JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) berfokus mengabdi untuk umat. MUI tidak boleh dibawa-bawa ke politik praktis. Menurut dia silahkan ada perbedaan pandangan politik, tetapi jangan sampai membuat perpecahan.
Pesan tersebut disampaikan Ma’ruf saat menghadiri silaturahmi antara MUI, Bank Muamalat Indonesia, dan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) di Jakarta kemarin (17/5). "Tugas MUI itu menyatukan umat. Ini memang berat," katanya.
Ma’ruf yang juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI itu menekankan bahwa perbedaan masih bisa ditoleransi. Tetapi jika penyimpangan, apalagi terkait hal-hal yang prinsip harus diluruskan. Sehingga tidak sampai menimbulkan konflik. Ma’ruf mengapresiasi MUI yang selama ini berhasil membangun kesamaan pandangan terhadap perbedaan-perbedaan.
Tetapi Ma’ruf juga mengingatkan sering kali ada kepentingan atau ego personal atau kelompok yang bisa memecah belah. "Menimbulkan apa yang sudah dibangun baik, jadi terpecah," katanya.
Baik itu terkait dengan urusan ekonomi, pemahaman keagamaan, maupun politik. Dia menegaskan silahkan ada perbedaan aspirasi politik. Tetapi tidak boleh membawa MUI secara kelembagaan.
Dia mencontohkan ketika dulu mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden dalam Pilpres 2019 bersama Joko Widodo, sama sekali tidak membawa MUI. Sehingga tidak sampai merusak persaudaraan. Baik itu persaudaraan sesama umat Islam maupun bangsa Indonesia.
Ma’ruf merasakan sampai sekarang upaya provokatif untuk memecah belah bangsa masih ada. "Maka perlu membangun silaturahmi nasional. Bukan hanya silaturahmi kelompok," tuturnya.
Dia mengatakan saat ini merupakan zaman kesamaran dan fitnah bermunculan. "Jadi kalau tidak kita pagari berbahaya," tandasnya.
Melalui silaturahmi nasional, bisa mencegah bangsa Indonesia dari perpecahan. Masyarakat bisa menyampaikan aspirasinya, selama tidak sampai melampaui batas.(jpg)