PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Anggota Komisi V DPRD Riau Muhammad Adil mengaku kecewa dengan Gubernur Riau, Syamsuar. Menurut dia, sejak pandemi COVID-19 berlangsung belum ada kebijakan pemprov dibawah kendali Syamsuar berjalan baik.
Seperti ketersediaan alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis, sosialisasi ke masyarakat, ketersediaan disenfektan untuk derah hingga alat rapid test.
Terbaru, ada lagi persoalan masuknya orang dalam pengawasan (ODP) asal Malaysia yang tidak terkarantinakan oleh pemda. Dimana, sejak beberapa Negeri Jiran lockdown banyak TKI yang pulang lewat Kabupaten Meranti, Dumai dan Bengkalis.
“Saya itu menyaksikan langsung di Meranti. Wajar bila ODP disana melonjak disana. Bahayanya lagi, warga kita yang dari Malaysia masuk tanpa dikarantina dahulu. Makanya, mabok saya lihat Syamsuar nangani corona,” keluh Adil usai melaksanakan rapat dengan Diskes Provinsi, Kamis (2/4/2020).
Seharusnya, lanjut Adil, warga yang datang dari negara terpapar corona dilakukan karantina selama 14 hari. Baru kemudian dibolehkan untuk pulang ke masyarakat. Mirisnya lagi, pemeriksaan kesehatan setiap WNI yang pulang dari Malaysia hanya seadanya.
Ia merasa heran dengan Pemprov Riau yang sudah menganggarkan Rp250 miliar untuk penanganan COVID-19. Uang yang disediakan tidak sebanding dengan apa yang telah di perbuat. Seperti pemaparan pihak Diskes Provinsi kepada dirinya sewaktu telekonferensi.
Khusus daerah Meranti, dengan junlah OPD sebanyak 3.900 orang hanya tersedia 160 rapid test. Padahal pihak Diskes Meranti membutuhkan 10 ribu rapid test. Begitu juga dengan ketersediaan hand sanitizer yang hanya 28 botol saja. Sedangkan yang dibutuhkan sebanyak 20 ribu botol.
Ia sempat menanyakan hal itu kepada Diskes Provinsi. Namun perwakilan Diskes yang ikut rapat bersamanya belum bisa memutuskan. Hanya meminta daerah mencatat kebutuhan, dan akan mengusulkan kepada pimpinan.
“Ini nanti akan saya sampaikan ke pimpinan DPRD, supaya dipanggil semua. Saya juga akan sampaikan ke pimpinan Komisi V untuk awasi kinerja pemprov ini,” tegasnya.
Laporan: Afiat Nanda
Editor: Deslina