JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Partai Amanat Nasional (PAN) nampaknya akan mengulangi apa yang pernah dilakukannya saat Pilpres 2014 lalu. Awalnya mendukung Prabowo Subiyanto, setelah Prabowo kalah berusaha mendekat dan masuk ke pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Hal yang sama, kemungkinan besar juga akan terjadi pada saat ini. Setelah koalisi Koalisi Indonesia Adil Makmur dinyatakan bubar saat Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin sebagai pemenang Pilpres 2019, para petinggi PAN sudah membuat sinyal bakal "merayu" Jokowi. Tetapi, kali ini, nampaknya ada satu sosok yang bakal menjadi penghalang hal itu.
Pengamat politik Tony Rosyid menilai dua partai bakal cabut dari Koalisi Indonesia Adil Makmur. Kedua partai itu yakni Demokrat dan PAN.
"Berdasarkan kajian dan analisis saya, kalau Demokrat jelas 100 persen ke sana (pemerintah, red), PAN 100 persen," kata Tony dalam diskusi bertajuk "Setelah Putusan Mahkamah" di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (29/6).
Hanya saja, ucap Tony, langkah PAN bergabung ke Jokowi-Ma’ruf punya halangan besar dalam sosok Amien Rais. Dewan Pertimbangan PAN itu tentu tidak ingin partainya masuk ke kubu Jokowi-Ma’ruf.
Menurut Tony, sosok Amien masih memiliki pengaruh besar di PAN. Jika ingin bergabung ke Jokowi-Ma’ruf, pimpinan partai berwarna kebesaran biru itu harus meyakinkan Amien.
"Tinggal bagaimana Pak Amien Rais yang sedikit mengganggu," ucap dia.
Di sisi lain, Tony belum melihat partai lain dalam Koalisi Indonesia Adil Makmur akan membelot ke Jokowi-Ma’ruf. Seperti Gerindra yang diyakini belum mengambil sikap bergabung di kubu mana pun setelah rangkaian Pilpres 2019 berakhir.
"Kalau saya suka dengan bahasa apa adanya, Gerindra lagi bingung. Intinya yang ada di Gerindra saat ini, belum selesai secara internal," ungkap dia. (mg10)
Sumber: JPNN.com
Editor: Hary B Koriun