PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Tidak semua manusia bernasib sama. Ada yang miskin dan ada yang kaya. Kepada yang miskin, tidak boleh hilang harapan. Sementara yang kaya, bersedekahlah, belanjakan harta di jalan Allah. Sepelit-pelitnya seorang Muslim adalah mengeluarkan zakat fitrah sebelum Idulfitri.
Demikian intisari dari salah satu penggalan khutbah Idulfitri yang disampaikan Ustaz Abdul Somad (UAS) yang digelar di Panam Square Pekanbaru yang diselenggarakan pengurus Masjid Nurul Fajri, Senin (2/5/2022). Ulama besar Tanah Air yang juga ahli hadits mengingatkan penting memiliki harapan di tengah kondisi tersulit dalam hidup.
UAS menyampaikan, manusia tidak makan apa-apa masih bisa bertahan selama tiga pekan. Manusia tanpa air masih bisa bertahan sampai tiga hari. Tapi kalau harapan sudah tidak ada, racun tikus jadi minuman, mati hanya akan melihat neraka. Maka sesulit apapun hidup, harapan tidak boleh putus. Peran orang kaya dan bercukupan sangatlah penting.
''Sepelit-pelitnya seorang Muslim, dia akan mengeluarkan zakat fitrah. Mengapa, agar jangan sampai ada lagi yang meminta-minta menjelang Idulfitri ini. Jangan ada tetangga yang tak makan. Siapa tetangga itu, 40 rumah ke belakang, 40 ke depan, ke samping kiri dan kanan. Kenali mereka, apa pekerjaannya, bagaimana penghasilan, berapa anaknya,'' kata UAS dalam khutbahnya.
Mengenali tetangga dan menyantuni mereka yang susah itu supaya umat Islam tidak dihukum Allah di hari akhir. Karena menurutnya, iman itu bukan karena baju putih bersih, bukan sekadar ibadah banyak dan berpuasa sebulan penuh, tapi juga dinilai dan dipandang Allah karena memperhatikan para tetangga.
Bagi yang berkecukupan, UAS Menyarankan jemaah untuk bersedekah, memberikan wakaf, menfasilitasi penghafal Alquran hungga mencerahkan suku-suku terisolir seperti yang ada di Riau ini. Bersedekah juga merupakan salah satu upaya nahi mungkar, karena merupakan upaya mencegah orang susah putus asa.
''50 ribu beras ketika dimakan oleh anak-anak penghasil Alquran lebih berkah. Untuk apa rumah megah dan mobil yang pada akhir ditinggalkan mati diperebutkan oleh anak-anak. Tapi ketika menyumbangkan 2 sak semen membangun masjid, pondok pesantren, maka pahalanya tidak akan pernah berhenti mengalir,'' ujarnya.
Namun uang itu dibeli makanan mahal, akan busuk. Beli pakaian mewah akan lapuk, rumah gedung akan tinggal dan segera berpindah nama, mobil mewah akan berpindah tangan tanpa ada manfaat untuk akhirat.
''Kekayaan hanya terbatas membesarkan anak cucu, namun ketika disumbangkan ke jalan Allah akan menjaga agama Allah, melahirkan para penghafal Alquran, sedekahmu menolong agamamu. Harta dicari tidak akan cukup, menumpuk harta akan terjerat kufur,'' lanjutnya lagi.
UAS juga mengingatkan jemaah agar mendidik anak dengan dasar Alquran. Terlepas mau menjadi apa dan menjalankan profesi apa setelah pendidikan itu.
''Belajar SD Alquran, SMP Alquran, SMA Alquran, setelah itu biarkan dia terbang. Biar dia jadi jaksa, jadi polisi, jadi pengacara. Tapi tentunya membawa hati Alquran, supaya kita tidak diminta pertanggungjawaban yang berat di hadapan Allah di akhirat,'' tegas UAS.
UAS juga mengingatkan agar memberikan makan dan pendidikan yang baik kepada anak. Jauhkan anak dari yang haram. Karena ketika anak durhaka, bukan berarti selalu mereka yang durhaka, tapi bisa jadi sesungguhmya orang tuanya yang durhaka. Sebab anak itu, kata UAS, mereka tidak diberikan makanan yang baik dan pendidikan yang baik.
Dirinya juga mengingatkan agar menjaga hubungan baik dengan manusia, terutama para tetangga. Tidak akan masuk surga seseorang bila tidak memiliki hubungan baik dengan sesama manusia dan tetangganya.
''Jagalah diri dengan perkataan baik dan tidak kasar. Percuma salat, bersedekah, kalau kasar terhadap orang, menganiaya dan menzalimi orang. (kalau itu terjadi) maka pahala salat, pahala sedekah hanya akan mengalir ke orang-orang teraniaya tersebut,'' kata UAS.
Khutbah UAS ini sendiri setidaknya berjalan sekitar 45 menit. Ratusan jemaah antusias mendengarkan, tudak beranjak dari tempat duduk usia Salat Id. Bahkan jemaah yang membentangkan sajadah di atas aspal di tengah Jalan HR Soebrantas pagi itu.
Laporan: Hendrawan Kariman (Pekanbaru)
Editor: E Sulaiman