Alquran bukanlah untuk disenandungkan saja dan tidak pula untuk dinikmati kandungan dan isinya oleh akal dan kecerdasan intelektualitas saja. Akan tetapi wajib diyakini, dipahami dan diamalkan. Untuk itulah, mengamalkan Alquran adalah kewajiban agar benar-benar menjadi hidayah, rahmah, syifa’ dan tadzkirah bagi kita.
Kami tidak menurunkan Alquran ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah) (QS. Thaha: 2–3)
Merasakan Mukjizat Alquran yang meliputi: mukjizat kandungan dan isi Alquran. Mukjizat bahasa Alquran. Mukjizat scientific (ilmu pengetahuan) Alquran. Mukjizat hukum dan perundang-undangan. Mukjizat pengobatan fisik dan psikis. Mukjizat sejarah dan mukjizat analisa dan futuristik.
Hidup di bawah naungan Alquran adalah kenikmatan yang tidak bisa diketahui, kecuali oleh orang yang merasakannya. Kenikmatan hidup di bawah naungan Alquran itulah yang menyebabkan para sahabat, tabiin, tabiit-tabiin dan generasi Islam sepanjang masa mampu menikmati hidup di dunia dengan sangat produktif dan penuh amal saleh.
Bahkan berbagai ujian dan cobaan yang menimpa mereka disebabkan hidup di bawah naungan Alquran dan memperjuangkannya mereka rasakan sebagai minhah (anugerah) yang dirasakan manisnya. Bukan sebagai mihnah (kesulitan) yang menyebabkan mereka berpaling dan menjauh dari Alquran. Mereka benar-benar sebagai generasi qurani yang hidup dan mati mereka bersama Alquran dan untuk Alquran.
Terdapat perbedaan yang jauh antara generasi Qurani dengan generasi yang belum dibentuk karakternya, pemikirannya dan perilakunya oleh Alquran. Generasi qurani adalah generasi terbaik sepanjang zaman. Generasi yang mampu mengintegrasikan antara ucapan, keyakinan, dan perbuatan. Hidup dan matinya untuk Islam dan umat Islam. Setiap langkah hidupnya didasari Alquran. Apa yang diperintah Alquran mereka kerjakan dan apa saja yang dilarang Alquran mereka tinggalkan.