ADNAN KASRY (DOSEN PASCASARJANA UNRI)

Jangan Merusak Lingkungan

Petuah Ramadan | Senin, 10 Mei 2021 - 10:54 WIB

Jangan Merusak Lingkungan
Adnan Kasry (Dosen Pascasarjana Unri)

Sepanjang pengetahuan manusia sampai saat ini, hanyalah planet bumi tempat makhluk hidup menjalani kehidupannya. Allah SWT telah berfirman kepada malaikat, 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seseorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata, 'Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau. 'Tuhan berfirman, 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’ (Al-Baqarah: 30). 

Dan manusia pun menerima amanah Allah. 'Sesungguhnya kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan bodoh"(Al-Ahzab: 72). 


Dengan demikian, Allah SWT telah memberikan kepercayaan penuh kepada manusia untuk memanfaatkan, memelihara dan merawat bumi sebagai satu-satunya planet tempat makhluk hidup melaksanakan kehidupannya. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk dunia, khususnya di negara-negara sedang berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Latin yang saat ini telah lebih dari tujuh miliar orang, permintaan untuk memenuhi kebutuhan primer (sandang, pangan dan papan) manusia juga meningkat pesat. Seluruh keperluan manusia ini dipenuhi dari pemanfaatan sumberdaya alam, dan membuang sisa kebutuhannya kembali ke alam dalam bentuk sebagian besar tanpa diproses yang menyebabkan kerusakan ekosistem bumi dalam bentuk pencemaran tanah, air dan udara. 

Kemajuan teknologi semakin mempercepat kerusakan bumi, kalah cepat dengan penggunaannya untuk melindungi bumi. Daya dukung lingkungan sebagian besar tempat di bumi ini telah dilampaui sehingga menimbulkan krisis lingkungan. Krisis lingkungan ini dipercepat dan diperparah lagi oleh berkecamuknya perang sesama bangsa dan antarbangsa menggunakan peralatan perang yang semakin canggih menyebabkan semakin krisisnya sumber-sumber kehidupan utama, khususnya ketersedian air bersih sebagaimana dialami oleh Afrika Selatan saat ini. Badai, topan, puting beliung, banjir bandang dan longsor, jenis penyakit baru dll yang diperkirakan berasal dari perubahan iklim melanda hampir di seluruh muka bumi. Bencana ekologis ini tidak saja memporakperandakan infrastruktur, tetapi juga sumber daya alam, dan makhluk hidup, khususnya manusia. Para pemimpin dunia dan PBB seakan tidak berdaya mencegahnya karena di belakang itu semua dikendalikan oleh kepentingan ekonomi dan politik  negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat, Rusia, Cina, Inggris, Prancis, Jerman dll. Seakan keadilan ekologis di muka bumi ini tanpa ada pembelaan.

Ulama Besar Yusuf Al-Qaradhawi berpendapat, bukan Allah yang menzhalimi manusia, tetapi manusialah yang menzhalimi diri mereka sendiri, sebagaimana disebutkan dalam Alquran: "Itulah semua disebabkan perbuatan kedua tangan kamu. Dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya"(Al-Hajj: 10).

Bagaimanapun, memang harus ada perangkat hukum yang berwenang menjatuhkan sanksi  bagi para perusak lingkungan. Akan tetapi, selama manusia tidak sadar, perangkat ini pun tidakkan pernah mampu menyelesaikan masalah yang terjadi sampai ke akar-akarnya. Yusuf Qaradhawi berpendapat, harus dikembangkan suatu terapi dan penyadaran dalam diri manusia, yang merupakan sebuah komitmen tertinggi yang tiada duanya. Ia adalah iman yang benar kepada Allah SWT dan segenap ajarannya, termasuk pula kepada alam akhirat. Karena hanya komitmen seperti inilah yang mampu mengubah manusia secara fundamental dari dalam, hingga kemudian ia menjadi tahu siapa dirinya, siapa Tuhannya, apa tujuannya hidup, serta bagaimana mencapai semua itu. Allah SWT berfirman: "Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya" (At-Taghbun: 11).

Berdasarkan uraian yang dikemukakan dapatlah ditarik kesimpulan bahwa masalah lingkungan pada dasarnya adalah persoalan moral. Dan solusi yang paling efektif ternyata bergantung pada moralitas manusia. Yaitu dengan cara revitalisasi nilai-nilai moral, keadilan, kebaikan, kasih sayang, keramahan, sikap tidak sewenang-wenang, dan seterusnya. Di samping itu, dipandang dari sudut ekologis, alam di mana bumi merupakan bagian daripadanya berhak untuk memperoleh kenyamanan dalam bentuk keberadaannya diciptakan Allah, yaitu sarana untuk tempat berkembang biaknya makhluk hidup secara berkecukupan dan bermanfaat untuknya sendiri maupun pemanfaatnya. Atas dasar itulah pada manusia sebagai pemegang amanah Allah SWT berkewajiban tanpa syarat untuk kembali mengkaji hubungan keseimbangan antara manusia dan alam sekitarnya, agar penduduk bumi berinteraksi dengan alam, mengenali, dan menikmati keindahan alam sehingga tergeraklah keinginan untuk merawat dan melindungi bumi dapat diraih. 

Generasi penerus berhak menuntut dari manusia saat ini untuk tidak meninggalkan ekosistem bumi dalam keadaan krisis. Semoga kehadiran peringatan hari lingkungan hidup pada bulan suci Ramadan tahun ini, manusia bisa mengambil manfaat dari ajaran-ajaran Islam dalam berinteraksi dengan lingkungan alam dan  seluruh ekosistemnya.***
 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook