JAKARTA (RIAUPOSCO) -- Partai Golkar berusaha berperan banyak dalam Pilpres 2024. Sebab, dalam dua Pilpres sebelumnya Golkar hanya berposisi sebagai pengikut. Tidak ada kader partai berlambang pohon beringin itu maju di pentas lima tahunan itu.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Marcus Mekeng mengaku tak mempersoalkan apakah Airlangga atau Ridwan Kamil yang kemudian dipilih sebagai cawapres. Yang terpenting, ada kader Golkar yang maju. Sebab, dalam dua pilpres terakhir, Golkar yang notabene partai besar hanya menjadi pengikut.
Hal itu diungkapkan Mekeng saat konfirmasi pertemuan Prabowo Subianto untuk mantan Gubernur Jawa Barat itu di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara 4, Jakarta Selatan pada Rabu malam (13/9).
Mekeng menduga pertemuan Prabowo dengan Ridwan Kamil (RK) sebagai bagian dari penjajakan akhir sebelum memutuskan nama cawapres. Karena itu, bukan hanya RK, Mekeng menyebut Prabowo juga menemui kandidat lain. Misalnya, Airlangga Hartarto hingga Erick Thohir.
"Tentu Pak Prabowo melihat sebuah diferensial yang dimiliki semua calon," ujarnya kemarin. Upaya itu diyakini juga dilakukan Ganjar dan Megawati. Dalam politik, aktivitas tersebut sangat lumrah.
Selain penjajakan, Mekeng memaknai pertemuan itu sebagai upaya Prabowo memagari RK agar tidak keluar dari Golkar. Terlebih, RK yang dominan di Jawa Barat berpotensi diambil calon lawannya. "Ya itu termasuk (memagari), makanya dipanggil, diajak ngobrol gitu. Sehingga nanti muncul dia akan memutuskan koalisinya siapa yang lebih pantas, yang bisa memenangkan," imbuhnya.
Sementara itu, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menyatakan, nama RK memang masuk list kandidat pendamping Prabowo. "Salah satu nama yang diperbincangkan, dibicarakan di internal Gerindra sebagai kandidat," imbuhnya. Namun, Muzani menekankan, penetapan nama wakil harus melalui Koalisi Indonesia Maju (KIM). Tidak bisa hanya diputuskan Partai Gerindra.
Pada bagian lain, pengamat politik Ujang Komarudin menilai, peluang RK menjadi cawapres Ganjar relatif kecil. Sebab, Partai Golkar terlihat masih berkeberatan dengan pencalonan tersebut. Apalagi, mereka sudah berkoalisi dengan Partai Gerindra yang mendukung Prabowo Subianto sebagai capres. "Jadi, RK akan sulit jadi cawapres Ganjar," terangnya.
Menurut Ujang, kesalahan akan fatal jika Megawati meminta langsung ke RK untuk mendampingi Ganjar. Padahal, RK adalah kader Partai Golkar. Jadi, seharusnya Megawati meminta ke partai beringin. Maka, kata Ujang, Golkar bisa jadi kecewa dengan manuver politik tersebut. Langkah RK untuk menjadi cawapres Ganjar akan semakin sulit. "Karena tidak ada restu dari Partai Golkar," paparnya.
Saat ini, lanjut dosen Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) itu, tinggal dua nama yang menguat menjadi cawapres Ganjar. Yaitu, Menko Polhukam Mahfud MD dan Menparekraf Sandiaga Uno. Direktur eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu mengatakan, keduanya sama-sama memiliki peluang besar. Mahfud mempunyai kedekatan dengan Megawati dan merupakan tokoh senior NU. Sementara itu, Sandiaga mendapat dukungan dari PPP yang sudah berkoalisi dengan PDIP.
Sementara itu, Koalisi Indonesia Maju (KIM) kembali menggelar rapat internal tadi malam. Rapat yang digelar di kantor Partai Golkar itu dihadiri para ketua umum partai pengusung Prabowo. Yakni, Gerindra, PAN, Golkar, PBB, dan Gelora.
Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi menerangkan, rapat tersebut merupakan pertemuan lanjutan. Ada sejumlah isu yang dibahas. Di antaranya, bagaimana merumuskan platform, program kerja koalisi, hingga struktur organisasi pemenangan. "Dan beberapa hal penting lainnya," jelasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi