PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Sektor kelautan dan perikanan Riau, khususnya Bagansiapiapi, pernah menjadi terbesar di dunia. Potensi ini kembali coba dioptimalkan melalui pengembangan budidaya di laut. Adalah kerang darah, dari benih hingga kini diekspor langsung ke Thailand sejumlah belasan ton tiap pekannya.
Kran kerjasama sudah dibuka dan ekspor sudah dimulai dari hasil kelautan Bagansiapiapi dan Panipahan, Rokan Hilir. Tiap pekan, dengan intensitas tiga hingga empat kali sepekan. Dengan tonase mencapai sekitar 4 ton masing-masingnya.
Diketahui setelah Launching yang dilakukan Senin (1/7) bertempat di Stasiun Karantina Ikan KKP, Jalan Rawa Indah, Pekanbaru. Pemprov Riau dihadiri Wagubri H Eddy Nasution, Kepala Pusat Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Dr Reza Priyatna MP, Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Eko Sulistianto.
“Untuk ekspor kerang darah ini sudah dimulai dan di Launching tadi (kemarin, red). Melalui dua perusahaan swasta dengan tujuan Thailand,” ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Riau Herman kepada Riau Pos.
Dijelaskannya sesuai pidato Wagubri, ekspor kerang darah tujuan Thailand ini dilakukan oleh dua perusahaan di Riau. Yakni CV Jasa Laut dan CV Cheera King Sea Food. Dengan tonase lebih kurang 4 ton dengan frekuensi 3-4 kali perpekan.
“Diharapkan hal ini bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Riau, khususnya Bagansiapiapi dan Panipahan,” sambungnya.
Dijelaskan Herman, sebagai pengembangan budidaya baru di Rohil, dimana kerang darah menjadi budidaya dilaut benih. ”Jadi kerang ini diletakkan di dasar laut,” katanya.
Selain Lauching, juga dilakukan Restoking ikan jelawat di perairan sungai Siak. Sejumlah 100 ribu ekor ikan jelawat kepada kelompok usaha bersama berkat yakin kelurahan Kampung Baru, Senapelan, Pekanbaru diserahkan.
Dengan adanya ekspor kerang darah ini, menurut Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Eko Sulistianto mengakui selama ini ekspor kerang darah tidak terdata sebagai hasil dari Provinsi Riau.
“Dengan adanya ekspor langsung dari Bandara SSK II, sebagai penghasil perikanan akan terdata. Selama ini ekspor melalui bandara Medan dan Jakarta,” katanya.
Editor: Eko Faizin