Pengalaman menjalankan ibadah puasa mengajarkan kepada manusia bahwa
keperluan untuk hidup sebenarnya tidak lebih dari sepiring nasi dan
segelas air. Bahkan Rasulullah SAW menutupi rasa lapar dan dahaga,
karena seharian berpuasa, cukup dengan tiga biji kurma dan beberapa
reguk air saja. Maka ibadah puasa, sudah barang tentu, membawa pesan
mentalitas hidup sederhana, ikhlas menyukuri apa yang ada dan seadanya
dengan sifat qana`ah. Dengan sifat sederhana dan qana`ah seseorang
terbebas dari sifat serakah. Apabila sifat serakah sudah mati, maka
seseorang tidak mudah terperangkap dalam jala korupsi.
Ibadah
puasa adalah rahasia seorang hamba dan Allah semata. Tidak seorang pun
yang tahu pasti, apakah orang yang berdiri di hadapannya sedang berpuasa
atau hanya berpura-pura puasa. Hanya Allah dan orang pribadi yang tahu
pasti. Tidak ada rahasia pribadi atau rahasia kelompok dalam prinsip
hidup orang-orang mukmin, karena Allah Maha Mengetahui apa yang
dirahasiakan atau yang diungkapkan oleh manusia (lihat, antara lain,
Q.S. 64: 4).
Baca Juga :
Raih Selempang di Negeri Rantau
Tidak ada pembicaraan rahasia
oleh tiga orang manusia, kecuali Allah yang keempat, dan seterusnya
(Lihat Q.S. 58:7). Demikian, ibadah puasa melahirkan mentalitas
muraqabah, merasa selalu diawasi Allah. Suatu tindak korupsi mungkin
saja terlindung dari mata manusia, tetapi siapa yang bisa bersembunyi
dari penglihatan dan pengetahuan Allah?
Seperti dikemukakan
bahwa korupsi gampang terjadi oleh seseorang yang sedang memegang
kekuasaan atau kewenangan dan ada kesempatan. Seseorang yang
menyalahgunakan kekuasaan dan kesempatan ini lupa, bahwa Allah Maha
Kuasa, Dia lah pemilik segala kekuasaan dan menguasai semua penguasa.
Kekuasaan yang dimandatkan oleh Allah kepada hambanya adalah untuk
pengabdian berbuat kebaikan, bukan alat melakukan kejahatan seperti
korupsi, mencuri kekayaan penduduk negeri.
Adalah menarik
untuk direnungkan kenapa ayat 255 Surat al-Baqarah populer dengan
sebutan Ayat Kursi, Ayat Kekuasaan? Ayat ini menegaskan bahwa Allah
tidak pernah ngantuk dan tidak pernah tidur, Maha Mengetahui dan Maha
Kuasa, pengetahuan dan kekuasaan Allah meliputi seisi langit dan bumi.
Ayat
ini tentu sangat kontekstual sebagai kontrol terhadap perilaku seorang
penguasa, bahwa apa pun yang dilakukan oleh seorang penguasa dengan
kekuasaan dan kewenangannya, Allah pasti mengetahui dan meminta
pertanggungjawabannya diiringi sanksi.
Demikian, ibadah puasa
Ramadan yang sedang dilaksanakan oleh kaum muslimin ini sungguh membawa
pesan-pesan moral yang ampuh membasmi korupsi. Pertama, hidup sederhana
dan qana`ah. Kedua, pesan muraqabah, sikap mental merasa diawasi Allah.
Ketiga, kekuasaan adalah untuk pengabdian berbuat kebaikan, bukan alat
untuk melakukan kejahatan.
Maka, dengan sifat sederhana atau
qana`ah manusia terbebas dari sifat serakah; dengan mental muraqabah
manusia tidak akan melakukan kejahatan walau dalam keadaan sendirian;
dan dengan prinsip kekuasaan untuk pengabdian tidak ada lagi penguasa
yang menyalahgunakan kekuasaan dan kewenangan.
Alhasil, apabila
pesan moral ibadah puasa tersebut dipahami niscaya tindak pidana korupsi
tidak terjadi lagi di negara Indonesia ini, dan kekayaan negara
sebanyak-banyaknya untuk kemakmuran seluruh penduduk negeri. Terwujudlah
cita-cita bangsa yang termuat dalam sila kelima, keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.***
Oleh Dr H Suryan A Jamrah MA, Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau