Akses Lima Desa Terputus

Riau | Senin, 15 Oktober 2018 - 13:30 WIB

Akses Lima Desa Terputus
JASA PENYEBERANGAN: Masyarakat Kelurahan Kota Lama menyiapkan jasa transportasi sampan untuk menyeberangkan masyarakat lima desa di Kunto Darussalam, akibat Jembatan Pisangkolek terendam banjir dari luapan air Sungai Rokan, Kamis (13/10). Ahad Petang banjir sudah surut, namun kendaraan roda dua dan empat belum bisa melintasi jembatan.

Bencana Banjir Mengancam Riau

Bencana di Riau, seperti tak ada habis-habisnya. Baru saja kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berakhir, bencana banjir mulai pula mengancam Riau. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk waspada.

Baca Juga :Dirikan Tenda Tanggap Darurat di Wilayah Banjir

 

Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau mengatakan, curah hujan di Riau mulai meningkat beberapa pekan terakhir. Hal ini membuat hilangnya titik api dan titik panas yang sempat melanda Riau berbulan-bulan.

Hilang titik api, muncul pula persoalan baru. Yakni, bencana banjir. Sebab, di Riau banyak daerah-daerah yang rawan banjir. Antara lain di Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, Kuantan Singingi, dan Kota Pekanbaru. Pihaknya juga bersiap-siap jika bencana banjir ini terjadi.

Dijelaskan Edwar, bencana banjir kerap terjadi di bantaran sungai. Salah satunya bantaran Sungai Kampar. “Kita imbau untuk waspada kepada masyarakat-masyarakat di bantaran sungai. Karena banjir ini tidak tahu kapan datangnya,” kata Edwar Sanger, Ahad (14/10) siang.

Banjir akibat luapan Sungai Kampar itu, seperti sudah menjadi agenda tahunan. Ini atas dampak dibukanya pintu buangan air di PLTA Koto Panjang. “Seperti di Siak Hulu Kampar, sudah langganan setiap tahun banjir,” ujarnya.

Dia menyebut, dibukanya pintu buangan PLTA Koto Panjang, karena waduk tak mampu menampung air karena volume terlalu besar. Ini terjadi karena tingginya curah hujan di Sumatera Barat, yang menjadi hulu waduk tersebut.

“Pada umumnya, banjir di Riau adalah kiriman dari provinsi tetangga. Sekarang curah hujan di hulu PLTA Koto Panjang sudah tinggi. Ini yang kita waspadai,” ujarnya.

Pihaknya kata Edwar, sudah berkoordinasi dengan BPBD Kampar terkait ancaman banjir ini. BPBD kata dia, juga sudah melakuka komunikasi intens dengan pihak PLTA Koto Panjang.

 

“Kawan-kawan di BPBD Kampar juga sudah komunikasi dengan PLTA Koto Panjang. Biasanya PLTA memberikan pemberitahuan jika ada buka pintu buangan. Tapi sejauh ini belum ada buka pintu buangan,” ujarnya.

Saat ini, volume air di waduk PLTA Koto Panjang memang mengalami peningkatan. Tak tertutup kemungkinan ada pembukaan Lindu buangan. “Ya, kalau di Sumbar hujan terus-terusan, volume air meningkat, maka pintu buangan akan dibuka. Tentu ada pemberitahuan terlebih dahulu,” ujarnya.

“BPBD Kampar dan daerah lainnya juga sudah menyiagakan peralatan. Seperti perahu karet. Barangkali juga hal-hal yang membantu masyarakat jika terjadi banjir,” sambunya.

Diketahui, elevasi air waduk PLTA Koto Panjang naik karena tingginya curah hujan di wilayah Sumatera Barat. Namun pintu buangan belum dibuka. Pengelola waduk belum mengeluarkan peringatan pintu buangan (spillway gate).

Manajer Pusat Listrik Unit Pembangkit Koto Panjang, Muhammad Rusdi kemarin mengatakan, tinggi elevasi air pada Jumat (12/10) pukul 10.00 WIB tercatat 79,46 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kenaikan elevasi rata-rata 2 sentimeter per jam.

Sedangkan waduk masih bisa menampung 4,5 meter kenaikan elevasi lagi. Artinya, sejauh ini daya tampung waduk masih cukup menampung debit air yang datang dari sisi hulu. Pihaknya terus memantau kenaikan elevasi.(mng)

(Laporan ENGKI Prima Putra, Saridal Maijar, Pasirpengaraian)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook