OLEH: HUSNI THAMRIN

Puasa, Ecoreligio Culture dan Krisis Global

Petuah Ramadan | Selasa, 29 Mei 2018 - 11:26 WIB

Puasa, Ecoreligio Culture dan Krisis Global

RIAUPOS.CO - Fenomena krisis lingkungan yang terjadi, baik dalam lingkup global berakar dari perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab. Sebagai contoh dalam lingkup lokal, kebakaran hutan yang terjadi secara massal dan berkepanjangan sepanjang tahun. Begitu juga penebangan liar dan perusakan ekosistem hutan yang terjadi hampir seluruh pulau di negara kita.

Pencemaran lingkungan yang telah akut, serta kerusakan lingkungan dan pencemaran sungai, danau dan laut serta berbagai krisis ekolologis lainnya yang sebenarnya merupakan perbuatan manusia. Manusia merupakan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan di permukaan bumi ini. Ini sejalan dengan sejalan dengan pernyataan yang terdapat dalam Alquran Surat Al Maidah Ayat 42:  

Baca Juga :Raih Selempang di Negeri Rantau

“Karena telah membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negeri tempat kediamannya.  Yang demikian itu merupakan penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka memperoleh siksaan yang besar.”  (Alquran Surah Al Maidah Ayat 42)

Dalil Alquran di atas menjelaskan kerusakan ekologis dan krisis global umat manusia disebabkan prilaku atau pandangan hidup yang serakah. Tidak memperhatikan keseimbangan hubungan manusia dengan alam dan Sang Khalik, sehingga manusia terjerembab ke lembah yang hina.

Orientasi hidup manusia yang cenderung pragmatis, materialistik, hedonistik juga sangat signifikan terjadi krisis dan dagradasi ekologis secara massal. Kesalahan cara pandang atau pemahaman manusia tentang sistem lingkungannya, mempunyai andil yang sangat besar terhadap terjadinya kerusakan ekologis secara massal  yang terjadi dunia saat ini. Pola pikir antroposentris  yang memandang alam sebagai bagian terpisah dari manusia dan paham antroposentris yang menganggap bahwa manusia adalah pusat dari sistem alam mempunyai peran besar terjadinya kerusakan lingkungan.

Cara pandang  antroposentris yang demikian telah melahirkan perilaku yang eksploitatif dan tidak bertanggung jawab terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungannya. Di samping itu paham materialisme, hedonisme, sekuler, kapitalisme dan pragmatisme dengan kendaraan sain dan teknologi telah ikut pula mempercepat dan memperburuk kerusakan lingkungan, baik dalam lingkup global maupun lokal.

Krisis  lingkungan yang terjadi saat ini  dalam global, sudah sampai pada tahap yang serius dan mengancam eksistensi planet bumi. Di mana manusia, hewan dan tumbuhan bertempat tinggal dan melanjutkan kehidupannya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook