TERNATE (RIAUPOS.CO) -- Ratusan personel polisi di Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara, berunjuk rasa di halaman Mapolres Halsel, Senin (29/4). Mereka memprotes kecilnya honor untuk pengamanan Pemilu 2019. Padahal, tahapan pemilu molor dari jadwal semula.
Informasi yang dihimpun Malut Post (JPG), kemarahan polisi berawal dari obrolan di grup WhatsApp (WAG) komunitas polisi Halsel, Sabtu malam (27/4) sekitar pukul 20.00 WIT. Dalam WAG itu, para anggota saling menanyakan besaran honor pengamanan yang dinilai berbeda dari kabupaten/kota lain. Molornya tahapan pemilu juga tak membuat besaran honor mereka ditambah. Pembahasan soal honor ini bocor hingga ke telinga Kepala Bagian Operasional Polres Halsel (Kabag Ops) AKP Roy Simangungsong.
Roy lantas menghubungi salah satu anggota dan memerintahnya menghapus chat soal honor itu. Alasannya, pucuk pimpinan Polres marah. Namun, perintah Roy tak digubris. Sekitar pukul 22.00, salah satu anggota WAG dipanggil menghadap Kapolres AKBP Agung Setyo Wahyudi. Dalam pertemuan itu, Kapolres disebut membanting buku DIPA (daftar isian pelaksanaan anggaran) Polres di hadapan anggotanya. Ia juga mengancam memutasikan antarprovinsi anggota yang menanyakan soal pengelolaan anggaran pengamanan.
Bukannya keder, para anggota polisi yang rata-rata merupakan bintara itu malah melawan. Mereka kompak absen dalam apel gelar pasukan persiapan pengamanan pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Halsel, Ahad (28/4). Alhasil, yang mengamankan pleno hanya Kapolres, Kabag Ops, dan beberapa perwira lain. Pembangkangan itu berlanjut hingga Senin (29/4). Saat apel gelar pasukan di Mapolres yang melibatkan instansi lain seperti TNI dan Satpol PP, para bintara tersebut justru datang melakukan orasi. Sembari berdemonstrasi, mereka mempertanyakan honor pengamanan pemilu dan ancaman Kapolres memutasi mereka. Dalam salah satu video yang viral di media sosial, Kapolres mengakui ancaman tersebut keluar lantaran dirinya dikuasai emosi.
‘’Tapi tidak ada niat sama sekali untuk melakukan mutasi,” katanya dari atas podium sebelum meninggalkan lapangan upacara karena terus diteriaki anak buahnya.
Para bintara polisi juga mendesak AKP Roy dicopot. Sebab, dia dinilai paling bertanggung jawab terhadap pengelolaan anggaran di Polres. Mereka lantas membandingkan honor dengan anggota dari kabupaten lain.
“Contoh di Polres Halbar (Halmahera Barat, red), PAM (pengamanan, red) dalam Kota Jailolo saja dapat honor total Rp1,8 juta. Di Polres Halsel dalam Kota Labuha cuma dapat Rp275 ribu. Bahkan di Kecamatan Pulau Makian hanya Rp700 ribu, di Obi hanya Rp800 ribu. Begitu pula di Mandioli hanya Rp350 ribu. Sementara kami PAM dari 13 April sampai 26 April. Jadi pasti ada pemotongan,” ungkap seorang anggota dalam demo tersebut. (sam/aby/kai/idr/oni/jpg)
>>>Selengkapnya baca Harian Riau Pos
Editor: Eko Faizin