BANDAR LAMPUNG (RIAUPOS.CO) - Warung Sundawa di Terminal Rajabasa, Kota Bandar Lampung tiba-tiba diserbu puluhan sopir angkutan kota, Rabu (25/10). Ternyata karena calon presiden (capres) Ganjar Pranowo menyempatkan mampir dan makan siang di warung tersebut.
Tanpa pengawalan ketat, Ganjar menyapa ramah para sopir dan mengajak mereka makan bersama. Suasana pun menjadi begitu akrab. Kesempatan itu dimanfaatkan para sopir untuk melepaskan curahan hati (curhat) dan menyampaikan aspirasi.
Faisol, seorang sopir angkutan kota Bandar Lampung mengaku tidak menyangka bisa bertemu dengan Ganjar secara langsung di sebuah warung. Sikap Ganjar yang ramah membuat dia dan teman-teman sopir yang lain tidak segan menyampaikan keluhan. “Rasanya senang bisa ketemu dan makan bareng Pak Ganjar. Rasanya sejuk, banyak guyon. Itulah pemimpin yang dibutuhkan Indonesia,” katanya.
Sikap ramah yang ditunjukkan Ganjar, lanjutnya, membuat para sopir tidak takut dan sungkan menyampaikan keluhan dan aspirasi.”Tadi teman-teman menyampaikan keluhan soal angkutan. Ada ojek online kalau bisa jangan masuk ke terminal,” paparnya.
Selain itu, para sopir juga menitipkan agar pemerintah dapat mempermudah proses perizinan trayek angkutan. Dan juga tidak ada lagi pungutan liar. “Ya izin trayek jangan dipersulit. Dan, jangan ada lagi pungli,” terangnya.
Faisol yakin di tangan Ganjar, persoalan-persoalan yang diharapkan oleh para sopir dapat terselesaikan dengan baik.”Saya yakin. Mudah-mudah dengan nanti menjadi presiden beliau bisa amanah,” tuturnya.
Sementara itu, Ganjar Pranowo menuturkan bahwa keluhan para sopir harus dapat perhatian dan dicarikan solusi. ”Mereka bercerita Pak tolong perhatikan para sopir karena mereka bersaing dengan ojol, semua fasilitas yang sifatnya online,” terangnya.
Karena itu, Ganjar berniat memberikan edukasi kepada para sopir tersebut agar bisa mengikuti perkembangan zaman. “Semua mesti dilatih digital, termasuk sistem. Kita sampaikan kepada mereka, yang seperti ini mesti dibina. Mereka diajak memahami dan kemudian mereka diajak untuk mengorganisasikan,” jelasnya.
Bukan hanya para sopir angkutan kota, pembinaan menuju digitalisasi juga harus dilakukan kepada pelaku ojek tradisional. Dengan begitu, ketika siklus bisnis berubah, mereka punya kemampuan dan talenta berikutnya yang siap untuk dikembangkan. “Tugas kita sebenarnya hanya memfasilitasi,” ungkap Ganjar.
Sedangkan terkait izin trayek, Ganjar menegaskan bahwa dirinya sudah berkomitmen untuk mempermudah akses perizinan usaha, termasuk trayek angkutan kota. ”Kami dengan Pak Mahfud itu bicara. Itu mesti diawasi, tidak ada yang mempersulit, tidak ada komisi-komisian, tidak ada korupsi-korupsian. Nah, itu (korupsi-pungli) mesti disikat. Orang kecil itu pasti bisa merasakan layanan pemerintah yang baik,” tandasnya.(egp)