Anis Matta: Krisis Besar Itu Perlu Pemimpin Baru

Politik | Jumat, 01 April 2022 - 16:05 WIB

Anis Matta: Krisis Besar Itu Perlu Pemimpin Baru
Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta (DOK JAWAPOS.COM)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninggalkan warisan atau legacy yang baik sebagai seorang pemimpin, saat mengakhiri jabatannya selama dua periode pada 2024 mendatang.

Jokowi perlu menyiapkan pemimpin Indonesia berikutnya melalui Pemilu 2024, yang mampu menghadapi krisis berlarut yang jauh lebih berat dari sekarang.


"Alasan terbesar melakukan pemilu tepat waktu adalah karena krisis besar itu memerlukan pemimpin baru. Alasan terbesarnya di situ, bukan justru dipakai sebagai alasan untuk menunda pemilu," kata Anis Matta dalam keterangannya, Jumat (1/4/2022).

Anis menuturkan, ke depan bakal ada persoalan yang lebih serius lagi. Oleh sebab itu perlu pemimpin yang siap menghadapi masalah besar itu.

"Dan saya percaya pada 2024 nanti, krisis yang jauh lebih besar akan terjadi. Justru itu menjadi sebab, kenapa kita memerlukan pemilu tepat waktu," ujarnya.

Anis mengajak semua elite tidak memaksakan ide penundaan pemilu, karena selain ditolak rakyat, secara konstitusi juga tidak memberi ruang saat ini. Jika ide tersebut tetap dipaksakan, maka akan ada penolakan kuat dari rakyat.

"Ini berarti ada perceraian antara elite dengan rakyat, elite sudah benar-benar bercerai dengan rakyatnya. Karena elite tidak bisa lagi memahami apa yang dirasakan kegalauan, kekhawatiran, kemarahan, dan kesedihan publik ini benar-benar seperti terabaikan," ujarnya.

Ia mengajak para elite bangsa untuk berpikir bahwa satu warisan atau legacy itu, tidak harus diwujudkan dengan penyelesaian suatu pekerjaan dan kemudian disederhanakan melalui sebuah monumen untuk mengingat keberhasilan.

"Seorang pemimpin itu, harus percaya pada bangsanya sendiri. Yang penting pemimpin itu sudah memulai langkahnya, dan dia tidak bisa memaksakan, bahwa orang yang datang sesudahnya harus mengikutinya. Itu sama saja orang datang sesudahnya tidak bisa berpikir dan tidak dikasih hak soal itu," pungkasnya.

Laporan: Yusnir (Jakarta)
Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook