MUHAMMADUN (DEWAN PAKAR ICMI RIAU)

Ramadan: Momentum Istimewa

Petuah Ramadan | Minggu, 25 April 2021 - 09:44 WIB

Ramadan: Momentum Istimewa
Muhammadun (DEWAN PAKAR ICMI RIAU)

Al Hafidz Imam Ibnul Jauzi dalam kitab at-Tabshirah mengatakan : “Demi Allah, seandainya dikatakan kepada penghuni kubur: ‘Berangan-anganlah!’, niscaya mereka berangan-angan berada di satu hari pada bulan Ramadan.” [At-Tabshirah, 2/78].

Alangkah istimewa momentum Ramadan, sehingga ahli kubur pun jika diberi kesempatan berangan-angan, mereka ingin berjumpa dengan Ramadan walau satu hari. Setidaknya ada sembilan keistimewaan Ramadan.


Pertama, Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diwajibkan puasa agar manusia meraih takwa (QS al-Baqarah [2]: 183). Kedua, bulan turunnya Alquran (QS al-Baqarah [2]: 185). Ketiga, bulan pengampunan dosa. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR al-Bukhari dan Muslim).

Keempat, bulan pembebasan dari neraka. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Bagi Allah banyak orang-orang yang dimerdekakan dari neraka. Hal itu terjadi setiap malam” (HR at-Tirmidzi dan Ibn Majah).  Kelima, bulan kedermawanan. Di dalam suatu hadis dinyatakan: “Rasulullah SAW. adalah orang yang paling dermawan. Beliau lebih dermawan lagi pada bulan Ramadan.“ (HR al-Bukhari dan Muslim).

Keenam, di dalamnya pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Rasulullah SAW bersabda: “Jika Ramadan telah tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Ketujuh, bulan pengabulan doa . Hal ini dapat dipahami dari firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah di sela-sela menjelaskan tentang hukum-hukum puasa (Lihat: QS Al-Baqarah [2]: 186).

Kedelapan, bulan dilipatgandakan pahala . Rasulullah SAW bersabda : “ Umrah pada bulan Ramadan setara dengan satu kali haji (HR Ibn Majah dan at-Tirmidzi).

Kesembilan, di dalamnya terdapat lailatul qadar. Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh bulan ini (Ramadan) telah hadir di tengah-tengah kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi dari malam itu, sungguh dia telah terhalangi dari kebaikan secara keseluruhan. Tidaklah terhalangi dari kebaikannya kecuali seorang yang rugi” (HR Ibn Majah).

Dengan ragam keistimewaan Ramadan di atas, tentu tidak selayaknya Ramadan kita sia-siakan. Agar tak sia-sia, kita harus mengisi momentum Ramadan semaksimal mungkin dengan amal kebajikan. Dengan begitu kita tidak termasuk orang yang disabdakan Rasulullah SAW. “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa, kecuali lapar dan dahaga.” (HR Ahmad).

Paling tidak, ada lima hal harus kita lakukan. Pertama, bertobat dan mensucikan diri. Ramadan adalah bulan suci. Sudah selayaknya bulan suci dilakukan untuk membersihkan diri dari segala dosa dan kemaksiatan. Apalagi semua yang terjadi di tengah-tengah kehidupan kita saat ini—musibah, bencana, wabah, sempitnya kehidupan kita dan hilangnya keberkahan hidup—tentu tidak dapat dilepaskan dari dosa-dosa kita.

Kedua, bersyukur kepada Allah SWT karena kita masih diberi kesempatan untuk berjumpa kembali dengan Ramadan. Betapa banyak saudara-saudara kita, di sepanjang 2020-2021 hingga menjelang bulan Ramadan ini, yang dipanggil oleh Allah SWT.

Ketiga, meningkatkan kapasitas ilmu. Setiap muslim diwajibkan membekali diri dengan ilmu ketika hendak beribadah dan beramal. Harapannya agar amal ibadah yang dilakukan diterima oleh Allah SWT. Apalagi mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim (HR al-Bukhari).

Keempat, memiliki himmah ‘aliyah (cita-cita tinggi) untuk berusaha memperbaiki perkataan dan perbuatan, bersungguh-sungguh dalam ketaatan, menghidupkan bulan Ramadan dengan amal saleh dan berpuasa dengan sebenar-benarnya.

Kelima, Ramadan bersama Alquran, karena salah satu ibadah yang sangat dianjurkan pada bulan ini pun berkaitan dengan Alquran; membaca, memahami dan merenungkan Alquran. Tentu di atas semua ini adalah mengamalkan Alquran. Karena itu pula, hal yang paling tercela di bulan ini adalah meninggalkan Alquran (hajr Alquran), baik dengan tidak membaca dan mempelajari Alquran, apalagi tidak mengamalkan Alquran.

Di negeri ini, atas izin dan karunia Allah, banyak penghapal dan pengkaji Alquran. Sebagian masyarakat pun cukup antusias untuk mengamalkan Alquran dalam kehidupan pribadi mereka. Namun, sebagai sebuah umat, negeri ini belum mengamalkan Alquran. Yang ada justru Alquran dimusuhi.

Tentu bukan memusuhi fisiknya, namun hukum-hukumnya. Dituduh intoleran, sumber terorisme, radikal, ekstrem, dan pemecah-belah.  Padahal Alquran adalah hudan linnas (petunjuk bagi segenap manusia). Pengamalan Alquran adalah solusi jitu atas beragam persoalan yang melilit bangsa kita saat ini.

Oleh karena itu, Ramadan ini adalah momentum istimewa bagi kita secara individu dan segenap entitas bangsa untuk bertobat. Kembali pada Alquran. Jangan sampai menyesal.***

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook