OLEH: ABDUL SOMAD

Ketika Ruh Bertemu Jasad

Petuah Ramadan | Kamis, 17 Mei 2018 - 09:11 WIB

Ketika Ruh Bertemu Jasad
Abdul Somad

Puasamu untuk-Ku

Allah SWT mengatakan dalam hadits Qudsi, “Puasamu, untuk-Ku”. (HR. Muslim). Hadits ini menimbulkan musykil (problem). Mengapa Allah SWT menisbatkan puasa kepada diri-Nya? Bukankah Allah SWT tidak memerlukan amal perbuatan manusia? Imam an-Nawawi memberikan jawaban. “Ketika seorang hamba mampu melepaskan diri dari makanan dan semua nafsu syahwat, maka ketika itu ia sedang bersifat dengan sifat-sifat Rabb. Ketika orang yang berpuasa itu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sifat-sifat yang sesuai dengan sifat-sifat Allah, maka Allah SWT menisbatkan ibadah itu kepada diri-Nya”. An-Nawawi juga mengutip pendapat al-Qurthubi. “Semua perbuatan manusia itu sesuai dengan kondisi mereka, kecuali puasa. Karena puasa itu hanya sesuai dengan sifat-sifat Yang Maha Benar. Maka seakan-akan Allah SWT berkata, “Orang yang berpuasa itu mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu perbuatan yang terkait erat dengan sifat-Ku”. (Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari: 4/108).

Baca Juga :Besok Subuh, GSSB Riau Akan Hadirkan Ustaz Abdul Somad

Menuju Kemurnian

Kata yang paling dekat dengan kata ikhlash adalah murni. Orang yang memiliki sifat itu disebut mukhlish. Berasal dari kata khalasha, berarti murni tidak bercampur dengan sesuatu apa pun. Air yang tidak bercampur dengan apa-apa disebut al-ma’ al-khalish, air murni. Berat suatu benda yang tidak bercampur dengan sesuatu yang lain disebut al-wazn al-khalish, berat murni alias netto. Dalam puasa, kemurnian itu terjaga dan terpelihara. Di zaman yang teramat sulit untuk mencari kemurnian, maka puasa amat sangat tepat menuju kemurnian, dalam segala aspek kehidupan. Di zaman ini amat sulit mencari kemurnian, semua penuh dengan kepalsuan. Diawali dari makanan yang disuap ke mulut setiap hari, beras palsu. Sampai air zam-zam palsu. Di balik wajah yang ayu, ternyata tersembunyi alis palsu, bulu mata palsu, hidung palsu sampai rambut palsu. Dalam dunia intelektual dijumpai ijazah palsu. Di tengah semua kepalsuan itu, maka puasa memiliki peran yang sangat penting untuk membawa umat manusia menuju kemurnian. Semoga kemurnian itu diperoleh di akhir Ramadan, semurni bayi yang keluar dari rahim ibu,

“Siapa yang melaksanakan puasa dan qiyamullail Ramadan hanya karena iman dan mengharapkan balasan dari Allah SWT, maka ia keluar dari dosa-dosanya seperti hari dilahirkan ibunya”.(HR. an-Nasa’i dan Ibnu Majah).***

ABDUL SOMAD, Alumnus Darul Hadits Kerajaan Maroko









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook