RIAUPOS.CO - Bulan Ramadan atau disebut juga dengan bulan suci dan mulia adalah momentum yang paling baik dan tepat bagi setiap individu yang beriman untuk mendidik atau melakukan pendidikan pada diri, keluarga dan masyarakat. Sedikitnya ada empat aspek pendidikan Ramadan yang dapat kita lakukan.
Pertama, mendidik kesabaran. Seorang yang berpuasa pada siang hari berada dalam kondisi menahan lapar dan dahaga. Dan dalam kondisi ini, seorang mukmin diuji kesabarannya. Sepasang suami istri pun dilarang untuk melakukan hubungan pada siang hari, yang pada bulan lain hal ini bisa saja dilakukan. Selain itu, untuk tingkatan puasa yang lebih tinggi, seseorang harus bisa menahan amarah, menahan diri dari perkataan yang buruk, dan apa saja yang dapat mengurangi nilai ibadah Ramadannya.
Sehingga salah satu inti dari ibadah Ramadan adalah melatih diri untuk selalu bersabar dalam kehidupan. Rasulullah SAW bersabda, “Puasa di bulan sabar (Ramadan) dan tiga hari pada setiap bulan dapat menghilangkan kekerasan hati.” (HR. Ahmad)
Oleh karena itu, sudah semestinya ibadah Ramadan selama sebulan penuh dapat memotivasi seseorang melatih kesabarannya guna mengharapkan keridhoan Allah semata. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran : 200)
Kedua, mendidik kedisiplinan. Ibadah puasa Ramadan juga erat kaitannya dengan kedisplinan kita sebagai pribadi dan warga masyarakat. Dalam melaksanakan ibadah puasa, seseorang harus mengatur waktunya untuk dapat bangun pada saat sahur. Keteraturan hidup seseorang juga menjadi lebih baik. Seseorang yang berpuasa selalu memiliki waktu makan yang tetap, yaitu pada saat sahur dan berbuka.
Satu contoh kedisplinan dalam hal kebersihan yang dapat diambil dari ibadah puasa Ramadan adalah seseorang yang berpuasa akan menyikat gigi sesudah makan (sahur dan berbuka), dan sebelum tidur (setelah tarawih). Pada intinya seluruh ibadah dalam Islam ternyata mendidik manusia menjadi insan yang disiplin dalam setiap aktivitasnya.Disiplin yang tinggi akan menjadi modal penting dalam keberhasilan seseorang.
Ketiga, mendidik kejujuran. Puasa adalah ibadah pribadi masing-masing yang tentu orang lain tidak mengetahuinya. Dan di sini orang berpuasa dituntut kejujuran terhadap diri sendiri untuk tidak makan dan minum, dan apa pun amalan yang dapat mengurangi nilai atau pun membatalkan ibadah puasanya. Karena selain dirinya dan Allah SWT, tidak seorang pun yang mengetahui bahwasanya ia berpuasa. Orang tidak akan tahu jika dia makan di siang hari kecuali Allah SWT. Jadi puasa harus dijadikan sebagai momen untuk melatih diri kita menjadi insan yang jujur.