bengkalis. Di sini, terdapat satu hamparan lahan terbakar. Hal serupa ditemui di Bagan Besar, Dumai.
Di Rantau Bais Rokan Hilir, ketika heli patroli yang Riau Pos tumpangi tiba, di sana satu unit heli water bombing tampak sedang dalam upaya memadamkan. Heli patroli memutar di sekitar lahan terbakar itu, sementara heli water bombing terbang rendah. Tampak heli water bombing berada dalam jarak yang dekat dengan lahan yang terbakar. Di antara kepungan asap kebakaran lahan, heli water dengan tenang turun mendekati kanal yang berada tepat di samping areal yang terbakar.
Dengan kantong air (bucket) yang dibawanya, heli mengambil air di kanal itu dan menyiramkannya ke areal terbakar. Langkah itu akan dilakukan berulang hingga api padam. Sama-sama memegang peranan penting dalam upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan dari udara, helikopter patroli dan helikopter water bombing memiliki siklus yang berbeda dalam penugasan. Helikopter patroli tiap hari akan bertugas dua kali dengan waktu dan rute yang acak tergantung arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Satgas Udara. Sementara helikopter water bombing, dalam sehari bisa ditugaskan hingga tiga tergantung kebutuhan pemadaman.
Patroli udara yang Riau Pos ikuti berakhir sekitar pukul 09.30 WIB. Total dalam patroli udara kemarin ada tujuh titik kebakaran lahan ditemukan. ’’Kita tadi patroli ke daerah Siak, Bengkalis, Rohil, ke Siak lagi lalu ke Kampar baru kembali. Kita memantau ada 7 titik api, yangg sudah mati satu. Itu daerah bukit batu, sisanya masih ada baranya. Penerbangan banyak asap, menurut saya termasuk pekat. ada beberapa tempat yang tidak pekat. Jarak pandang masih limit 5 kilometer saat berangkat tadi,’’ ujar Capt Muhammad Wahyu.(ali)
Laporan Muhammad Ali Nurman, Pekanbaru